“Rowan.” Kiara yang melihat Rowan segera memanggilnya. Rowan benar-benar terharu ketika sang kakak memanggilnya. Rasanya benar-benar tidak menyangka jika ternyata sang kaka kini mau bicara. Seperti apa yang dikatakan perawat. “Kak.” Rowan menghampiri sang kakak.“Bagaimana Ghea?” Kiara langsung menanyakan adik iparnya itu. Rowan masih tidak percaya jika kakaknya mau bicara. “Rowan.” Kiara bertanya kembali. “Ghea baik-baik saja, Kak.” Rowan segera menjawab pertanyaan kakaknya. Kiara bernapas lega. Tadi dia sudah takut sekali ketika Ghea pendarahan. “Kakak sudah mau bicara.” Air mata Rowan tidak tertahan lagi. Tidak menyangka akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Di mana kakaknya akhirnya bicara. “Maafkan aku selama ini yang tidak mau bicara. Aku terlalu sibuk dengan perasaanku sendiri.” Kiara merasa bersalah dengan Rowan. Padahal adiknya itu sudah berjuang dengan baik untuknya. Rowan langsung memeluk kakaknya. “Tidak, aku tidak masalah. Aku senang Kakak mau bicara lagi. J
Suara ketukan pintu terdengar. Ghea dan Rowan mengalihkan pandangan pada pintu. Saat pintu terbuka tampak Mommy Shea di balik pintu. Dari balik sang mommy ada Gemma yang menerobos masuk. “Mommy.” Gemma berlari masuk. Menghampiri Ghea yang berada di ranjang. Tangan mungil Gemma langsung memeluk sang mommy yang berada di atas ranjang. Rowan tersenyum ketika melihat Gemma langsung memeluk Ghea. Dia tahu bagaimana sayangnya Gemma pada Ghea. Kiara yang berada di belakang Mommy Shea pun juga melihat bahagianya Gemma bersama Ghea. Sejak pertama kali melihat Gemma di rumah sakit, dia memang sudah begitu menarik perasaannya. Pembawaan Ghea yang lembut tentu saja membuatnya luluh. Jika dia saja luluh, bagaimana mungkin Gemma tidak. “Sayang, Mommy rindu.” Tangan Gemma memeluk Gemma. “Gemma juga rindu.” Gemma tersenyum.Ghea tersenyum. Dia senang bisa melihat Gemma. Saat sibuk merasakan bahagianya itu, dia melihat mommy-nya yang datang dengan Kiara. “Kak Kiara.” Dia memanggil kakak iparnya i
“Apa semudah itu meminta maaf setelah apa yang Anda sudah lakukan?” Kiara menatap Sonia. Sonia berdiri. Menghampiri Kiara. “Jika kamu bilang aku bisa tenang hidup setelah Steven pergi, kamu salah. Aku benar-benar hancur ketika anakku pergi begitu cepatnya. Saat aku tahu kamu punya anak, aku berpikir aku akan datang padamu. Membawamu bersamaku dan Gemma juga. Sayangnya, melihatmu yang depresi membuatku gelap mata hanya membawa Gemma saja. Hingga aku menghalalkan segala cara mendapatkan Gemma. Sejenak aku lupa kalau harusnya aku tidak melakukan itu.” Sonia berlutut di hadapan Kiara. “Aku hanya kesepian karena itu aku ingin Gemma bersamaku, tanpa memikirkan sama sekali perasaanmu, tanpa memikirkan jika ada orang-orang yang sudah berjuang menjaga Gemma selama ini.” Air mata Sonia menetes. Dia sadar meminta maaf saja tidak cukup setelah apa yang terjadi. Kiara melihat dengan saksama apa yang dilakukan oleh Sonia. Kematian Steven memang menjadi luka untuk dirinya dan semuanya. Ghea yang
Ghea dibantu Rowan segera naik ke atas ranjang periksa. Perawat menuangkan gel ke perut Ghea untuk memudahkan proses USG. Mama Lyra segera mengarahkan alat USG ke perut Ghea, mengecek keadaan anak di dalam kandungan Ghea. Mama Lyra menjelaskan jika keadaan anak Ghea baik. Semua anggota tubuhnya lengkap. Berat sang bayi juga pas sesuai usia kandungan. “Jenis kelaminnya apa?” Mommy Shea begitu penasaran sekali.“Sebentar, kita cek dulu.” Mama Lyra mengecek jenis kelamin anak Ghea. Senyumnya terbit di sudut bibirnya ketika mengetahui jenis kelamin anak Ghea. “Kenapa justru kamu tertawa? Apa jenis kelaminnya?” Mommy Selly tak sabar sekali mendengar jenis kelamin anak Ghea. Mama Lyra menatap satu per satu orang yang berada di dalam ruang pemeriksaan. Semua tampak tegang dan penasaran sekali. Hal itu membuatnya begitu gemas sekali. “Anak Ghea laki-laki.” Mama Lyra tersenyum. Ternyata keturunan Adion disambut anak laki-laki lagi. Rowan langsung mendaratkan kecupan di dahi Ghea. Merasa
