Share

2. Mikhaela Yurainisa

“Lo bisa nggak sih, nggak usah bawel? Gue udah di bandara, El. Nggak akan ada drama ketinggalan pesawat lagi, kok!” ujar Yura berkilah.

“Nggak ada salahnya gue ngingetin, kan? Terakhir kali liputan kemarin, gue kena amukan Wira kalau lo lupa!”

Yura mendecak pelan. Jika diingat-ingat kejadian waktu itu, kesalahan memang ada pada Yura. Saat itu Yura memang tengah sibuk menekuri laptopnya dengan mengenakan earphone, sampai-sampai dia tidak mendengar suara operator bandara yang memberitahukan penerbangannya. Alhasil perempuan itu ketinggalan pesawat.

“Bahas terooooos! Gue kan udah ganti rugi, El. Kenapa mesti dibahas lagi, sih!” Yura bersungut-sungut. Saat itu suasana hatinya memang sedang tidak baik.

“Gue nanti malam mau kencan, Ra. Lo sendirian gue tinggal nggak apa-apa kan, ya?”

“Emang biasanya juga gimana? Nanti gue coba cari cowok ganteng deh pas di sana.”

Leon mendecak pelan. “Sok-sokan lo! Kayak udah move on aja dari si Om. Eh btw, Ra, kenapa lo nggak berangkat bareng sama Om lo aja, sih?”

“Ogah! Kalau bukan ini karena lo yang maksa, gue nggak bakalan mau datang, ya! Lo tau kalau jantung gue nggak bakalan aman sama dia, kan?”

“Masih cinta lo sama dia? Bukannya malah bagus, kan? Dia udah putus sama si Nenek Lampir. Lo sama dia juga nggak ada ikatan darah, kan? Kali aja gitu, mau lanjutin kisah yang belum kalian mulai.”

Yura menghela napas pendek. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. “Atau hati lo udah kebagi sama si Babang Pilot?”

“Nggak usah ngaco deh, El. Gue bahkan nggak ada hubungan apapun sama dia.”

“Tapi dia cukup membekas di hati lo, kan? Awas aja lo di sini mabuk, terus tiba-tiba ngomongin dia lagi!”

“Buka aja semua aib gue, El! Sialan!” sengal Yura, dan hal itu membuat Leon tertawa puas di seberang sana.

“Lo pakai gengsi segala, sih. Kurang apa, coba? Udah ganteng, pilot, body goals banget, sayangnya aja dia nggak homo. Coba homo, gue embat, deh!”

“Dia udah punya cewek, El. Gue nggak mau jadi perusak rumah tangga orang!”

“Masa, sih? Setelah apa yang terjadi sama kalian, gitu? Ya menurut ngana aja dia nggak tertarik sama lo?”

“Udah deh, El. Kenapa malah jadi bahas dia, sih? Sana gih kalau lo mau jalan, gue mau kelarin artikel gue dulu sebelum boarding, nih.”

“Iya, iya, bawel!”

Usai mengakhiri panggilannya, Yura lantas menyimpan ponselnya. Dia kembali meneguk kopinya yang sudah tidak panas lagi. Bersamaan dengan suara teguran seseorang, seketika mengalihkan perhatiannya.

Yura terpaku selama beberapa saat, menatap pria jangkung dengan seragam pilot kebanggaannya. Pria itu tersenyum ke arahnya.

“Perasaan baru tadi gue lihat lo bangun tidur, tapi kenapa sekarang lo udah di sini?”

“Hah?” Yura mengerjap.

Krisna terkekeh. “Gue lihat dari medsos lo!”

Bukan suatu kebetulan Yura dan Leon membicarakan pria itu, dan tiba-tiba saja dia muncul begitu saja, kan?

“Ngapain lo di sini?”

“Dengan penampilan gue yang sekarang ini, menurut lo gue di sini ngapain?” Krisna lantas duduk di hadapan Yura, menyesap kopinya dengan perlahan.

Yura memutar matanya sembari berdecak. “Ya kali aja lo habis pulang dari sawah!” sungut perempuan itu dengan wajahnya yang berpaling ke arah jendela. 

Enam bulan telah berlalu semenjak Yura memutuskan untuk menjauh dari Krisna. Bukan tanpa alasan, hanya saja Yura tidak ingin terlalu banyak berharap pada perasaan yang tidak jelas. Terlebih saat dia juga masih belum yakin pada hatinya sendiri.

“Lo masih saja menggemaskan, ya?” Krisna memiringkan wajahnya, senyum lebar terbit di wajah pria itu. “Setelah lo ngindarin gue, lo sekarang mau kabur lagi?”

Yura mendengus pelan, tidak tahu bagaimana harus menanggapi ucapan Krisna. “Apaan sih? Ngindarin lo? Lo nggak sepenting itu, by the way,” ujarnya berkilah.

“Tapi kenapa gue mikirnya justru sebaliknya, ya? Udah gitu, lo nggak pernah balas W******p gue. Gue jadi kepikiran pernah bikin salah apa sama lo,” kelakar Krisna tak terima.

Yura tak langsung menjawab. Otaknya terus berpikir untuk mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan pria itu.  

“Come on, Kris. Gue udah bilang, kan, kalau lo nggak sepenting itu.” Yura menggigit bibirnya sembari memalingkan wajah. “Gue… cuma sibuk dan pengen fokus sama kerjaan gue. That's it.”

“Oh ya?” Krisna menyesap americano-nya. “Kalau gitu, jangan abaikan gue lagi.” Pria itu lantas meraih ponsel milik Yura yang ada di atas meja. Lalu, “Apa password-nya?”

“Mau ngapain lo?” sengal Yura dengan galak.

“Gue cuma pengen memastikan aja kalau nomor gue nggak lo blokir.”

“Astaga! Siniin hp gue, nggak!” Yura berusaha merebut ponselnya dari Krisna, tapi Krisna berhasil mencegahnya. “Gue nggak se-childish itu kali, Kris!”

“Kalau lo nggak se-childish itu, lo harusnya kasih tau gue password-nya.”

“Lo nggak paham yang namanya privacy?” sembur Yura tak mau kalah.

“Nggak kalau buat cewek yang udah bikin gue kelabakan mikirin dia!”

Yura sontak membelalak. “Ya terus salah gue kalau lo mikirin gue?” 

“Iya!”

“Lebay!”

“Ya gimana nggak lebay, kalau lo aja muter-muter di pikiran gue mulu.”

Yura mendecak pelan, akhirnya memilih untuk menyerah. Perempuan itu lantas membuka password ponselnya, membiarkan pria itu melakukan apapun yang ingin dia lakukan setelah ini.

‘Manusia Buaya’

“Manusia buaya?”

Yura menipiskan bibirnya untuk tidak meledakkan tawa, mengabaikan tatapan Krisna yang kini tengah menunggu penjelasan darinya.

Alih-alih menjelaskannya, Yura lantas bersuara. “Kenapa? Lo nggak terima?”

“Wah, lo selalu penuh kejutan, ya?”

“Salah?”

Krisna menggelengkan kepalanya, tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan Yura. Pria itu lantas mengganti nama kontaknya dengan nama lain, sebelum kemudian dia mengembalikan ponselnya kepada Yura.

“Nugas rute ke mana lo? Tahu banget gue di sini?” tanya Yura basa-basi.

“Dari Bali. Kebetulan gue ada janji ketemu sama Joey di sini, dan tadi gue lihat lo. Jadi ya gue samperin.”

“Oh.” Yura membulatkan bibirnya sembari manggut-manggut, lalu kembali fokus ke layar.

“Lo sendiri mau ke mana?”

“Ada acara kantor, yang kebetulan diadakan di Bali. Bentar lagi boarding, sih.”

“Sendirian doang? Nggak ada crew lain?”

Yura mengangguk. “Iya. Yang lainnya udah berangkat duluan. Tinggal gue yang belakangan.”

“Berapa lama di Bali?”

“Tiga harian, maybe?” Yura mengedikkan bahu. “Gue nggak tertarik sebenarnya. Cuma karena Leon maksa gue, gue nggak punya pilihan lain.”

“Bisa lah kita ketemu di sana nanti? Itupun kalau lo nggak ngehindarin gue lagi. Kebetulan besok pagi gue masih ada jadwal terbang ke Bali,” ujar Krisna dengan santai.

“Lo nggak berubah, ya? Masih aja tukang modus!”

Sementara Krisna hanya terkekeh. Pria itu lantas menyesap kopinya, “gue kangen sama lo, Ra,” ujarnya tiba-tiba.

“Gue nggak.”

“Masa, sih?” Krisna tersenyum tipis, dan hal itu sejenak mengalihkan perhatian Yura.

Damn, he's so damn hot. Terkutuklah isi kepala lo, Ra!

“Sayang banget. Padahal dulu kita udah pernah ngelakuin banyak hal. Jangan bilang lo udah ada cowok baru, ya?”

“Ngomong apaan sih lo, Kris? Nggak usah bahas yang udah-udah, deh. Gue—” Yura mengerjapkan matanya, berusaha untuk menemukan kalimat yang tepat untuk menanggapi perkataan Krisna. “—gue bahkan udah lupa sama kejadian waktu itu.”

Beruntung suara operator bandara saat itu sudah lebih dulu mengalihkan perhatian mereka. Yura dengan cepat membereskan barang-barangnya, termasuk laptop, buku catatan, dan ponselnya. Lalu dia bangkit berdiri.

“Gue cabut dulu,” ujar Yura dengan cepat.

Namun baru saja perempuan itu hendak bangkit dari duduknya, Krisna sudah lebih dulu mencegahnya.

“Di Bali nanti bisa, kan kita ketemu lagi?”

Yura menggeleng ragu. “Gue nggak tahu, Kris. Lihat nanti, ya?”

“Well, kalau lo nggak mau, gue masih punya banyak cara,” ujar Krisna sembari menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

“Dasar tukang modus!”

Lalu tanpa menunggu Krisna mengatakan apa-apa lagi, Yura melangkah begitu saja meninggalkan Krisna yang masih termenung di tempatnya.

Yura menghela napas panjang dengan satu tangannya yang menekan dadanya kuat-kuat. Dia tidak yakin jika jantungnya akan baik-baik saja ketika harus berhadapan dengan Krisna. Pria itu terlalu berbahaya, dan Yura tidak ingin terjebak untuk kesekian kalinya.

“Stay calm, Ra. Lo cuma nggak sengaja ketemu sama dia, okay? Nggak usah baper!”

Memilih untuk mengenyahkan pikirannya tentang pertemuan tak sengajanya dengan Krisna, Yura bergegas masuk ke pesawat. Berharap setelah dia terbang nanti, Krisna juga akan lenyap dari pikirannya.

***

Terima kasih sudah mampir dan membaca, ya. 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Riana
heloo babang Krisna_dedek Yura
goodnovel comment avatar
Rini Azahra Istri Mansur
jadi kangen semuanya...
goodnovel comment avatar
prima
wkwkwkwkwk.... bisa2nya yura kasih nama "manusia buaya" buat krisna. OMG....dari sekian banyak namaaaa .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status