"Ini apa?"Alana bingung saat seorang kurir memberikan paket padanya, padahal sama sekali tidak merasa memesan barang atau apa pun."Paket untuk Anda, Nona.""Tapi aku tidak membeli barang online," ucap Alana belum mau menerima paket itu."Anda memang tidak memesannya, Nona, tapi seseorang yang membeli untuk Anda," ucap kurir itu.Alana masih tidak mau menerima dan dia tidak akan mudah percaya. Apalagi beberapa hari lalu Leo telah melakukan sesuatu yang besar pada keluarga Ferdi, ayah Barca, mantan kekasihnya. Bahkan sempat tersebar gosip diluaran sana kalau Leo adalah dalang dari semua kehancuran keluarga itu. Meski Leo dan Damian telah melakukan konferensi pers bahwa semua rumor itu tidak benar, tetap saja dia harus menjaga diri dan waspada."Nona, saya masih banyak barang yang harus dikirim, tolong segera terima!" ucap kurir sedikit memaksa.Melihat keseriusan dan kegelisahan kurir di hadapannya, Alana merasa iba dan kasihan. Hanya saja dia masih sangsi dan ragu untuk menerima bara
"Menurut informasi yang aku peroleh dari orang-orang suruhanku, memang gadis itu yang kita cari selama ini.""Lalu, siapa pria yang bersamanya? Bukankah dia-" "Leo, Leonardo Samudera Rajaya. Orang yang berhasil meruntuhan kesombongan Ferdi dan menduduki jabatan tertinggi dengan kepemilikan saham tertinggi di Perusahaan Nan-Auto. Sahamnya mencapai tujuh puluh persen dan bisa dikatakan dia adalah pemilik baru perusahaan itu."Di antara para tamu undangan, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan dan memperhatikan Leo dan Alana. Tatapan mereka melekat pada pasangan itu dan terpatri dengan jelas. Bahkan sang wanita tampak tersenyum tipis dengan wajah yang keras dan sinis. Dari ekspresi mereka, terlihat bahwa mereka sedang membahas atau mengamati sesuatu yang menarik perhatian mereka. Ketika keduanya melihat Alana, mereka melihatnya seperti sebuah papan target yang memiliki lingkaran berlapis warna yang menarik perhatian mereka. Mereka siap melepaskan anak
"Menurut Anda begitu?" Sekali lagi Leo memicingkan mata tajamnya pada Carlos."Ya." Carlos gugup.Untuk menutupi rasa gugupnya, pria itu mengalihkan pandang pada istrinya untuk mendapatkan dukungan. Dia juga berharap Tanty bisa membantunya agar tidak dijadikan ikan goreng oleh Bayu karena kesalahan yang dilakukannya."E ... Tuan." Akhirnya Tanty buka mulut. "Anda dan nona Alana memang tampak serasi. Saya yang salah mengira," ucapnya.Leo menunjukkan ekspresi wajah yang kecut ketika dia merasa kecewa dengan sikap yang ditunjukkan oleh Carlos dan Tanty. Meskipun dia tidak mengenal mereka, namun tindakan mereka terhadapnya, terlebih terhadap hubungannya dengan Alana membuat dirinya merasa terganggu. Hal ini membuat Leo menyayangkan dan kecewa karena ia tidak dapat memahami alasan di balik perilaku mereka. Perasaan tersebut tiba-tiba mengusik dan membuatnya berpikir keras tentang siapa dan apa tujuan dari Carlos dan Tanty menyapa mereka. Oleh karena itu, Leo berusaha untuk tetap tenang m
"Hai, Cantik!"Seorang pria gembul datang mendekati Alana dan mulai menggodanya."Maaf, Tuan. Tolong berlakulah sopan!" seru Alana.Alana menggeser kakinya sedikit menghindari uluran tangan nakal pria itu. Meski dia merasa takut dan ngeri, namun Alana terlihat tenang dan berusaha untuk tetap tenang."Jangan galak-galak, Cantik! Nanti kecantikanmu luntur lho kalau galak-galak," ucap pria itu lagi.Pria itu tampak mabuk karena berdiri pun terhuyung-huyung seperti pohon tertiup angin. Matanya juga merah menyalak seperti serigala hendak menerkam mangsa."Woi! Lihat gadis cantik ini!" Pria itu berteriak sembari menoleh ke arah dua pria yang sedang berbincang di seberang jalan. Sepertinya mereka adalah teman pria itu. "Lihat! Gadis ini terlihat galak!" teriaknya lagi.Alana semakin menggenggam erat tas tangannya di depan dada menutupi rasa geram, marah bercampur ngeri. Terlebih saat dua pria itu menoleh dan melihatnya, lalu berjalan mendekat.Alana merasa sangat terkejut ketika menyadari ba
