Mendengar perkataan ibunya, Niko terdiam sesaat.
‘Apa aku harus memberitahunya, kalau sebenarnya Bella sudah ia temukan.’
Memikirkan itu Niko menatap lekat ibunya, lalu dia mengurungkan niatnya. Kalau sampai dia mengatakan yang sebenarnya pada ibunya saat ini. Akan tidak mungkin kalau pihak yang melawannya mengetahuinya juga, dan itu akan sulit baginya untuk bertindak lebih jauh.
Amina dan pendukungnya pasti akan melakukan berbagai cara untuk mencoba membuat istanah kacau, agar Bella bisa dibebaskan.
“Mom, apa aku harus kembali sekarang? Aku pikir belum waktunya.” Jawab Niko.
“Nik, apa kamu mau mereka terus membuat kekacauan di Rosen, agar kamu tidak menjadi pangeran mahkota selanjutnya. Pikirkan
Tanpa banyak berkata dengan tatapan dingin dan menakutkan, Aspen menghajar semua pria itu dengan sekali pukulan, semuanya kini terkapar tidak berdaya di lantai.Setelah itu Aspen mendekati sip ria gendut yang tak lain adalah bos mereka.“Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?” tanya Aspen.“Aku … aku hanya butuh uang saja, jangan bunuh aku.” Jawab si pria gendut, celananya basah saat dia berkata dengan suara gusar, melihat Aspen baru saja mengalahkan anak buahnya dengan hanya satu tarikan napas saja.Aspen menyeringai saat dia melihat celana pria gendut itu sudah basah.Celine yang juga melihatnya merasa jijik lalu berkata, “Bunuh saja dia, karena sudah membuatku menderita seperti ini.
“Dad …” sapa Alex.“Kenapa kamu masih belum bersiap?” tanya Adrian pada Alex, kedua matanya memicing.Amina yang berdiri di sisi Alex langsung berkata, “Sayang, sebaiknya kau periksa dulu putrimu itu apakah dia sudah bersiap-siap. Alex biar aku yang urus.”Amina mendorong Adrian menjauh dari Alex, saat dia menoleh ke Alex, Amina mengerling.Alex menarik napas panjang, ibunya sungguh luar biasa cepat tanggap.“Amina, baiklah. Aku akan ke kamar Amanda, kalau begitu.”Kata Adrian lalu dia bergegas berjalan menuju rumah.“Alex, apa yang kamu lakukan, cepatlah ganti pakaiamu.&rdqu
Beberapa jam sebelumnya. Helikopter pribadi milik istana Rosen tidak mendarat seperti biasanya di atas helipad Rosen tapi justru ke sebuah tempat di mana hanya Lisa dan nenek yang tahu. Saat mereka sudah sampai di dalam sebuah kastil yang terletak tak jauh dari istana, seorang gadis yang kedua matanya ditutup dengan kain hitam merasa ketakutan. “Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apa mereka menculikku? Tapi untukku apa, ayahku tidak punya uang dan juga aku bukan dari keluarga kaya raya. Tunggu … seingatku … waktu itu aku ada di rumah, bagaimana bisa aku …” Amerika terus berkata pada dirinya sendiri. Saat itu juga suara langkah kaki mendekat, Amerika ketakutan. “Jangan mendekatiku atau kau akan matin anti.” Ancam A
Amina menatap suaminya dengan wajah kesal, karena ini di ruang keluarga dia harus bisa menahan diri untuk tidak memperlakukan suaminya dengan tidak baik.Alih-alih marah akhirnya Amina tersenyum kecil melihat Lisa. Amanda yang melihat perubahan ibunya sedikit lega.“Amina, kau bisa tenang sedikit kan, malam ini.” Bisik Adrian pada istrinya.“Aku tidak berharap kau mempermalukan dirimu sendiri dengan tidak bisa menahan diri. Sudahi perdebatanmu dengan Lisa, toh dia hanya membantu putrimu.” Lanjut Adrian.“Pakaian yang kau kenakan mala mini juga membuatmu cantik.” Adrian tersenyum pada istrinya, membuat Amina yang awalnya kesal menjadi berubah perasaannya.Sejak kapan suaminya ini berubah men
