Saat itu, pintu kamar tiba-tiba ditendang hingga terbuka."Braak!" Bunyi gebrakan yang cukup keras mengejutkan semua orang yang ada di dalam kamar.Irma menoleh ke arah pintu dan mengerutkan keningnya saat melihat Burhan. "Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu harus pergi untuk meminta daftar aset sama Sergio?"Burhan berjalan menghampirinya dengan wajah muram, melambaikan daftar di tangannya ke arahnya."Ya, sudah aku ambil."Mata Irma berbinar. Dia buru-buru membuka kertas itu dan melihatnya.Saat itu, Remon meninggal secara tiba-tiba, jadi tidak sempat meninggalkan surat wasiat.Namun karena masih ada Liana, ditambah lagi Sergio yang masih belum menikah, mereka tidak pisah rumah.Remon adalah orang yang sangat paham bagaimana menikmati hidup. Tidak hanya mengoleksi banyak lukisan, kaligrafi dan barang antik yang mahal, dia juga memiliki banyak harta benda pribadi.Irma sangat ingin mendapatkan semua itu.Namun ketika membaca apa yang ada di dalam daftar itu, wajah Irma langsung tersenta
Dengan kata lain, Irma tidak hanya tidak mendapatkan keuntungan dari pisah rumah ini, dia bahkan mengalami kerugian yang cukup banyak.Irma mengumpat dalam hati karena sangat marah, sampai tidak bisa tidur berhari-hari....Di sisi Hazel, dia juga tidak terus bersantai.Sejak mengusir Keluarga Vandana dari rumah ibunya, Hazel pergi ke beberapa studio untuk mendekorasi ulang rumah itu.Karena ingin tetap mempertahankan jejak-jejak sang ibu, rumah tersebut direnovasi total.Dekorasi rumah dirancang sesuai dengan gaya favorit Kirana saat masih hidup. Kalau ada waktu, Hazel akan datang untuk melihatnya.Sekitar setengah bulan, renovasi akhirnya selesai.Rumah itu benar-benar terlihat baru.Hazel berjalan mengelilingi rumah, pikirannya terus mengingat waktu yang dihabiskannya bersama ibunya.Kenangan itu masih jelas meskipun sudah bertahun-tahun berlalu.Wajah cantik, suara lembut dan senyum hangat ibunya terukir jelas di benaknya.Dia berjalan ke ujung koridor dan melihat ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan selesai dibersihkan dan ternyata saat ini sudah jam sembilan lewat.Hazel sudah cukup lelah. Dia duduk di sofa dan tidak ingin bangun.Sergio memeluknya, lalu memijit pundaknya. "Kamu capek? Tahu begitu aku minta pelayan buat bantu kamu beres-beres tadi."Melihat Hazel bersandar di bahunya, bahkan tidak ingin membuka matanya, Sergio merasa tidak tega.Hazel yang mendengar itu pun menjawab sambil tersenyum tipis, "Nggak secapek itu, kok. Aku malah senang. Selama ini Dania bohong padaku dan bilang kalau barang-barang ibuku sudah dibuang. Bisa mendapatkannya kembali setelah menganggap semua itu hilang membuatku sangat senang."Sergio menunduk dan mencium kening Hazel dengan lembut.Tiba-tiba, Sergio teringat sesuatu, jadi dia bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan dengan JY Group'?"Hazel berinisiatif melingkarkan tangannya di leher Sergio, lalu menjawab, "Tentu saja merebut kembali semua saham yang awalnya jadi milikku. Aku nggak akan membiarkan kerja keras ibuku sia-sia
Sergio menggeleng pelan. "Ibu nggak akan setuju. Jangan khawatir, sebenarnya hati Ibu lebih kuat dari hati siapa pun."Liana telah mengalami banyak hal di masa mudanya. Apa yang terjadi saat ini bukanlah apa-apa.Hazel menghela napas pelan dan berkata tanpa daya, "Kalau begitu, kita harus menemuinya setiap minggu dan meluangkan lebih banyak waktu untuk menemaninya.""Ya."Sergio menunduk, mencium kening Hazel dan berkata, "Tidurlah."...Keesokan harinya, Hazel bangun sangat pagi. Dia sarapan seadanya dan langsung pergi ke kampus.Hari ini adalah hari yang sangat penting karena Hazel harus menyerahkan skripsinya.Dia berpamitan kepada Sergio, berkata sambil melingkarkan tangannya di leher Sergio dan mencium bibirnya, "Tuan Sergio, doakan semoga aku beruntung."Meskipun Hazel selalu unggul dalam bidang akademik, dia tetap menganggap serius skripsi yang tengah dia kerjakan.Jurusan di kampusnya menyelenggarakan pertemuan khusus yang mengharuskan setiap mahasiswa berdiri di atas panggung
