Suara lantang Naya dan siswa tinggi itu terhenti begitu suara Adam mendominasi. Beberapa siswa yang masih ada di ruangan itu ikut menatap ke arah pintu kelas. Ada Adam di sana, sedang memandang ke setiap arah.
“Kalian berdua mundur, menjauh!” Suara Adam meninggi. Dia tidak percaya jika gadis yang memasang wajah penuh kebencian itu adalah Naya. Bagaimana bisa Naya melakukan hal seburuk ini dengan teman sekelasnya sendiri?
“Dia yang mulai duluan, Pak. Naya menghina saya!” Siswa bertubuh tinggi itu mengelak. Dia menumpahkan semua kesalahan pada Naya seorang. Buruknya, teman-teman laki-lakinya mendukung keras tuduhan itu. Padahal, kenyataan tidak demikian.
Adam yang melihat kondisi tidak kondusif itu langsung masuk ke dalam ruangan. Dia berdiri di antara Naya dan siswa bertubuh tinggi tersebut. Adam terlihat lelah, sekaligus bingung dengan situasi aneh yang tiba-tiba saja terjadi.
Tidak ada guru senior lain yang bisa dia mintai saran.
Adam berdiri di teras seorang diri tanpa beranjak. Meski istri Toke Jaya sudah mempersilakan dirinya masuk, pria itu bergeming. Dirinya tidak akan melangkah tanpa ditemani oleh tuan rumah.Tapi, sampai kapan dia harus berdiri di depan rumah megah itu? Istri Toke Jaya tidak terlihat sejak dirinya masuk ke dalam. Tidak terdengar lagi suara jeritan dari arah dapur. Semuanya tenang dan senyap.Adam melirik jam di lengannya, sudah berjalan lima belas menit lamanya. Andai dia mengajar Naya, mungkin mereka sudah selesai membahas lima soal sederhana.Pria itu memutuskan untuk sedikit bersabar. Tidak mungkin orang tua Naya mengabaikan kehadirannya.“Pak Adam? Mau ngajar di teras, ya?” sindir Naya tepat setelah Adam berpikir.Gadis itu melongok ke luar dari jendela kamarnya yang dibuka empat puluh lima derajat. Wajah gadis itu cerah, ditambah jilbab berwarna biru gelap yang kontras dengan kulitnya membuat Naya terlihat menarik.“Naya, sudah selesai ngehancurin dapurnya?” sindir Adam.Naya mence
Bab 26: Gelar Teuku dan CutWajah Adam tidak terlihat cerah meski dia sudah selesai mengajar Naya di hari pertama mereka. Istri Toke Jaya yang menyadari jika tidak ada perubahan dari hasil pembelajaran itu hanya bisa mengelus dada.Wanita baik dengan wajah yang sendu itu hanya mampu mengantar Adam keluar dari rumahnya. Ada perasaan bersalah yang besar dan tidak mampu dia tutupi. “Maafkan Naya, Adam?” ucapnya.Pria itu lantas terhenti. Dia langsung melihat ke arah wanita yang sebaik ibunya. “Kenapa Anda minta maaf, Bu?”“Naya pasti membuatmu merasa kesulitan. Ini salahku karena gagal mendidiknya menjadi gadis yang ....”“Naya tidak membuat kesalahan. Jika yang Anda maksud adalah hal itu, maka semua orang berhak memilikinya, jangan anggap Naya begitu.” Adam memaksakan diri untuk tersenyum.Meski sebenarnya mengetahui Naya jatuh hati padanya adalah berat, Adam berusaha untuk tetap tenang dan menerima semua itu dengan hati yang lapang. Terlebih, dia masih harus berjuang untuk melupakan Az
Bab 27: Kezaliman yang Menghancurkan Hati“Apa maksud Anda memanggil saya seperti itu?” tegur Adam. Tangannya sudah panas terkepal, namun tidak sekalipun dia ayunkan ke arah rahang Toke Sofyan.Adam masih menghormati pria di depannya hanya karena satu alasan kuat, yaitu Azizah. Andai bukan karena itu, Adam pasti sudah membungkam mulut lancang Toke Sofyan yang mengalahkan perempuan itu.Si gempal Toke Sofyan yang hari ini memakai kaos mahal berwarna merah cerah itu terlihat seperti ikan yang disambal. Kulitnya putih, gemuk dan dibalut pakaian merah. Sikapnya sendiri jauh lebih memalukan dibanding penampilannya.“Kau lihat apa?” adu Toke Sofyan kembali. Dia bahkan berani menampar wajah Adam. Meski tidak keras, setidaknya cukup untuk membakar hati Adam. “Kau ini tidak tahu malu, sudah aku tolak di keluargaku, sekarang kau dekati keluarga adikku. Apa kau memang mau masuk ke keluarga kami yang kaya, huh?”“Astagfirullah!” Beberapa orang terdengar beristigfar. Mereka yang awalnya sibuk memi
Bab 28: Rusaknya Rindu Dua OrangSetelah kejadian itu, Adam lebih banyak menghindari Toke Jaya dan Naya. Pria itu membuat batasan yang lebih besar dibanding sebelumnya. Dia hanya berbicara seperlunya, bertanya secukupnya bahkan berdiri dalam jarak yang jauh.Semua itu membuat Toke Jaya iba melihat Adam. Dia paham alasan kenapa Adam bersikap demikian. Namun, dia juga tidak bisa membela Adam terlalu jelas di depan Toke Sofyan, hal itu hanya akan membuat sang abang semakin membenci Adam.Saat dirinya berdiri dari kejauhan saja, Toke Sofyan sudah mencaci sampai sedemikian. Apa lagi jika ia datang langsung dan membela Adam seperti yang dilakukan oleh Naya. Sudah pasti, permasalahan ini akan berakhir di rapat besar keluarga yang tentunya semua orang lebih memihak Toke Sofyan sebagai anak paling tua.Pagi itu, Adam datang lebih cepat dibandingkan Bang Jono. Dia membuka pintu besi dengan kunci cadangan di tangannya dan langsung disusul oleh Toke Jaya yang baru saja hendak mengantarkan Naya ke