Rowan benar-benar tidak bisa jika harus menunggu di rumah. Dia terlalu panik. Alhasil, dia memilih untuk membawa Ghea ke rumah sakit tepat setelah makan malam. Sama-sama menunggu, lebih baik dirinya menunggu di rumah sakit saja. Jadi Rowan memilih kamar VVIP dengan tipe royal suite. Kamar terdapat pantry, ruang tamu, dan kamar untuk orang-orang yang ikut menjaga. Kamar rumah sakit ini benar-benar serasa di hotel mewah. Mengingat malam hari, akhirnya Kiara dan Gemma tinggal rumah. Ada asisten rumah tangga dan perawat yang akan menjaga mereka. Mendengar kabar jika Ghea akan melahirkan, keluarga langsung meluncur semua ke rumah sakit. Mereka khawatir dengan keadaan Ghea. “Kenapa kamu memberitahu semuanya?” Ghea menekuk bibirnya. Ini sudah malam, tetapi Rowan justru mengabari keluarganya, terutama mommy dan daddy-nya untuk datang ke rumah sakit. Padahal, dia masih merasakan kontraksi yang cukup jauh. “Jika aku tidak mengabari mereka, bisa-bisa akan dipecat jadi menantu.” Rowan sudah
Ghea tersenyum. Kakak-kakaknya memanglah yang terbaik. Sejak kecil, mereka begitu menyayanginya. Sampai dewasa dan sudah punya anak pun kedua kakaknya masih begitu perhatian. Semua keluarga menunggu Ghea. Rowan membantu Ghea berjalan-jalan di kamar agar pembukaan dapat bertambah. Sesekali Rowan membelai lembut punggung sang istri. “Apa sakit sekali?” Rowan menatap sang istri. “Em … sedikit, emm … banyak. Entahlah.” Ghea tertawa. Dia sulit mendeskripsikan rasa sakitnya. Mungkin karena kadang sakit sekali, kadang tidak sakit. “Kamu masih bisa tertawa.” Rowan mencubit pipi Ghea. Merasa jika sang istri benar-benar tenang sekali. “Jangan takut. Jika kamu takut, aku juga ikut ketakutan.” Ghea menatap sang suami. Mencoba menenangkan sang suami. Rowan mengangguk. Dia melihat jika memang benar adanya. Jika dirinya takut, tentu sang istri akan ikut takut. “Rasanya jika melihat orang akan melahirkan membuat aku takut.” Daddy Regan mengembuskan napasnya ketika melihat Ghea bersama Rowan be
“Sayang.” “Ghe.” Al, El, Shera, Freya, Mommy Shea, dan Mommy Selly langsung terkejut ketika melihat Ghea kesakitan. Mommy Selly segera memanggil perawat atau dokter yang berjaga. Daddy Bryan dan Daddy Regan yang sedang mengobrol juga langsung mengecek keadaan Ghea.Tepat saat itu juga Dr. Lyra datang. Dia meminta para pria keluar kecuali Rowan. Dia pun segera mengecek keadaan Ghea. Ternyata pembukaan sudah hampir sempurna. Jadi Ghea sudah siap untuk melahirkan. “Kita akan lakukan persalinan.” Dr Lyra menatap semua yang berada di ruangan. Dia memberikan isyarat pada perawat untuk mempersiapkan semuanya. Dengan segera Ghea dibawa ke ruang persalinan. Semua keluarga ikut menunggu di depan ruang persalinan. Hanya Rowan saja yang diperbolehkan masuk. Rowan terus memegangi tangan Ghea dengan erat. Dia memberikan dukungan pada sang istri.Ghea berusaha mengatur napasnya. Rasa sakit benar-benar teramat menyiksanya. Sungguh membuatnya benar-benar tak berdaya. Sungguh sakitnya benar-benar
Ghea sudah dipindahkan di ruang perawatan. Bayi Ghea sudah dipindahkan ke ruang perawatan bersama sang ibu. Setelah mendapati jika bayi sehat, dokter segera memindahkan sang bayi bersama ibunya. “Lihatlah, lucu sekali dia.” Freya yang melihat anak Ghea dalam gendongan sang mommy mertua merasa gemas sekali. “Iya, tetapi sepertinya lebih dominan Rowan.” Shera memberikan komentarnya. “Sepertinya Rowan lebih bersemangat dalam tahap pembuatan.” Daddy Bryan tertawa menggoda. Rowan hanya malu-malu saja ketika sang mertua menggodanya. “Tidak adil sekali. Aku yang hamil sembilan bulan, tetapi anakku banyak mirip dengan daddy-nya.” Ghea menekuk bibirnya kesal. Rowan yang gemas pun mendaratkan kecupan di pipinya. “Nanti kita buat lagi, agar mirip denganmu.” Dia merayu sang istri. “Sepertinya itu aku pikir dulu.” Ghea tidak bisa membayangkan harus hamil lagi. Rasa sakitnya saja belum hilang, suaminya sudah membahas punya anak lagi. Melihat ekspresi Ghea semua tertawa. Apalagi para wanita.