Hazel memang berkata begitu, tetapi Winda tahu kalau Hazel tidak mempercayainya.Dia menatap Hazel dengan tajam, lalu menggerutu, "Cih, menyebalkan sekali! Untuk sementara, kamu sudah kehilangan hak buat bicara denganku."Tatapan penuh emosi itu membuat Hazel tertawa. Karena bel sudah berbunyi, jadi Hazel mengurungkan kembali apa yang ingin dia katakan.Dosen sedang berada di depan untuk memberikan kata sambutan, memperkenalkan poin-poin utama dari sesi kali ini.Darra datang terlambat dan menyela pembicaraan dosen."Bu, saya benar-benar minta maaf. Saya nggak sengaja datang terlambat."Dosen menatap Darra dan berkata dengan nada tak berdaya, "Darra, duduklah. Saya harap kamu nggak akan terlambat lagi."Meskipun begitu, dosen itu tidak marah.Karena kelas ini dianggap sebagai kelas terakhir.Saat nilai keluar, mata pelajaran ini akan benar-benar selesai.Darra tersenyum malu-malu, lalu berjalan cepat ke dalam kelas.Dia melihat ke sekeliling kelas dan akhirnya menatap Hazel, lalu berja
Legenda yang dipuja, dikagumi dan dicemburui oleh semua orang.Sementara Hazel, dia akan dipaku pada pilar rasa malu selamanya dan tidak akan pernah bisa bangkit lagi.Saat ini, dosen tiba-tiba memanggil nama Darra.Darra menyembunyikan kegembiraannya dan perlahan-lahan berdiri.Sebelum naik ke atas panggung, dia sekali lagi menatap Hazel dengan tatapan provokatif.Entah kenapa, Hazel merasa ada sesuatu yang tidak beres saat melihat punggung Darra. Hatinya seakan memiliki firasat tertentu.Saat Darra membuka rancangannya, firasat itu berubah menjadi kenyataan.Hazel duduk menegang, matanya yang jernih dipenuhi dengan kemarahan saat menatap desain yang ditampilkan oleh Darra.Desain yang Darra buka sama persis dengan desain yang telah dia buat selama seminggu.Hanya ada beberapa perubahan dan modifikasi sederhana pada detailnya.Tangan Hazel gemetar pelan saat menggenggam tas laptopnya.Beraninya Darra melakukan ini kepadanya!Dalam sekejap, banyak gambaran melintas di benak Hazel dan a
Di bawah panggung, Winda juga merasakan ada yang tidak beres.Dia mendekati telinga Hazel dan bertanya dengan suara pelan, "Hazel, apa sebelumnya dia sudah tahu karya milikmu dan sengaja menyamaimu?"Namun setelah mengatakan itu, dia merasa ada yang tidak beres."Hazel, kenapa karyanya ini sangat mirip dengan gayamu? Jangan bilang ...."Hazel menganggukkan kepalanya, meletakkan jarinya ke bibirnya dan memberikan isyarat kepada Winda untuk diam. "Kita tunggu dan lihat apa yang akan terjadi."Dia tahu kepribadian Winda, takut kalau Winda tiba-tiba berteriak.Winda bukanlah mahasiswa desain, melainkan mahasiswa departemen keuangan. Saat ini, dia hanya menemaninya saja."Jadi, dia benar-benar yang menirumu? Nggak boleh. Kita nggak boleh membiarkannya begitu saja!"Membayangkan Darra yang selama ini selalu menggertak Hazel, bahkan sekarang mencuri desain Hazel, Winda merasa geram sendiri.Apa Darra menganggap Hazel bodoh karena tidak mengungkapkan kemarahannya?Hazel menggandeng lengan Wind
Hazel disebut tidak tahu malu karena telah mencuri karya adiknya sendiri. Mereka mengatakan kalau kepribadian Hazel sangat buruk dan tidak pantas menjadi mahasiswi Kota Palapa.Ada juga yang menyarankan untuk memeriksa hasil ujian Hazel di SMA. Bagaimana mungkin seorang gadis bisa memecahkan rekor tertinggi?Ketika Winda melihat ini, amarahnya hampir meledak tak terbendung.Setelah menjadi sahabat Hazel selama bertahun-tahun, dia tahu perilaku Hazel lebih baik daripada orang lain.Dia juga tahu lebih baik daripada orang lain kalau Hazel lah yang menjadi korban!Semua karyanya adalah hasil karyanya sendiri, bukan hasil jiplakan atau mencuri milik orang lain.Dia sangat marah dan menatap Darra dengan penuh kebencian, lalu bertanya dengan suara yang dalam, "Darra, apa masalah ini ada hubungannya denganmu? Apa kamu yang membuat berita itu jadi topik panas?"Darra mengangkat alisnya dengan sombong, lalu menjawab sambil tersenyum, "Kalaupun aku yang melakukannya, apa yang bisa kamu lakukan?