Priscilla mengerjapkan kedua matanya yang terasa berat, sekarang ia sudah berada di sebuah ruangan besar dengan cat putih bersih di sekelilingnya. Bau obat-obatan menyeruak masuk ke dalam hidungnya, juga selang infus menempel erat di tangan kirinya. Terakhir kali Priscilla ingat, ia sedang merasakan sakit yang luar biasa pada area perutnya. Kemudian beberapa dokter datang untuk memeriksakan kandungannya, lalu membawanya masuk ke dalam ruangan bersuhu dingin dengan bau yang bermacam-macam bercampur disana. Suara tangisan bayi terdengar melengking sesaat setelah di keluarkan dari dalam perutnya, dan setelahnya Priscilla mulai merasakan hawa dingin yang luar biasa mendera seluruh tubuhnya. Hingga akhirnya Priscilla tertidur dalam kedinginannya, dan kini ia baru terbangun lagi setelah tertidur entah berapa lama. Kepala Priscilla masih terasa sangat pening, saat berusaha bangkit dari tidurnya Priscilla merasakan sakit di area perutnya. Priscilla meraba pelan perutnya, terdapat
"Maafin aku kak," ucap Priscilla terisak.Saat Jay datang ke kamar rawatnya, tidak ada kata yang Priscilla pikirkan selain kata maaf. Jay mengelus pucuk kepala Priscilla, lalu mengangkat dagunya agar bisa melihat mata cantik itu dari dekat."Gak perlu minta maaf sayang, kamu gak salah apa-apa. Kakak paham alasan kamu ngejauhin kakak, tapi mulai sekarang tolong jangan pernah jauhin kakak lagi. Kamu itu segalanya buat kakak, kakak rela tinggalin semuanya demi kamu." Jay mengecup keningnya."Dan satu hal lagi, jangan pernah bilang kalau kamu itu hina. Lupain semua yang udah berlalu, kita mulai hidup yang baru sama Baby S ya?" sambungnya.Priscilla mengangguk pelan, lalu membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Jay. Beberapa waktu berlalu, Priscilla sadar kalau ia sangat mencintai Jay dan tidak bisa hidup jauh darinya. Sekalipun Priscilla mencoba lari dan tidak perduli padanya, tapi hati kecilnya tidak dapat ia bohongi kalau seluruh ruang
Belum lima menit Jay dan Niko berada di ruangan Andrew, bahkan mereka baru saja akan membicarakan tentang pekerjaan tapi tiba-tiba Niko mendapatkan kabar dari rumah sakit tentang kondisi Priscilla. "Priscilla masuk ruang operasi lagi Jay!" Tanpa meminta izin Andrew terlebih dulu, Jay segera keluar dari ruangan Andrew. Mewakili Jay, Niko memohon pamit untuk pergi ke rumah sakit. Andrew mengerti keadaan Jay, ia juga meminta pada Niko agar terus mengabarinya selama berada di rumah sakit. "Nik, kenapa Priscilla bisa di operasi lagi?" "Saya belum tau penyebabnya Jay, Abimana hanya meminta kita untuk segera datang ke rumah sakit." Jay berdecak kesal, ia merasa janggal dengan kejadian ini. Saat tadi Jay meninggalkan Priscilla, ia nampak baik-baik saja dan tidak merasakan sakit apa-apa kecuali pada bagian jahitan di perutnya yang belum kering. *****"Kita butuh satu kantong darah B negatif!" titah seorang dokter.