Amina langsung mengulum senyum saat tatapan Toni tertuju padanya.“Ah, Tuan Toni, putramu sungguh rupawan. Kau sungguh berhasil mendidiknya dengan baik.” Kata Amina seketika saat dia merasa kalau Toni memperhatikan raut wajahnya barusan.Toni juga tersenyum lebar lalu berkata, “Putri Amina terlalu banyak memuji. Bukankah kau juga pandai merawat putramu, Alex. Aku dengar sebentar lagi dia akan bergabung ke militer, apa dia sungguh sudah baik-baik saja?”Kedua bola mata Amina berputar saat mendengarnya, Toni tidak bermaksud menyinggungnya, kan. Tentang kesehatan Alex yang pernah dia palsukan agar putranya tidak bergabung ke militer beberapa tahun yang lalu.“Tuan Toni, sebagai ibu sudah sepatutnya aku bersikap seperti itu kan kepada putraku.&r
Setelah menelepon seseorang Lucia kembali lagi ke ruang keluarga.Saat kedua bola matanya bertemu dengan bola mata Lisa, mereka berdua tersenyum kecil lalu setelahnya bersikap biasa.Di lain tempat, Amerika terkejut saat beberapa orang masuk ke dalam kamar. Ada sekitar delapan orang wanita yang dengan cepat dan sigap saat melihat Amerika langsung mendekatinya.“Apa yang ingin kalian lakukan padaku?” tanya Amerika dengan terkejut saat kemudian dua orang membawa beberapa gaun cantik masuk juga.Salah seorang wanita setengah baya membungkuk lalu berkata, “Nona izinkan kami menyentuhmu. Kami hanya menjalankan tugas, aku harap kau bisa bekerja sama.”“Apa yang ingin kalian lakukan padaku?”
Niko setelah sekilas menatap Amerika karena merasa semua orang memperhatikannya dengan cepat dia berbalik lalu berkata, “Aspen buruan, jangan sampai ibuku memarahimu karena terlambat datang.” Kata Niko sambil berlalu meninggalkan mereka.“Baiklah!” jawab Aspen lalu dia berjalan mendekati Amerika.“Apa kau sudah siap?” tanya Aspen.Niko berhenti sejenak lalu menoleh, ada senyum bahagia di sudut bibirnya saat dia melihat Amerika begitu cantik.“Ngomong-ngomong, Aspen, kita mau ke mana? Kenapa aku harus berpakaian seperti ini. Apa Niko punya acara di sini? Apa ada festival busana?”Semua yang mendengar Amerika langsung mendelik, apa mereka tidak salah mendengarnya. Bagaimana bisa g
“Aku tahu ini tiba-tiba. Tapi, melihat kondisi ibu dan nenekku saat ini seharusnya untuk malam ini kamu percaya saja padaku.” Kata Niko sambil berjalan bersisian dengan Amerika.Awalnya Niko menggandeng tangannya tapi kali ini dia mengaitkan tangan Amerika pada lengan tangannya. Wajahnya tersenyum mempesona dan penuh kehangatan membuat semua pelayan yang tadi membungkuk dan sudah kembali berdiri tegak di sepanjang jalan menyambut Niko bertanya-tanya. ‘Siapa gerangan gadis itu sampai membuat pangeran mereka begitu terlihat bahagia.’“Aku masih tidak mengerti dengan yang sekarang yang terjadi padaku, aku berharap semua ini hanya mimpi.” Kata Amerika berjalan dengan canggung diantara begitu banyak pelayan yang menyambutnya.“Apa mereka semua mengenalmu?” tanya Amerika.