Hari pertama Priscilla pindah ke perkampungan ini semua warga menyambutnya dengan ramah, bahkan sampai ada yang memberikan baju dan perlengkapan bayi untuknya. Karena semua barang bayi ada pada Jay, jadi Priscilla tidak memegang satupun barang untuk calon anaknya. Tidak hanya warga sekitar yang datang, Nani dan Abimana juga datang untuk melihat rumah baru Priscilla. Sebagai hadiah pindahan, Nani memberikan beberapa makanan buah dan juga stok susu hamil yang sangat banyak, sedangkan Abimana hanya memberikan lima baju daster dengan model modern juga sepasang sepatu dan sendal untuk Priscilla karena Abimana lihat Priscilla tidak memiliki alas kaki yang layak. "Maaf aku cuma kasih ini, tapi hadiah selanjutnya aku bakal kasih kamu lahiran di rumah sakit tanpa biaya sepeserpun. Gimana?" tanya Abimana seraya menaik turunkan alisnya."Bener ya dok? jangan bokis loh." "Bener dong, kalo perlu saya kasih ruangan VIP buat kamu." Di tengah obrolan yang sedang berlangsung h
Kehamilan Priscilla sudah memasuki trimester ketiga, kini ia mulai berjalan-jalan pagi karena katanya bagus untuk ibu hamil yang akan melahirkan. Meski rasanya sangat lelah, tapi Priscilla tetap senang berjalan di taman pagi ini. Berhubung sekarang hari minggu, jadi banyak yang mengunjungi taman hari ini. Lima belas menit berjalan, Priscilla akhirnya menyerah dan duduk di kursi panjang yang ada di dekat kolam air mancur. Saat sedang mengayunkan kakinya, Priscilla baru menyadari kalau tali sepatunya lepas."Ya ampun, untung gak tersandung." gumamnya.Sepatu yang Abimana berikan memang bukan sepatu untuk berolahraga, tapi karena solenya empuk dan membuat nyaman Priscilla jadi memakainya pagi ini untuk berjalan. Perutnya yang semakin membesar membuatnya kesulitan menggapai kakinya, tadi saat berada di rumah Leonard lah yang membantunya memakai sepatu. Ia terus berusaha mencapai tali sepatu yang terurai, sampai akhirnya seseorang me
Mulai hari ini Priscilla akan membantu Nadine berjualan meskipun hanya membantu seadanya, sebenarnya Nadine melarangnya tapi Priscilla tidak ingin makan secara gratisan dari Nadine setiap harinya. Semenjak ada Priscilla di warung makan Nadine, warung makannya jadi ramai pengunjung terutama pengunjung laki-laki. Beberapa tertarik saat melihat wajah Priscilla, tapi saat melihat perut buncitnya mereka langsung mundur teratur.Setelah tau Priscilla membantu Nadine berjualan lauk pauk, Abimana dan Nani juga mulai mendaftar jadi pelanggan tetap di warung Nadine. Setelah jam makan siang selesai, warung Nadine mulai beranjak sepi dan akan ramai kembali nanti saat jam pulang kerja. Priscilla duduk di kursi depan warung Nadine, menikmati angin mendung yang menerpa siang hari ini. Cuaca hari ini terasa dingin, tapi karena kehamilan tuanya Priscilla tidak merasakan sejuk sama sekali. Peluh masih bercucuran dari keningnya meski sudah berada di luar, kalau saja s
"Lagi nunggu siapa Sil?" tegur Nadine, membuat Priscilla terkejut."Eh, enggak mah. Gak nunggu siapa-siapa kok,""Masa? nungguin Jay ya?" tebak Nadine tepat sasaran.Sudah beberapa hari ini, Jay memang tidak pernah datang lagi untuk mengunjunginya. Satu sisi hati Priscilla merasa bersyukur karena Jay mungkin sudah menyerah untuk mengejarnya, tapi satu sisi lagi Priscilla sangat merindukan kehadiran lelakinya itu."Jangan galau Sil, ini kan yang kamu mau." gumamnya, lalu kembali lagi ke warung untuk membantu Nadine.Nadine dapat melihat jelas kegundahan hati Priscilla, apa yang sedang dikerjakannya seakan terasa serba salah. Nadine sudah menasihati dan membujuknya berkali-kali agar mau menerima Jay lagi, tapi Priscilla tetap saja pada pendiriannya dan sekarang ketika Jay tidak ada akhirnya ia malah uring-uringan sendiri.*****
