Hudson sangat ketakutan di sebuah klub malam di kota Paris. Salah satu pelayan sudah memanggil atasannya untuk memberitahu tentang seorang pelanggan yang tidak bisa membayar tagihannya setelah memesan banyak botol anggur dan juga makanan.
Manager berbadan tegap itu berdiri di depan Hudson yang masih setengah tersadar.
“Apa kau tidak ingin membayarnya?” tanya manager pada Hudson.
“Bukan … bukan seperti itu. Aku tidak tahu kalau kartu semua ini sudah diblokir dan aku tidak membawa uang hari ini.”
“Kalau begitu kau sudah menipu kami.”
“Aku tidak menipu kalian, aku sungguh berkata benar. Aku ini seorang pengaran juga.”
“Aku
Suara ponsel Niko berbunyi saat di masih menunduk malu-malu.“Nenek sebentar aku menerima pesan dari seseorang.” Niko langsung membuka ponsel miliknya setelah itu.Saat sebuah pesan berisi video dari Aspen, Niko langsung menekan play untuk melihatnya.Nenek yang duduk disamping Niko terkejut melihat video kiriman dari Aspen tersebut.Hudson tengah mabuk dan beberapa orang mengerumuninya.“Nik, apa – apa dia – Hudson?” tanya Marlyn masih menatap layar ponsel milik Niko.“Hm …” jawab Niko singkat, dahinya berkerut.Aspen melakukan tugasnya dengan baik.
“Mom, apa maksud Mommy, Uang?” Alex bertanya pada ibunya dengan kedua bola mata melebar.Amina langsung gugup saat dia sadar dia menyebutkan tentang uang di depan putranya. Padahal selama ini dia sudah berupaya sebaik mungkin untuk menutupinya dari anak-anaknya tapi sekarang mau bagaimana lagi. Amina sudah terlanjur jadi dia berpikir sebaiknya dia menceritakan semuanya pada Alex. Toh dia juga nanti akan menikmati uang itu.“Begini Alex …” Amina seketika mendekati Alex, berkata dengan nada pelan.“Aku dan ayahmu sebelumnya telah melakukan sesuatu terhadap perusahaan keluarga Rosen. Hm … maafkan Mommy karena baru menceritakan semua ini kepadamu. Tapi kamu harus berjanji pada Mommy jangan memberitahukan hal ini pada ayahmu, Ok!”
Setelah ibu dan anak itu sudah memiliki rencana lain, mereka dengan wajah tersenyum senang kembali ke ruang keluarga.Di sana Alan dan Toni sedang asyik berbincang, sementara Erik dan Amanda sedari tadi hanya saling melempar senyum tanpa sekalipun berbicara.Amanda memikirkan Amerika, sementara Erik masih malu-malu untuk mendekati Amanda.Melihat sikap dua orang itu Amina langsung mendekati mereka berdua.“Sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini, apa dari tadi kamu tidak berusaha mengajaknya berbicara.” Tegur Amina pada putrinya.Alex yang melihat Erik masih duduk di tempatnya, dia menghampiri pemuda itu.“Maafkan, aku meninggalkan kalian tadi ada sesuatu yang
Saat Aspen tengah menunggu Niko di lorong kediaman Marlyn, ayah dan ibunya berjalan mendekati Aspen.“Ayah, Ibu … apa yang sedang kalian lakukan di sini?” tanya Aspen, dia menoleh ke kanan kiri, memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.Adam Larsen sudah lama sekali ingin melihat putra semata wayangnya ini.“Aspen, apa kau baik-baik saja?” tanya sang ayah saat mereka sudah berada di posisi saling berdekatan.“Iya ayah.”“Apa Pangeran Niko belum juga keluar dari ruangan itu?” tanya Lucia Hansen.Aspen menggeleng.Lucia dan Lisa, ibu Niko adalah saudara kandung. Lucia bisa beke
Amerika sedang duduk termenung di balkon kastil, setelah dia selesai berendam dengan air hangat, mengenakan baju tidur lengan panjang dengan rambut tergerai yang masih sedikit basah. Amerika menopang dagu duduk memandang jauh ke suatu tempat yang tidak dia ketahui.Matanya masih sembab, saat dia tadi diantar oleh Aspen lalu ditinggal sendirian. Amerika menangis di dalam kamar mandi cukup lama.Amerika sendiri bingung kenapa dia begitu bersedih atas apa yang sudah dilakukan Niko kepadanya.Banyak hal yang kini ada di kepalanya, tentang Niko dan juga semua yang sudah dia alami beberapa waktu yang lalu.Menepuk pipinya yang terasa dingin, Amerika berkali-kali menggelengkan kepalanya.‘Aku sedang tidak bermimpi, kan.’
“What’s? Niko jangan main-main.” Ucap Amerika dengan masih kedua bola matanya melotot. “Aku serius.” Kata Niko kini tatapannya lekat sekali pada Amerika. Amerika menghela napas keras. “Aku nggak ngerti sama kamu.” Tanpa menunggu Amerika berkata lagi, Niko langsung menarik tangan Amerika lalu dia berkata, “Amerika, aku serius. Sungguh!” Amerika mengerjapkan kedua matanya saat pria di depannya ini benar-benar terlihat serius sekarang. Bahkan tatapan Niko membuat jantungnya serasa mau copot, untuk pertama kalinya Amerika melihat raut wajah Niko yang begitu hangat dan juga …. “Tidak … tidak … Niko, jangan sembarang. Kamu pikir pernikahan itu main-main.” Amerika langsung menepis tangan Niko.
“Jangan bercanda kamu, Nik.” Amerika melotot. Lalu dia berdiri merentangkan kedua tangannya sambil berkata, “Aku akan menjawabnya besok. Biasanya mengambil keputusan paling bagus itu saat bangun tidur, saat pikiranmu benar-benar jernih.” Amerika membelakangi Niko menatap jauh ke atas langit yang penuh bintang. “OK!” jawab Niko, dia menatap punggung Amerika sambil bergumam dalam hati, ‘Kenapa kamu nggak pernah serius menerima apa yang selalu aku katakan. Aku yang sudah jatuh hati duluan sama kamu.” Niko tersenyum tipis. “Kalau begitu aku mau tidur dulu, tapi ngomong-ngomong kalau kamu disuruh memilih terlahir kembali mau jadi apa?” tanya Amerika masih menatap langit tangannya kini yang kanan dia ulurkan ke atas, seperti orang ingin menangkap bintang di langit. “Aku ma
Raut wajah Aspen terlihat tidak menyenangkan, ‘Apa mereka semalam tidur sekamar?’ dalam hati Aspen, merasa kecewa dan juga dadanya terasa sesak.“Aspen …” seru Amerika, raut wajahnya terlihat bahagia saat dia melihat Aspen yang muncul dari balik pintu.Amerika tersenyum lebar, Aspen pada akhirnya juga membalas senyuman Amerika kepadanya.Elita bergeser sedikit ke arah kiri memberi ruang untuk Aspen dan Amerika.“Lihat, apa menurutmu, pakaian ini pantas untukku?” tanya Amerika pada Aspen dengan kedua tangannya memegang sisi kanan kiri gaun warna merah maroon itu.Alis kanan Aspen sedikit terangkat, dia kemudian memicingkan matanya sambil memegang dagunya.