"Bibi Lesti sudah mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Ayah sebelum mengganti lukisan itu. Menurut Ayah ada benarnya juga, bagaimanapun keluarga kita sekarang beranggotakan empat orang, bukankah begitu?""Menggantung lukisan itu di ruang tamu nggak baik untuk Bibi Lesti, kalau orang lain melihatnya, bukankah mereka akan menggosipkan keluarga kita?""Menurut Ayah sarannya sangat masuk akal. Selain itu, kamu bisa menggantung lukisan itu di kamarmu, benar, 'kan?""Seingat Ayah nggak ada lukisan yang digantung di kamarmu."Fabian secara terbuka menyatakan setuju dengan Lesti untuk mengganti lukisan itu, membuat Dian semakin sakit hati.Ini artinya keluarga mereka telah menjadi masa lalu bagi Fabian, Dian menjadi satu-satunya orang yang masih merindukan mereka.Dian berkata dengan marah, "Ayah nggak mengerti yang kukatakan?""Lukisan itu hilang, aku nggak bisa menemukannya lagi!""Walaupun Ibu sudah meninggal, mana boleh Ayah melupakan cinta lama begitu saja.""Itu lukisan kita sekeluarg
"Tuan, di luar hujan deras, Dian pasti akan sakit."Nada suara Fabian terdengar tegas, "Dia sendiri yang cari penyakit, memangnya aku yang menyuruhnya keluar?"Mendengar ucapan ketus Fabian, Sri buru-buru berkata, "Kalau begitu tolong biarkan aku mencarinya bersama Nona, lukisan itu kenangan indah bagi Nona.""Tuan, pantas saja Nona sepanik itu."Akhirnya Fabian menghela napas dan melambaikan tangan, Sri buru-buru mengejar keluar.Bisa dibilang ini kesalahan mereka sebagai bawahan karena tidak memperhatikan. Kala itu mereka hanya tahu lukisan yang digantung belasan tahun itu tiba-tiba akan disingkirkan, tapi tidak memperhatikan di mana lukisan itu dibuang.Hufftt, benar-benar tidak adil.Sri tidak tega melihat Dian, dia ikut menerobos hujan tanpa keraguan sedikit pun.Akhirnya Dian menemukan lukisan itu di sebuah gedung terpisah tempat penyimpanan bahan makanan milik tetangga.Dia melihat bingkai foto yang sebelumnya selalu dibersihkan kini dibuang begitu saja ke tanah dan bahkan sudah
Sri berlinang air mata, memandang Dian yang kebingungan, tidak tahu harus berkata apa. Fabian selalu bijak, tetapi selalu ceroboh jika menyangkut wanita.Tak peduli seberapa besar rasa sayangnya pada Lesti, si istri kedua, tidak seharusnya dia memprioritaskan putri yang tidak punya hubungan darah dengannya.Dian-lah satu-satunya putri kandung Fabian, keduanya punya hubungan darah, tapi situasi sekarang justru terbalik.Sri merasa kasihan pada Dian, dia tidak tega mengucapkan kata-kata kejam itu dan hanya menghibur, "Bocah bodoh, mana mungkin ayahmu nggak menyayangimu?""Para pria nggak pandai bicara. Jauh di lubuk hatinya, dia sangat menyayangimu.""Apalagi kamu putri sulung, juga putri satu-satunya. Kelak, seluruh Keluarga Sandiga akan diserahkan padamu.""Dian, mungkin sekarang pikiran ayahmu sedang kacau, tapi kamu harus percaya, dia sangat menyayangimu.""Benarkah?" tanya Dian."Tentu saja benar. Kapan Bibi pernah membohongimu?"Atas hiburan Sri, perlahan-lahan Dian menjadi tenang.