Operasi kedua Priscilla berjalan dengan lancar, kini Priscilla tengah tertidur pulas berkat anti nyeri berbentuk patch yang di tempel di dadanya. Sebagai bentuk kewaspadaan, mulai hari ini tidak akan ada orang yang bisa sembarangan masuk ataupun menjenguk Priscilla kecuali atas izin Jay. Jay masih bisa sedikit bersyukur karena Sera tidak ada di kamar itu bersama Priscilla, jika bayi kecil itu ada disana tidak menutup kemungkinan Diandra juga akan menyakitinya. Priscilla masih tertidur pulas sejak tiga jam yang lalu, bibir yang selalu merona pink kini berubah menjadi pucat. Niko masuk ke kamar rawat Priscilla, dan mengabarkan pada Jay kalau Diandra kini sudah berada di sel tahanan. Diandra kini terancam hukuman sepuluh tahun penjara karena perbuatannya yang mencoba mencelakai Priscilla hingga hampir kehilangan nyawa, namun Jay masih belum bisa bernafas lega karena Diandra menggandeng Albert sebagai pengacaranya. Albert pasti akan melakukan berbagai cara demi mengeluarkan Di
Bagian lantai dua rumah sakit ini di khususkan untuk perawatan bayi dan ibu yang baru melahirkan, ruangannya sangat steril dan pengunjungnya pun terbatas tidak seperti lantai yang lain. Lilyana yang tadinya datang kesini hanya untuk berterima kasih, jadi tersentuh hatinya saat mendengar tangisan para bayi yang baru lahir ke dunia. Lilyana berhenti di ruang perawatan bayi, bayi-bayi di sini lahir tanpa mengalami masalah apapun dan tidak membutuhkan alat medis apapun. Lilyana amat penasaran dengan wajah bayi Priscilla, tapi tidak ia temukan satupun identitas bayi Priscilla di sana. Lilyana jadi ragu, apakah ia datang ke rumah sakit yang benar atau tidak."Stefan, kita gak salah datangin rumah sakit kan?" tanya Lilyana, matanya masih terus menyapu setiap board identitas bayi. "Loh mana Stefan tau," "Hih, gimana sih ini. Kalau salah kan malu mami," Stefan berdecak pelan, "Ya kalau salah kita pulang sekarang, Stefan banyak urusan mi." Di t
Kemacetan di jalan membuat Stefan gusar setengah mati, ia sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Shaelana. Kaca mobil sengaja ia buka karena ingin membeli sesuatu yang di jual oleh pedagang asongan, tanpa ia sadari Sherin kini ada di dalam mobil yang berada di belakangnya. Sherin memang tidak melihat Stefan, tapi dari plat nomornya ia tau kalau itu mobil Stefan. Hari ini Sherin baru saja menghadiri acara pernikahan sahabatnya tapi karena Stefan sibuk dan Lilyana meminta Stefan untuk menemaninya pergi ke suatu tempat, mau tidak mau Sherin akhirnya pergi sendirian menggunakan mobil Stefani yang tidak dipakai. Sherin sesungguhnya agak kesulitan saat membawa mobil Stefani, dan pada saat lampu lalu lintas berganti hijau Sherin akhirnya kehilangan mobil Stefan yang sudah pergi mendahuluinya. Sherin merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya tentang Stefan, meski sudah mengabarinya sebelum pergi tapi hati Sherin tetap gundah. Dengan hati-hati dan sedikit menaikkan kecepa
Sejak lima belas menit yang lalu, Sherin sudah terbangun pasca melakukan kuretase namun hingga kini ia belum tau kalau anaknya sudah tiada. Sakit di seluruh tubuh membuatnya kesulitan untuk duduk di brankar, sekarang ia hanya bisa berbaring menunggu seseorang datang menjenguknya. Pintu kamar rawat terbuka, Stefan masuk dengan raut wajah yang sulit di artikan. Antara amarah, kesedihan dan rasa benci tercampur di hatinya. Sherin awalnya ingin mengeluhkan rasa sakitnya pada Stefan, tapi otaknya langsung mengingat lagi kejadian sebelum kecelakaan. Sherin membalikkan badan dan memunggungi Stefan, ia muak melihat wajah lelaki yang selalu menyakiti hatinya bahkan ketika ia sudah berhasil memenuhi keinginannya. "Sherin," panggil Stefan. "Gak usah jelasin apa-apa Stef, aku tau kok dia pacar kamu. Ternyata kebiasaan buruk kamu gak pernah hilang meskipun sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah," Stefan tersenyum sinis, menjadi seorang ayah? ayah unt
Dua minggu berlalu, begitu banyak kejadian yang sudah terlewati. Di mulai dari kabar buruk tentang sidang perceraian Stefan dan Sherin, lalu kabar baik tentang Sera yang sudah diizinkan pulang oleh dokter. Sherin yang awalnya menolak di ceraikan, kini sudah mulai menerima dengan ikhlas perpisahan antara dirinya dan Stefan. Sherin sadar, sekeras apapun ia berusaha untuk tetap di sisi Stefan jika hanya ia yang berusaha maka semuanya akan sia-sia. Sherin percaya, akan ada pelangi setelah badai. Sebenarnya Sherin sudah sedari dulu sadar kalau Stefan tidak sepenuhnya mencintai dirinya, tapi ia begitu keras kepala untuk tetap mempertahankan diri di sisi Stefan. Sidang pertama berjalan lancar, Sherin dan Stefan sudah mantap untuk berpisah meskipun majelis hakim sudah menasehati mereka berdua. Setelah sidang pertama selesai, beban yang selama ini menghimpit hati Sherin seakan lenyap begitu saja. Sherin merasa bahagia, dan siap menjalani hidupnya yang baru setelah sidang