Bu, Bu Aina kini sedang berada di rumah Bu Rosita,][Oke! Terus pantau apa saja kegiatan dia.]Pesan dari Jeki, orang yang kubayar untuk memata-matai Aina. Aku yakin ada lelaki lain yang dekat dengannya. Dan melakukan hubungan itu sehingga perempuan itu hamil. Aku harus mencari tau.Teman-temanku pun ikut memantau, meski tak bisa fokus, lantaran mereka juga sibuk dengan pekerjaan sebagai seorang ibu rumah tangga.Hari terus berlalu, belum ada perkembangan yang signifikan. Sedangkan Aina terus saja berusaha mendekatkan diri dengan keluarga ini. Hampir tiap hari dia datang, dengan alasan menemani Mama. Mama yang awalnya cuek padanya pun mulai luluh dengan perhatian Aina. Meski Mas Ubay sering tak terima jika Mama dekat-dekat dengan mantannya itu."Ma, Aina itu mantan Ubay. Apa Mama tak memikirkan sama sekali perasaan Alina!""Perasaan gimana, Bay. Aina kesini hanya sebagai seorang teman. Dia ingin menemani Mama. Kemarin kita senam bareng. Tadinya Mama mau mengajak Alina, tapi kan Alina
"Hah! Kamu menganggap enteng aku, Alina. Kamu akan tersingkirkan, aku yakin itu!""Coba saja!" Tantangku."Nanti kamu akan mengemis meminta aku melepaskan Mas Ubay. Saat itu aku akan mencampakkan dirimu dan anak kamu itu ke jalanan. Aku lah yang seharusnya menjadi ratu di rumah ini. Karena sebentar lagi, Mama akan tau jika aku sedang hamil anak Mas Ubay,""Jangan yakin, dulu. Kalau gagal nanti nangees!"Aina mendengkus kesal. Lalu berjalan dengan menghentak-hentakan kaki menuju mobilnya.Pasti setelah ini dia akan kerumah Bibi Rosita. Seperti kebiasaannya beberapa hari ini. Perempuan itu memanfaatkan perselisihan kakak beradik itu untuk kepentingannya. Aku menarik napas dalam-dalam. Jangan lemah Alina! Jangan lemah!****Malam itu, makan malam terasa beku. Sejak perdebatan Mama dan Mas Ubay, laki-laki itu lebih banyak diam jika di dekat Mama. Begitu juga dengan Mama. Tak ada niat sama sekali untuk memperbaiki hubungan mereka."Tumben nih, pada diam. Lagi sariawan?" tanya Papa yang su
Akhirnya dengan berat hati Mas Ubay berangkat ke Surabaya. Walau sebelumnya dia berencana mengajakku, tapi mengingat di sana dia harus fokus dengan kerjaan dan Hafidz yang masih terlalu kecil, rencana itu akhirnya dibatalkan."Sayang, jaga diri baik-baik, ya. Jika kamu mau, aku akan meminta Lea menemani disini," begitu khawatirnya Mas Ubay."Jangan, Mas. Lea lagi hamil. Kasian nanti kecapekan. Biar aku sendiri saja. Aku yakin bisa menjaga diri,"Mas Ubay mendekat. Tangannya terulur membingkai wajahku. Mata kami bersitatap, ada kaca-kaca di matanya yang berusaha dia tahan."Mas, janji akan segera kembali," aku mengangguk seiring pelukan yang erat yang Mas Ubay berikan.Aku pun merasa berat, ada sesuatu yang rasanya hilang ketika lelakiku itu beranjak pergi."Ma, titip Alina. Ubay harap Mama ga bawa Aina lagi ke sini, kalau tidak. Setelah Ubay kembali kami akan pindah ke rumah kami sendiri,""Kamu mengancam, Mama?" Mama pun terlihat sewot.Aku meraih tangan Mas Ubay, meremasnya erat, se
"Tapi, Mama kan bisa memaksa Mas Ubay untuk menceraikannya, Ma," Aina memburu."Tidak bisa, Aina. Alina seperti sebuah magnet yang membuat seluruh perhatian dan kasih sayang Ubay tercurah padanya," Mama mendesah."Maafkan Mama," lanjut Mama."Tak apa, Ma. Misal Aina berubah penampilan seperti Alina apa Mas Ubay akan tertarik?""Mama tak yakin. Karena dia tak suka wanita karier,"Jawaban Mama menjadi skakmat untuk Aina. Perempuan itu seakan sangat kecewa lalu pamit pulang.[Jeki, Aina keluar dari rumah saya. Kamu ikuti sekarang,][Siap, Bu.]Aku kembali ke kamar. Setalah tadi video call dengan Mas Ubay, perasaanku sedikit tenang, beruntung Mas Ubay selalu menenangkanku.Ponsel Mas Ubay yang kini kupegang berbunyi, ada panggilan dari Aina. Aku mengabaikan. Khawatir jika Aina mengetahui jika Mas Ubay sudah mengganti ponselnya.[Mas, angkat teleponnya!][Aku sedang rapat, tak bisa!] Ketikku dengan dada berdebar.Tak lama Aina mengirim video panasnya dengan laki-laki yang mirip sekali deng