"Apa kamu nggak percaya pada Ibu? Kamu harus mempertimbangkan pentingnya masalah ini. Kamu kira kamu bisa menikah dengan Phillip kalau orang lain yang menyampaikannya?"Lesti menyilangkan kaki dan bersandar ke satu sisi, tampak sangat bangga.Ririn tahu jelas, jika ingin berhasil menikah dengan Phillip, dia harus membuat Lesti membujuk Fabian, tampaknya mustahil jika tidak menceritakannya."Sebenarnya begini, terakhir kali aku menguping di pintu dapur, ternyata dulu Keluarga Sanders punya hutang budi pada Keluarga Sandiga.""Ketika Kakek meninggal, kakeknya Phillip datang berkunjung dan berjanji kepada Ayah bahwa Ayah beserta keturunannya boleh mengajukan permintaan apa pun kepada Keluarga Sanders tanpa syarat."Mulut Lesti menganga, "Kamu memang anak pintar, informasi rahasia seperti ini pun bisa terdengar olehmu.""Kelihatannya posisi menantu Keluarga Sanders sudah pasti jadi milikmu, ini sudah menjadi takdirmu."Mendengar perkataan Lesti, Ririn semakin senang."Benar, 'kan? Makanya
"Hanya dengan bertunangan barulah hati mereka bisa tenang, di masa depan keduanya bisa saling membantu karier satu sama lain, bukan begitu?" sambung Lesti.Fabian mengangguk, "Aku tahu kamu peduli pada Dian, bertahun-tahun ini pasti berat untukmu.""Memang ada satu yang aku sukai, Phillip Sanders, dia berbeda dengan pria-pria berpenampilan mencolok itu, tapi kalaupun aku menyukainya, belum tentu dia menyukai Keluarga Sandiga.""Hufftt, sulit sekali."Perasaan Dian tidak nyaman setelah mendengar ucapan Fabian.Lesti tidak menyangka Fabian akan menjatuhkan hati pada Phillip terlebih dahulu.Seluruh tubuhnya menegang, tanpa sadar dia mengerahkan tenaganya. Fabian mendesis, "Ada apa denganmu?""Maaf, maaf, tadi aku mengingat penampilan Phillip, tanpa sengaja malah menusukmu," ucap Lesti.Dia mengusap dengan lembut area tertusuk itu."Menurutku Phillip memang baik, tapi sepertinya nggak cocok dengan karakter Dian," tambah Lesti."Oh? Apa kamu melihat mereka mengobrol?" tanya Fabian dengan s
Lesti bergumam tidak senang, "Kenapa giliran putriku kamu bilang terlalu dini?""Karena Dian nggak cocok, nggak ada salahnya 'kan pertimbangkan Ririn, sekarang Ririn sudah menggunakan nama belakang Sandiga, kalau dia jadi menikah dengan Phillip, Keluarga Sandiga juga akan diuntungkan.""Fabian, jangan lupa, selama tiga tahun terakhir perusahaan kita terus memberhentikan karyawan, omzet juga menurun dari tahun ke tahun. Kamu harus memperhatikan masalah ini, jangan sampai kejayaan Keluarga Sandiga berakhir di tangan kita."Kata-kata Lesti seperti palu berat yang menghantam hati Fabian kuat-kuat.Benar, itulah yang dia khawatirkan.Sejak generasi kakeknya, Keluarga Sandiga semakin maju, mengapa kejayaan itu berhenti di generasinya?"Benar katamu, Ririn juga putriku, nggak ada bedanya.""Sebenarnya aku punya cara kalau ingin Phillip menikahi putri kita."Jantung Lesti berdebar kencang. Dia sudah mengetahui rahasia keluarga mereka, tapi sekarang dia pura-pura tidak tahu, "Oh, benarkah ada c
"Apa aku masih bisa menyaksikan pernikahanmu?""Apa gunanya kamu setiap hari duduk di gedung itu menghasilkan uang?""Uang yang kamu hasilkan nggak akan habis hingga beberapa generasi ke depan, sudah waktunya kamu memperhatikan urusan pribadimu."Phillip makan dengan perlahan. Setelah sibuk sepanjang hari di perusahaan, akhirnya dia bisa makan dengan tenang di rumah, tapi dia harus diomeli oleh para tetua.Namun dia tidak keberatan, dia merasa senang di tengah situasi itu, beberapa orang bahkan ingin diomeli tetapi tidak memiliki keberuntungan ini."Jangan bilang begitu, Kakek pasti panjang umur," kata Phillip.Laurence juga berkata, "Benar. Ayah nggak boleh bicara begitu hanya karena ingin melihat Phillip menikah, Ayah dan Ibu pasti berumur panjang.""Phillip, Ibu nggak mendesakmu menikah, Ibu hanya berharap kamu menghabiskan lebih banyak waktu untuk dirimu sendiri daripada hanya mengurus kontrak setiap hari.""Apa menghasilkan uang begitu menarik bagimu?""Lihat ayahmu, dia bisa meng
"Semuanya sudah diselidiki dengan jelas, hak properti yang kita peroleh juga sudah sesuai prosedur hukum. Ini informasi terkait orang itu, kami masih menyelidikinya."Phillip mengangguk, "Yang artinya nggak ada masalah di pihak kita, lalu apa lagi yang kamu masalahkan?"Langkah Manajer itu tiba-tiba berhenti, demikian pula dengan Phillip, dia menoleh, mengisyaratkan sedang menanti jawaban.Manajer itu mengerutkan kening, "Pria yang terlihat seperti gelandangan itu membuat keributan besar, banyak media yang menghubunginya.""Aku pikir ini akan berdampak negatif pada perusahaan, jadi aku melaporkannya kepada Anda."Phillip mengangguk dan memintanya untuk mengikuti, "Nggak ada yang salah dengan pemikiranmu.""Hanya saja hal seperti ini sudah terlalu lumrah terjadi antara pengembang dan warga.""Banyak warga yang merasa tidak puas dengan harga awal yang ditawarkan pengembang.""Apalagi setelah mengetahui wilayah yang mereka jual mungkin akan dikembangkan menjadi kawasan komersial, mereka m