"Bear, kamu cemburu?" Alana bergelayut manja pada lengan Leo. Gadis itu merajuk dan berusaha membujuk agar Leo tidak lagi memberinya wajah cemberut dan garang. Dia pikir karena suaminya itu cemburu melihat dia bersama Arga."Jangan dekati pria itu lagi, Alana! Kalau kamu bertemu lagi, maka jauhi dia!" seru Leo tidak mempedulikan wajah manja Alana. Leo memilih fokus pada jalanan dan lingkaran setir. Namun, semua sikap itu hanya semu saja, hanya untuk menutupi dan meredam rasa marah dan cemburu dalam hati. Meskipun begitu, larangan yang dikatakan pada Alana bukan main-main. Dia serius dan berharap Alana mendengar juga mematuhinya."Dia hanya membantuku. Aku juga tidak mengenalnya. Lagi pula ini salahmu! Kamu terlambat menjemput aku."Alana melepaskan tangan dari lengan Leo dan menghentakkan tubuh menjauhi Leo. Dia menjaga jarak. Kali ini dia juga merasa kesal atas sikap Leo menanggapi situasi yang hampir saja membahayakan dirinya. Namun, saat menceritakan pada L
"Ada apa?" tanya Damian setelah duduk di samping Leo.Damian melihat Leo tampak lesu dan terbebani oleh pikiran yang berat. Biasanya, setelah rapat selesai, mereka akan berbincang-bincang sejenak, namun kali ini tidak ada obrolan tersebut. Leo langsung pergi kembali ke ruang kerjanya dan duduk dengan wajah yang penuh dengan kerutan."Apakah kamu yakin anak itu memiliki nama belakang Wijaya?" tanya Leo pada Damian dengan tatapan tajam untuk memastikan kebenarannya. "Ya. Dia memiliki nama belakang Wijaya. Apa kamu mengenalnya?" Damian penasaran.Dalam hatinya, Damian merasa khawatir tentang apa yang sedang dipikirkan oleh Leo. Apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan pemilik mobil itu sehingga Leo ingin tau dan terlihat sangat terbebani? Namun, dia tidak ingin menyimpulkan hal-hal yang belum pasti sehingga dia hanya diam dan menunggu sampai Leo membuka diri."Aku rasa tidak. Aku tidak mengenalnya. Hanya saja nama itu tidak asing bagiku," jawab Leo, namun terdengar tidak yakin. Dami
"Hai!" sapa seseorang di belakang Alana.Ketika Alana memutar kepala untuk melihat siapa yang menyapanya, suara yang terdengar asing di telinganya membuatnya merasa pernah mendengar suara itu sebelumnya. "Kamu?"Namun, rasa penasaran itu langsung berubah menjadi kejutan ketika dia melihat Arga berdiri di depannya dengan senyum lebar di wajah."Hai!" Kembali Arga menyapanya. Kali ini disertai senyum dan lambaian tangan yang ramah untuknya.Tak bisa dipungkiri, wajah tampan Arga dengan lesung pipit di pipinya berhasil menambah daya tarik dari sosok itu. Alana merasa tertegun dan sedikit kagum dengan penampilan Arga yang terlihat menawan dan manis.Meski pernah bertemu Arga dan pria itu pernah menolongnya dan bisa dikatakan dia memiliki hutang Budi, namun melihat pria itu ada di kampusnya, Alana menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri mengamati sekitar mereka."Kenapa? Kaget ya kita bertemu lagi?" tanya Arga.Melihat Alana seperti orang bingung, Arga pikir itu adalah reaksi dan sikap y
"Alana, biar aku antar kamu pulang!" Arga meraih tangan Alana dan menahannya saat gadis itu hendak bangkit dari duduk. Dia juga langsung berdiri dan bersiap untuk mengantar Alana pulang. Namun, Alana menolak tawarannya dengan sopan."Terima kasih, tapi tidak perlu. Aku bawa mobil sendiri," tolak Alana.Alana perlahan-lahan menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Arga yang ada di lengannya. Meskipun bibirnya sedikit tersenyum, namun senyum itu hanya sebagai pemanis semata. Dia merasa kaget dan tidak nyaman dengan sentuhan tangan Arga yang membuatnya merasa terganggu. Alana berusaha untuk menjaga jarak dengan Arga agar tidak ada lagi sentuhan yang membuatnya tidak nyaman."Baiklah," jawab Arga pasrah.Dia lupa, saat datang ke restauran itu Alana juga menolak pergi bersama dan memilih pergi bersama Kalila menggunakan mobil sendiri."Kalau begitu, kita pergi ke luar bersama-sama," sambungnya.Tidak ada pilihan, Alana menolak diantarnya pulang. Maka, yang dilakukan Arga hanya jalan be