Di luar hujan masih turun dengan derasnya entah sejak kapan, Priscilla yang tadinya segera ingin pulang jadi mengurungkan niatnya. Kini Priscilla sudah mandi, mengenakan setelan dress hamil berwarna biru laut dengan motif bunga. Priscilla mendapatkan baju ini di dalam lemari yang ada di kamar spesial, ada beberapa pasang baju hamil disana dan sudah pasti Jay yang menyiapkan untuknya.Kehadiran Priscilla ke rumah ini membuat kondisi Jay jadi membaik, memang benar kalau yang ia inginkan saat ini adalah Priscilla bukan obat-obatan. Rambut Jay yang masih basah, membuat bulir-bulir air itu jatuh ke pundak Jay yang lebar. sepersekian detik Priscilla memandangi figur Jay dari belakang, segera ia buyarkan pandangannya dan menatap lagi hujan yang turun lewat jendela.Jay datang dengan dua cangkir teh hangat, ia mengambil posisi duduk di dekat Priscilla dan ikut mengamati hujan bersamanya. Wangi aroma maskulin menguar dari tubuh dan rambut Jay, Priscilla amat menyuka
Niko merasa jengah saat mendapati mobil Diandra terparkir di luar gerbang rumahnya, namun saat ia hampiri tidak ada Diandra di dalam mobilnya. Perasaan Niko jadi tidak enak, segera ia masuk untuk mengusir Diandra dari rumah ini. Tapi saat masuk ke dalam, keadaan rumah teramat sepi. setelah meletakkan tas kerjanya di kamar, Niko segera menghampiri Jay di kamarnya. Tidak butuh waktu lama untuk Niko mengetuk pintunya, Jay segera keluar dengan wajah mengantuknya. Niko berucap syukur karena ternyata Jay tidur sendirian di dalam kamar, namun dimana Diandra sekarang berada karena yang Niko lihat Diandra tidak berada di lantai satu."Serius kamu gak tau dia dimana? tapi mobilnya masih ada di luar Jay. Jadi gak mungkin kalau dia udah pulang," ucap Niko."Mungkin dia pulang pake taksi, yaudah gue bangunin Priscilla dulu ya di kamar sebelah."Saat Jay mengetuk pintu, tidak ada sahutan apapun dari dalam sana tapi Jay yakin kalau ada orang di dalam sana karena lampunya
Hari H perjalanan bisnis ke Malaysia, Jay sudah bersiap untuk berangkat lebih awal daripada Andrew. Didampingi Niko, Jay pergi ke bandara tanpa pamit pada siapapun. Niko tidak bisa ikut bersama Jay, karena harus menangani beberapa dokumen sebelum berangkat ke Malaysia bersama Andrew. Karena Stefan sudah kembali, posisi yang Jay tempati kini di kembalikan lagi kepada Stefan tapi Jay tetap ikut mengelola perusahaan sebagai wakil direktur dan Stefan sebagai direktur utama.Niko kembali lagi ke rumah setelah mengantar Jay ke bandara, namun dari jauh ia dapat melihat siluet Priscilla sedang berdiri di depan gerbang entah apa yang sedang ia lakukan. Priscilla sudah berada di sini sejak satu jam yang lalu, tapi saat Priscilla menyadari kedatangan Niko ia segera pergi dari sana. Niko dengan cepat mengejar Priscilla, matanya nampak sembab seperti habis menangis."Kenapa kamu datang kesini, Sil?" tanya Niko,
Dua hari sudah Jay berada di Kuala lumpur, dan kini ia tengah berolahraga pagi bersama Niko dan Catherine. Ya, Catherine masih berada di hotel ini demi bisa berada di dekat Jay. Catherine tentu tidak berharap lebih pada Jay, tapi jika Jay juga tertarik padanya Catherine sudah pasti tidak akan menolak."Hey, guys. Let's take a photo for memory." ajak Catherine."Yes sure, Catherine." sahut Niko.Jay hanya mengikuti saja apa yang dua orang ini lakukan, tanpa Catherine sadari rupanya Niko sedikit tertarik pada perempuan di sebelahnya ini. Rambut blondenya yang terpapar sinar matahari pagi juga wajah tanpa make upnya, membuat penampilan Catherine pagi ini terlihat lebih manis. Wajah Catherine jauh lebih muda saat tidak mengenakan make up, tapi saat mengenakan make up auranya langsung berubah anggun selayaknya perempuan konglomerat."We should have breakfast at the sandwich shop