Bebasnya Stefan hari ini bertepatan dengan kepulangan Andrew dari Macau, saat Stefan sampai di rumah Stefani dan Sherin langsung memeluk Stefan erat. Biarpun Stefan sangat menyebalkan, tapi Stefan tetaplah adik kesayangan Stefani. "Gimana keadaan anak kita? baik-baik aja kan?" tanya Stefan seraya mengelus perut Sherin. "Baik kok, aku bersyukur banget kamu bisa bebas cepat. Aku takut banget kalau lahiran anak kita nanti kamu gak bisa dampingi aku," Stefan menarik Sherin lagi ke dalam pelukannya, mengecup keningnya dan menatapnya penuh kasih. "Aku gak bakal pergi kemana-mana lagi sayang, aku janji bakal ada di sisi kamu selamanya." Setelah puas melepas rasa rindu pada istri dan kakaknya, Stefan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Beberapa minggu tidak mandi dengan layak, membuat kulit Stefan nampak kusam dan tidak terawat. Sebenarnya Stefan sangat ingin merayakan kebebasannya di klub malam nanti, tapi mengingat Sherin kini tengah hamil ia jadi mengurungkan k
"Jay, apa kamu masih tidak enak badan?" tanya Niko dengan semangkuk bubur di tangannya. "Udah gak terlalu sakit kayak kemarin, tapi gue masih belum bisa bangun dari tempat tidur Nik." "Habiskan bubur ini, setelah itu minum obatnya. Saya mau keluar sebentar, gak apa-apa kan kamu saya tinggal sendirian di rumah?" "Iya, gak apa-apa." Jay menyuap bubur yang Niko berikan, ini bubur ayam favorit Jay tapi karena kondisinya sedang tidak fit apapun yang masuk ke mulutnya akan terasa pahit. Dokumen yang semalam ada di atas nakas kini sudah lenyap tidak bersisa, bahkan laptopnya pun entah kemana. Beberapa hari Jay tidak menemui Priscilla karena pekerjaan yang tidak ada habisnya, rasanya ia kini sedang sangat membutuhkan Priscilla untuk berada di sisinya. Jay ingin sekali Priscilla datang kesini menjenguknya, tapi rasanya mustahil mengingat Priscilla sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, Jay akhirnya memilih tidur setelah makan beberap
Di luar hujan masih turun dengan derasnya entah sejak kapan, Priscilla yang tadinya segera ingin pulang jadi mengurungkan niatnya. Kini Priscilla sudah mandi, mengenakan setelan dress hamil berwarna biru laut dengan motif bunga. Priscilla mendapatkan baju ini di dalam lemari yang ada di kamar spesial, ada beberapa pasang baju hamil disana dan sudah pasti Jay yang menyiapkan untuknya.Kehadiran Priscilla ke rumah ini membuat kondisi Jay jadi membaik, memang benar kalau yang ia inginkan saat ini adalah Priscilla bukan obat-obatan. Rambut Jay yang masih basah, membuat bulir-bulir air itu jatuh ke pundak Jay yang lebar. sepersekian detik Priscilla memandangi figur Jay dari belakang, segera ia buyarkan pandangannya dan menatap lagi hujan yang turun lewat jendela.Jay datang dengan dua cangkir teh hangat, ia mengambil posisi duduk di dekat Priscilla dan ikut mengamati hujan bersamanya. Wangi aroma maskulin menguar dari tubuh dan rambut Jay, Priscilla amat menyuka
Niko merasa jengah saat mendapati mobil Diandra terparkir di luar gerbang rumahnya, namun saat ia hampiri tidak ada Diandra di dalam mobilnya. Perasaan Niko jadi tidak enak, segera ia masuk untuk mengusir Diandra dari rumah ini. Tapi saat masuk ke dalam, keadaan rumah teramat sepi. setelah meletakkan tas kerjanya di kamar, Niko segera menghampiri Jay di kamarnya. Tidak butuh waktu lama untuk Niko mengetuk pintunya, Jay segera keluar dengan wajah mengantuknya. Niko berucap syukur karena ternyata Jay tidur sendirian di dalam kamar, namun dimana Diandra sekarang berada karena yang Niko lihat Diandra tidak berada di lantai satu."Serius kamu gak tau dia dimana? tapi mobilnya masih ada di luar Jay. Jadi gak mungkin kalau dia udah pulang," ucap Niko."Mungkin dia pulang pake taksi, yaudah gue bangunin Priscilla dulu ya di kamar sebelah."Saat Jay mengetuk pintu, tidak ada sahutan apapun dari dalam sana tapi Jay yakin kalau ada orang di dalam sana karena lampunya