bab 33Setelah puas menikmati suasana malam di Taman Bungkul - Surabaya, Kamila dan Gus Zainal memutuskan untuk kembali ke Pesantren."Gimana kondisi hati kamu sekarang?" tanya Gus Zainal pada Kamila."Alhamdulillah, Gus, jauh lebih baik, makasih, ya! Berkat pelet coklat hangatnya Gus ini." Kamila menyahuti sambil terkekeh. Gus Zainal tersenyum, "Alhamdulillah ... Saya turut lega mendengarnya, semoga setelah ini kamu bisa lebih fokus dengan kegiatan Pesantren Ramadhan tanpa bayang-bayang Dion," harap Gus Zainal tulus, ia memandang lekat ke arah Kamila saat mengucapkan harapannya.Kamila tersenyum tipis, "melupakan Dion tak kan semudah membalikkan tangan bagiku, tapi aku salut deh sama Gus Zainal, di situasi seperti ini dia sama sekali nggak berusaha untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia sama sekali nggak bahas harapan dan perasaannya. Dia sangat pandai menjaga perasaanku di saat aku terluka seperti ini.Kamu memang baik, Gus, dan berhak mendapatkan yang terbaik," batin Kami
Bab 34 PRUKHujan mengguyur tanah Kecamatan Pacet, menjadikan suasana malam terasa sangat syahdu.Di malam yang syahdu itu, Gus Zainal tengah bersantai di ruangannya, ditemani secangkir kopi kesukaannya, sambil membaca kitab yang sedang dipelajarinya.Hingga tiba-tiba, ponsel yang diletakkannya di meja berdering, menampilkan nama "Ayah Kamila" sedang memanggil.Gus Zainal segera menghentikan aktivitas membacanya, kemudian segera mengangkat telepon Ayah Kamila."Assalamualaikum, Gus ...," terdengar suara Ayah Kamila dari seberang sana."Waalaikumsalam, Ayah ... Bagaimana kabarnya?" tanya Gus Zainal sopan, sengaja menanyakan kabar orang yang lebih tua terlebih dahulu sebagai bentuk hormatnya."Alhamdulillah, sehat, Gus ... Semoga Gus Zainal juga sehat-sehat, ya?" balas Ayah Kamila."Aamiin. Alhamdulillah saya sehat, Yah. Oh ya, kalau boleh tau ada perlu apa ini, Yah?" tanya Gus Zainal."Iya ini, Gus ... Bundanya Kamila maksa aja pengen telepon dari tadi. Ditunda besok pagi nggak mau, ma
Bab 35 PRUK"Bunda tenang, ya ... Istighfar, minum dulu airnya," ucap Alfaro berusaha menenangkan istrinya. Ia lalu membantu Dina meminum air putih yang telah disiapkannya.Sejak mendengar kabar bahwa Kamila pergi dari Pesantren, ia syok sampai pingsan, membuat Al tak bisa berlaku apapun untuk turut mencari putrinya.Ayah Kamila itu memasrahkan pencarian putrinya pada Gus Zainal, sedang dia sibuk menjaga dan menyadarkan istrinya.Addina–Bunda Kamila mulai terisak, "di mana anak kita, Yah? Kita harus cari dan temukan Kamila. Perasaan Bunda dari tadi nggak salah. Bunda takut Kamila dalam bahaya," ungkapnya."Bunda tenang dulu, ya. Kita pasrahkan sama Gus Zainal. Kita belum bisa cari Kamila, karena kondisi Bunda tidak memungkinkan. Kamu lemes banget, berdiri aja nggak kuat. Dah, kita bantu doa saja, ya, semoga Kamila segera ditemukan," ucap Al berusaha menenangkan istrinya, walau sejatinya, ia sendiri jauh lebih mengkhawatirkan putrinya.Pikirannya tak bisa tenang, berkali-kali ia mengec
Bab 36 PRUK"Hujannya deres banget, Di. Kalau kita maksa turun, yang ada nyampe loby kita dah basah kuyup, dah ya, kita ngobrol di sini aja." kali ini Kamila menjadikan hujan sebagai alasan untuk menolak ajakan Dion makan di Restoran hotel."Nanggung, Mil, dah nyampai sini juga. Nggak apa-apa, ya? Kamu pakai jaket aku deh sebagai pelindung kepala, supaya kamu nggak basah. Lagian apa kata orang ntar, kita udah nyampe sini masa cuma numpang parkir doang!" tolak Dion beralasan."Duh, gimana, ya?" gumam Kamila."Udah nggak usah banyak mikir, ya. Sebelum hari semakin larut," rayu Dion mencoba mempengaruhi Kamila."Benar juga, semakin lama aku berpikir, akan semakin banyak waktu yang terbuang. Sedangkan aku butuh bergerak cepat. Lagi pula, mengalihkan Dion untuk bicara di mobil saja sepertinya sangat sulit," batin Kamila."Ya udah buruan," ucap Kamila seraya meraih pintu mobil untuk membukanya. Akan tetapi, Dion segera mencegah."Bentar, Beb," ucapnya seraya meraih lengan Kamila.Kamila se
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya