Share

3. Mendarat Sempurna di Bali

YURA masih terlihat limbung meskipun dia sangat yakin jika kesadarannya sudah mengumpul dengan sempurna. Perempuan itu baru saja mendarat sempurna di Bandara Ngurah Rai, Bali. Dia lantas menarik kopernya, saat bersamaan dengan ponselnya yang berdering.

“Halo?”

“Lama amat sih lo! Keburu garing gue nungguin di sini!”

Yura mengerutkan keningnya. “Nungguin? Lo jemput gue?”

“Ya menurut ngana aja? Siapa lagi kalau bukan gue yang jemput lo? Nggak mungkin si Om lo, kan?”

“Berisik lo ah! Bukannya lo bilang sibuk? Gue barusan keluar dari pintu kedatangan, nih.” Yura celingukan untuk menemukan keberadaan Leon. “Lo di mana?”

“Gue lagi ngadem di Despresso Coffee. Buruan susul ke sini!”

“Gitu bilang garing nungguin! Gigi lo yang garing!”

Leon tergelak di seberang sana. Lalu tanpa mengatakan apa-apa Yura mengakhiri panggilan tersebut.

Cuaca Bali siang itu terasa terik padahal waktu masih menunjuk angka sepuluh pagi waktu Bali. Yura lantas mengayunkan langkahnya menuju salah satu kedai kopi yang ada di bandara untuk menemui Leon yang tengah menunggunya.

Begitu tiba di Despresso Coffee, Yura mengedarkan matanya ke sekitar. Perempuan itu mengulas senyuman saat tatapannya bertemu dengan Leon yang saat ini tengah melambaikan tangan ke arahnya.

“Mana kopi gue!” Yura lantas menarik kursi yang ada di hadapan Leon, lalu meraih americano mint kesukaannya yang ternyata sudah dibelikan Leon. “Katanya lo kencan? Nggak jadi?”

“Kencan jam segini bikin muka gue gosong, Baby. Sorean dikit, dong. Nggak guna gue skinkeran kalau muka gue gosong, kan?”

Yura memutar matanya. Tidak heran dengan tingkah Leon. Bahkan dibandingkan dengan dirinya yang jarang sekali merawat diri, Leon lebih rajin melakukan perawatan.

“El, gue tadi—” Belum Yura menyelesaikan ucapannya, sebuah pesan dari seseorang muncul di layarnya. Perempuan itu lantas mengerutkan keningnya, heran.

“Siapa tuh, ‘Calon Suami Masa Depan’?” celetuk Leon saat menyadari bukan hanya Yura saja yang penasaran dengan seseorang yang baru saja mengirim pesan padanya.

“Nggak tahu. Gue sejak kapan sealay ini, sih?” Yura meraih ponselnya, lalu membuka pesan dari orang dengan nama kontak asing itu.

[Calon Suami Masa Depan: Udah landing? Kasih kabar kalau udah sampai, ya. Gue lupa tadi mau tanya lo nginep di mana.]

“Sialan!” desis perempuan itu kesal.

“Siapa, sih?” Leon yang ikut penasaran, lantas meraih ponsel Yura, kemudian membaca pesan yang baru saja dikirimkan orang itu di sana. “Ini siapa, Ra? Bukan Om lo, kan?”

“Bukan.”

“Lalu?”

“Krisna.”

Leon seketika membelalak. “OMG! Serius ini Krisna? Sejak kapan nama kontaknya lo bikin alay gini?”

Yura menghela napas, tak langsung menjawab pertanyaan Leon. “Gue nggak sengaja ketemu dia di bandara tadi, El.”

“Emang ya kalau jodoh, pasti ada aja kesempatan ketemunya.”

“Ngaco!”

“Ngapain aja sama dia?”

“Cuma ngobrol doang. Dan ya, dia sadar kalau gue menghindarinya.”

Leon seketika melebarkan pendengarannya. “Terus? Lo jawab apa?”

“Gue nggak mungkin bilang ke dia kalau gue nggak sengaja lihat dia ciuman sama ceweknya, kan?”

“Emang dia sama ceweknya?”

“Ya menurut lo?” sahut Yura dengan wajah galak. “Mau dia sama ceweknya or whatever she is, gue nggak peduli, El. Gue bukan siapa-siapanya dia.”

“Tapi dia yang ngambil perawan lo, kalau lo lupa,” ujar Leon dengan entengnya.

Yura seketika membelalak, lalu melemparkan tempat tissue ke arah Leon yang tampak senang mencibirnya. “Bahas aja terus, El! Gue udah bilang sama lo, ya! Yang terjadi di Lombok itu murni kekhilafan gue doang. Nggak ada yang membekas  di hati gue dan—”

“Kalau momen itu nggak membekas di hati lo, lo nggak mungkin seheboh ini jelasin ke gue, Maemunah! Percuma lo bohong sama gue. Mau sekeras apa lo mengelaknya, gue yakin lo sempat menaruh harap sama si Pilot Ganteng ini.”

Dan Yura kalah telak. Membohongi Leon dengan berbagai alasan yang masuk akal sekalipun, hanya akan berakhir sia-sia.

“Sok tahu! Udah ah, El. Mending daripada lo ngajak debat nggak jelas gini, kita balik ke hotel. Gue udah gerah, nih! Pengen berendam air dingin gue. Enak kayaknya.”

“Tapi gerahnya bukan karena cuaca Bali, kan?” cibir Leon masih belum menyerah.