POV Aina.Lelah juga setelah seharian mencari muka pada Tante Hana, mamanya Mas Ubay. Sejak mantan suamiku itu menceraikanku, ada penyesalan yang sangat di dalam hati ini. Mas Ubay tampak begitu mempesona, ditambah hidupnya yang memang mapan sedari dulu. Berbagai upaya telah aku lakukan agar dia kembali padaku.Namun, akhirnya dia menikah juga dengan perempuan norak yang memakai kerudung itu. Bahkan sekarang sudah punya anak. Aku tak tau lagi harus melakukan apa. Walau jika aku mendapatkan Mas Ubay, aku harus melepaskan karirku sebagai artis terkenal."Kamu ngapain lagi, sih, Na. Mengambil hati mantan kamu itu? Apa tak cukup ada aku yang setia menemani kamu?" Aku sedang membersihkan sisa makeup di depan meja rias, ketika Roy berciloteh yang membuatku muak. Lelaki yang menjadi manager sekaligus teman tidurku itu selalu saja berkata seperti itu jika aku mau berangkat ke rumah Mas Ubay."Kamu ga usah ikut campur, Mas. Ini urusan pribadiku. Aku yang mengurusnya sendiri,""Tapi, apa yang
Andre sudah dipenjara karena keteledorannya. Padahal aku sudah memberi saran agar membunuh Alina dengan cara halus. Namun, lelaki bodoh itu malah menyiramkan minyak ke anak tangga menuju kamar Alina. Dengan cara seperti itu, aku khawatir justru orang lain yang kena, bahkan bisa Mas Ubay sendiri yang terjatuh. Dasar laki-laki tak berpikir panjang, benar saja perkiraanku. Malah istrinya sendiri yang jatuh dan berguling dari anak tangga yang tinggi itu hingga kini lemah tak berdaya di atas kursi roda.****Hari menjelang sore aku mendatangi rumah Tante Rosita. Seperti biasa, perempuan itu sedang sibuk mengurus anaknya yang kemungkinan akan cacat seumur hidup itu."Jadi apa rencana kamu, Na?""Aina, mau Mas Ubay menceraikan Alina. Gimanapun caranya,""Iya, Tante juga setuju. Perempuan itu pembawa sial, kalau saja dia tak menikah dengan Ubay, pasti Flo tak akan celaka seperti ini. Sekarang Flo seperti mayat hidup, Tante capek mengurusnya," Keluh Tante Rosita.Aku tersenyum kecut. Selama i
"Kenapa bisa begini, sih!" rutukku saat kembali ke apartemen."Makanya aku bilang kamu sibuk sama karir aja, jangan malah ngurusin yang tidak-tidak!""Emang aku ngurusin apa!" teriakku tak terima."Kamu ngurusin mantan, sampai membuat video kita sedang begituan! Kamu sudah mengirim video itu ke siapa aja?" Tanya Mas Roy.Sejenak aku berpikir, selain kepada Mas Ubay, aku tak mengirimkan pada siapa lagi. Tapi, dalam benakku kan itu Mas Ubay, bukan Mas Roy, karena perawakan mereka mirip apalagi aku sudah mengedit sedemikian rupa hingga wajahnya sekarang wajah Mas Ubay."Cuma ke Mas Ubay, dan aku sudah mengedit video itu!""Bod*h kamu! Benar-benar bod*h!" Umpatnya."Apa kamu bilang!aku bod*h! Hei! Kamu yang bod*h, kamu berharap aku cinta sama kamu, kan? Ngaca dong, Mas! Aku masih single sedangkan kamu laki-laki beristri!"Wajah Mas Roy memerah marah. Istrinya sengaja dikirim ke kampung agar dia bebas melakukan apa saja disini."Oke!kalau gitu aku berhenti menjadi manager kamu. Silahkan ca
Aku hanya diam, karena saat ini dia sedang memelukku erat.***Keesokan harinya aku kembali ke rumah Mama Mas Ubay. "Bu Hana dan Mbak Alina sedang tak di rumah, Mbak," ujar security yang sedang menjaga di pos depan rumah Mas Ubay.Lelaki itu kini menempatkan dua orang penjaga di sana. Berlebihan sekali."Kemana, ya, Pak?""Saya kurang tau, Mbak,"Akhirnya aku pergi dengan rasa kecewa seharusnya hari ini aku bisa mengajak Mama keluar dan makan bersama, sembari mencari tau tentang keseharian Alina, Mama pasti tau kemana Alina biasa pergi dan makanan apa yang dia suka. Dengan begitu aku bisa merencanakan segala sesuatunya lebih sempurna.Namun, semua gagal karena mereka ternyata tak ada dirumah. Agar tidak terlalu cepat pulang, aku memilih ke rumah Tante Rosita.Sesampainya di sana, Flo yang sedang duduk di kursi roda di ruang tamu menatapku dengan tatapan tak suka."Kamu ngapain lagi, kesini, Mbak?""Mau ketemu Tante," ujarku santai lalu menjatuhkan bobot tubuh di sofa."Mama tak ada, M