"Come on, pi. Diandra mencintai Jay, papi harusnya mendukung aku untuk mendapatkan lelaki yang aku cintai."Frederick menghela nafas, tentu ia akan mendukung jika lelaki itu juga mencintai Diandra. Tapi nyatanya, Diandra hanya mengejar dan mencintai harapan kosong."Papi tidak akan membantu Diandra, lelaki itu tidak mencintaimu. Dia hanya akan memberikan rasa sakit untukmu,""Pi! cinta itu bisa tumbuh belakangan kalau kita sering bersama.""Sudahlah Diandra, jangan memaksakan sesuatu yang pada akhirnya hanya menyakiti perasaan kamu."Frederick memalingkan konsentrasinya lagi pada beberapa dokumen yang ada di hadapannya, Diandra nampak kecewa dengan penolakannya namun ia melakukan itu semua demi kebaikan Diandra. Bagi Frederick tidak apa jika Diandra merasakan patah hati untuk sekarang, daripada menyesal di kemudian hari karena menikahi lelaki yang tidak mencintainya.Diandra tidak kehabisan akal, ia segera pergi ke kediaman Lilyana untuk menagih hutang b
Kemacetan di jalan raya membuat Jay kesulitan mengejar Priscilla, meskipun terlambat untuk mengejar tapi akhirnya Jay bisa menemui Priscilla di kontrakannya."Priscilla!" Jay mengetuk pintu rumahnya secara bar-bar.Beberapa tetangga mulai terganggu dengan keberisikan yang Jay buat, dengan terpaksa akhirnya Priscilla keluar dan menemuinya."Mau apa kakak kesini?""Harusnya kakak yang tanya, ada apa kamu datang ke rumah kakak.""Aku udah bilang kan, aku cuma numpang neduh.""Jangan buat alasan yang gak masuk akal Sil,"Priscilla tertawa sinis, "Ya udah kalau menurut kakak alasan aku gak masuk akal, lebih baik kakak pulang. Kasian Diandra nunggu kakak di rumah,""Kamu cemburu Sil? apa tadi kamu liat kakak pelukan sama Diandra?"Priscilla menautkan alisnya, lalu tertawa seakan ucapan Jay adalah sebuah lelucon. "Cemburu? enggak sama sekali. Sekarang lebih baik kakak pergi,""Kakak tau kamu masih cinta sama kakak,""Sok tau," sahut Priscill
Priscilla mengerjapkan kedua matanya yang terasa berat, sekarang ia sudah berada di sebuah ruangan besar dengan cat putih bersih di sekelilingnya. Bau obat-obatan menyeruak masuk ke dalam hidungnya, juga selang infus menempel erat di tangan kirinya. Terakhir kali Priscilla ingat, ia sedang merasakan sakit yang luar biasa pada area perutnya. Kemudian beberapa dokter datang untuk memeriksakan kandungannya, lalu membawanya masuk ke dalam ruangan bersuhu dingin dengan bau yang bermacam-macam bercampur disana. Suara tangisan bayi terdengar melengking sesaat setelah di keluarkan dari dalam perutnya, dan setelahnya Priscilla mulai merasakan hawa dingin yang luar biasa mendera seluruh tubuhnya. Hingga akhirnya Priscilla tertidur dalam kedinginannya, dan kini ia baru terbangun lagi setelah tertidur entah berapa lama. Kepala Priscilla masih terasa sangat pening, saat berusaha bangkit dari tidurnya Priscilla merasakan sakit di area perutnya. Priscilla meraba pelan perutnya, terdapat
"Maafin aku kak," ucap Priscilla terisak.Saat Jay datang ke kamar rawatnya, tidak ada kata yang Priscilla pikirkan selain kata maaf. Jay mengelus pucuk kepala Priscilla, lalu mengangkat dagunya agar bisa melihat mata cantik itu dari dekat."Gak perlu minta maaf sayang, kamu gak salah apa-apa. Kakak paham alasan kamu ngejauhin kakak, tapi mulai sekarang tolong jangan pernah jauhin kakak lagi. Kamu itu segalanya buat kakak, kakak rela tinggalin semuanya demi kamu." Jay mengecup keningnya."Dan satu hal lagi, jangan pernah bilang kalau kamu itu hina. Lupain semua yang udah berlalu, kita mulai hidup yang baru sama Baby S ya?" sambungnya.Priscilla mengangguk pelan, lalu membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Jay. Beberapa waktu berlalu, Priscilla sadar kalau ia sangat mencintai Jay dan tidak bisa hidup jauh darinya. Sekalipun Priscilla mencoba lari dan tidak perduli padanya, tapi hati kecilnya tidak dapat ia bohongi kalau seluruh ruang