“El, gue sambit nih lama-lama!” 

Leon tergelak. Keduanya memutuskan untuk bergegas meninggalkan Despresso Coffee detik itu juga.

“Sebelum balik hotel, lo mau jadi bikin tato nggak, Ra? Kebetulan temen gue lagi standby, nih.”

“Mau dong, El! Tapi beneran nggak sakit, kan?” Leon menggeleng di sela langkahnya. “Enaknya di sebelah mana, ya?”

“Di atas puting atau di bagian perut bagian bawah.”

“LEON!”

“Gue serius, Ra.” Leon tergelak. “Tato di bagian itu tuh, bakalan bikin keseksian lo meningkat seratus persen. Apalagi body lo lumayan gini. Grepeable gitu, lah.” Pria gemulai itu lantas merangkul bahu Yura, lalu kembali melanjutkan ucapannya. “Dan gampang bikin horny!”

Sementara Yura sudah kehilangan kata-kata. 

Tepat saat waktu sudah menunjuk angka satu siang, mobil yang dikendarai mereka berbelok di salah satu studio tato yang ada di kawasan Seminyak. 

Leon dan Yura lantas turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam studio tersebut, bersamaan dengan seorang pria dengan tubuhnya yang penuh tato menoleh, lalu menerbitkan senyumannya.

“Hai, Baby!” Pria dengan tubuhnya yang penuh tato itu berjalan menghampiri mereka, dan detik selanjutnya, Yura membelalak. Pria bertato itu mencium bibir Leon dengan mesra.

“Temen gue mau bikin tato, Ndiz. Kenalin dia sahabat gue.”

“Gue Andiz.”

“Yura.” Yura lantas menyambut uluran tangan Andiz.

“Well, Cantik. Lo mau tato apa?”

“Gue belum tahu sih pengen tato apa. Tapi gue kepikiran pengen bikin tato bunga dandelion di punggung gue.”

“Waw! Not bad, gue ada beberapa referensi, nih. Lo bisa lihat-lihat di sini.”

Andiz lantas mengangsurkan sebuah album kepada Yura, membiarkan perempuan itu melihat-lihat album tato yang bisa digunakan sebagai referensi.

Setelah memutuskan mengambil beberapa referensi di sana, Yura dibawa menuju ruangan pembuatan tato.

Yura merebahkan tubuhnya di sana, dan Andiz mulai menunjukkan kemampuannya dalam pembuatan tatonya.

“Nggak ada yang lebih bagus lagi selain bikin tato bunga mawar sama kupu-kupu? Lo pikir lo ini taman bunga?”

Yura terkekeh. “Tadinya gue kepikiran pengen tato ikan koi, El. Lucu banget nggak, sih mereka kayak lagi berenang di badan gue?”

“Wah, sinting juga lo lama-lama!” Dan Yura sontak tergelak. 

Leon memutuskan untuk menunggu di sofa selagi Andiz masih menyelesaikan tato Yura. Hening sesaat, sesekali Yura meringis kesakitan saat jarum-jarum itu menusuk permukaan kulitnya.

Ponsel Yura yang bergetar, sejenak mengalihkan perhatian perempuan itu. Tangannya lantas meraih ponsel yang tadinya diletakkan nakas, lalu dia menghela napas.

“Hm?”

“Lagi apa? Kenapa W******p gue nggak dibalas, sih?”

Yura memutar matanya, lalu mendesah pelan. “Gue sibuk, Kris. Ada apa, sih?”

“Sibuk ngapain sampai-sampai buat balas W******p gue aja nggak sempat?”

Yura menggigit bibirnya. “Gue lagi ditato, mana sempat gue ngebales W******p lo sementara gue nahan sakit di sini, hm?”

“Tato?”

“Iya!”

“Mau lihat dong, Ra.”

“Enak aja! Udah ah, Kris. Gue tutup, ya. Gue sibuk. Bye!”

Lalu tanpa menunggu tanggapan Krisna dari seberang sana, Yura sudah lebih dulu mengakhiri panggilan tersebut.

“Fixed! Doi ngebet banget sama lo, Ra!”

Yura menoleh ke arah Leon yang tampak santai di sana. “Nggak usah ngaco deh, El.”

“Feeling gue sih doi ada rasa sama lo. Mau sampai kapan sih lo bersikap denial gini?”

“Gue nggak denial!” ujar Yura tak terima. Gue cuma nggak mau tertipu untuk kedua kalinya. Yura menghela napas. “Lihat nanti, deh. Gue bahkan nggak berminat untuk menjalin hubungan sama seseorang dalam waktu dekat ini.”

“Bukan karena lo belum bisa move on dari Om lo, kan?”

“Meskipun gue belum bisa move on, gue nggak mau memulai hubungan sama dia, El. Dia udah bikin gue patah hati begitu hebatnya, dan—”

“Kalau begitu nggak ada salahnya lo buka hati buat Krisna,” potong Leon dengan cepat. 

Sementara Yura tidak menjawab. Sialnya, Krisna bahkan tak henti-hentinya mengusik pikirannya sejak tadi.

***

Terima kasih sudah mampir dan membaca, ya. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rini Azahra Istri Mansur
emang se menyenangkan ini kalau udah masuk yang bau2 bucin
goodnovel comment avatar
prima
dari "manusia buaya" ganti jadi "calon suami masa depan" emang dasar krisna nggak mau kalah, yaa...ga terima ya dinamai manusia buaya? kan km emang buaya...buaya darat .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status