Bab 29: Azizah TercengangManik mata yang indah itu mendadak jadi kelabu. Bukan hal mudah untuknya menerima semua kenyataan pahit jika dia melihat Adam dan Naya bersama. Mereka terlihat bahagia dengan tawa yang lebar, mendorong motor bersama layaknya sepasang kekasih.“Apa yang Abang lakukan di sini?” lirih sang gadis untuk kedua kalinya. Dia masih tidak memercayai tatapannya saat ini.Tangannya yang sedari tadi kokoh memegang sebuah goodie bag kini terjatuh. Isi dari tas kecil itu berhamburan hingga dia buru-buru merunduk dan memungutinya satu persatu.“Apa yang Azizah ....” Adam juga terhenti. Dia memilih untuk menghentikan laju motornya dan langsung menatap ke arah gadis yang telah mengisi hatinya selama ini.Gadis itu ada di depannya, namun tidak bisa dia rengkuh. Angan untuk bersama Azizah juga telah dia telan bulat-bulat sejak beberapa minggu terakhir. Cincin yang tersemat di jemari Azizah adalah bukti yang tidak terbantahkan kalau sang gadis telah dimiliki oleh orang lain.“Jad
Bab 30: Petaka di Toko EmasAdam dan Naya tiba di toko emas Toke Jaya tepat jam enam sore. Mereka tidak berbicara sepanjang perjalanan, dan hanya diam seperti dua patung di atas motor.Naya langsung masuk ke toko emas yang disambut oleh sapaan Toke Jaya dan Bang Jono. Mereka yang tidak mengetahui apa pun soal kejadian di rumah Toke Jaya tidak sabar untuk mengusik Naya. Gadis muda itu telah menyelesaikan tantangan belajar rutin bersama Adam selama satu bulan, Toke Jaya tentu menaruh harapan besar untuk prestasi sang anak ke depan. “Bagaimana belajarnya? Apa ....” Toke Jaya tidak langsung melanjutkan kalimat. Dia berhenti sejenak dan memandangi sang putri.Wajah Naya begitu masam, seolah ada sesuatu yang telah membuatnya merasa jengkel. Dia menutupi itu semua dengan meminta Bang Jono melakukan sesuatu untuknya. “Bang Jono, sibuk enggak? Belikan aku jajanan, dong!”Bang Jono begitu terkejut mendengar permintaan itu. Dia segera meninggalkan etalase emas dan menghampiri Naya. Wajahnya ber
Bab 31: Adam Merasa BersalahSetelah Bang Jono pergi mengejar Naya, pria itu paham akan tugasnya untuk mengurusi toko serta penjualan mereka. Dia juga mengerti jika perihal target yang tidak tercapai berarti sebuah masalah besar untuk dirinya. Di toko Toke Jayalah dia tahu betapa berartinya tenaga dan waktu yang dikeluarkan olehnya.Selama menjadi guru honorer, penghasilannya selalu kecil. Itu juga dibayarkan tiga bulan sekali jika sekolah telah memiliki dana. Sesekali, guru-guru PNS yang menambahkan melalui uang sertifikasi mereka.Sedangkan bekerja dengan Toke Jaya, dia sudah menyimpan seratus mayam emas yang gagal diberikannya untuk Azizah. Ditambah gaji bulanan yang tetap diberikan oleh Toke Jaya serta tambahan berupa uang saku karena telah mengajari Naya.Adam hanya bisa menundukkan kepala. Dia menyadari besarnya kesalahan yang dilakukan olehnya barusan sampai Toke Jaya kehabisan kata-kata.“A-dam?” panggil Toke Jaya. Lalu, diam menyelimuti mereka berdua.Adam yang sudah berdiri
Bab 32: Upaya NayaNaya menggelengkan kepalanya. Dia menarik tangan agar Toke Sofyan bersedia melepaskan. Jika mereka terlalu lama dalam posisi ini, maka akan mengundang banyak mata dan gosip jika keluarga besar Naya tidak harmonis. Mereka bertengkar bahkan di acara besar sekalipun.“Lepas dulu, Uwak!” serunya.Toke Sofyan menurut. Pria itu lekas mengantongi tangannya lagi. Ditatapnya Naya dengan sorot mata penuh keyakinan tentang alasan gadis itu meninggalkan tugas yang diembankan padanya dan datang ke parkiran dengan sebuah kunci motor.“Katakan, kau mau ke mana?” desak Toke Sofyan. Sekarang, dia bebas menyudutkan Naya karena adiknya tidak ada di sana. Para ipar juga sibuk di ruang pernikahan.“Kepo banget, sih! Aku mau jemput pacarku di sekolah.” Naya mengelak. Dia tahu jika dirinya berbicara jujur maka Toke Sofyan akan langsung menghentikan semua rencana itu. Hal paling buruk, dia dan keluarga diusir dari pernikahan Azizah.Tapi, tidak mengapa jika hal itu terjadi setelah dia berh