Hari hari berlalu penuh warna dalam kehidupan Fien dan Alice. Mereka menikmati masa-masa berkencan dengan manis. Tak terasa satu bulan berlalu dalam hitungan waktu yang semanis madu.
Pagi ini Fien Clark membawanya menyusuri pantai dengan Maybach berwarna kuning cemerlang. Ia sengaja membiarkan kap atas terbuka sehingga hawa pantai menerpa mereka.
Lalu berhenti pada sebuah pekarangan rumah yang berpasir putih."Apa ini?" Fien membawanya pada sebuah rumah pantai bergaya vintage. Tak terlalu besar, tapi Alice benar-benar takjub melihatnya.
"Ini adalah rumah kita, Alice. Kita akan sering menghabiskan waktu bersama di rumah ini," terangnya, lalu membuka pintu kayu berwarna coklat kemerahan di sisi depan.
Alice berputar-putar mengelilingi rumah tersebut dan menyentuh ornamen unik yang menjadi interior menakjubkan di rumah tersebut.
"Kau punya selera yang unik dan penuh dengan seni. Kurasa kau memiliki bakat dalam menata ruangan," puji Alice dengan t
"Kenapa kau selalu berpikir tentang harga diri? Kau adalah budak Fernandez yang selalu menurut seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Apa yang salah dengan menjual kapal besi tua itu?!" Fien Clark tak kalah sengitnya.Saat itu ada sebilah pisau buah di atas meja, Erick sudah geram karena mendengar celotehan Fien Clark sehingga dengan wajah merah padam, Erick menghunus pisau tersebut."Coba saja kalau kau berani. Kau kira aku tak bisa membunuhmu?""Brengsek! Kau benar-benar mau mati?" Erick Davis menyerang Fien Clark dengan emosi yang meledak-ledak.Bagaimanapun Fien Clark sangat tahu bahwa kapal pesiar itu adalah pemberian kakeknya. Sayangnya kakeknya juga mewasiatkan pernikahan antara Erick Davis dengan salah seorang putri bangsawan bernama Laura. Untuk itu Erick tak bersedia menerima kapal tersebut dan memilih memberikan saja kapal pesiar tersebut kepada Laura.Sebelum mencapai kesepakatan, Fien Clark dengan isengnya menjual kapal tersebut. H
Dokter Patrick tercekat menghadapi situasi di hadapannya. Bagaimanapun ia adalah orang yang tahu siapa Alice Greyson. Ia adalah Alya, wanita dengan panggilan yang spesial dari Erick Davis, saudara tiri Fien Clark. Sementara Erick Davis adalah pria yang selalu banyak berterus terang tentang masalah pribadinya. Bisa dianggap, dokter Patrick adalah tempat curhat seorang Erick Davis."Alice," Alice menegaskan."Apakah kalian saling mengenal?"Alice memberikan isyarat pada Dokter tersebut untuk tidak menceritakan yang ia ketahui."Ehmm, tidak. Kurasa aku salah mengura dengan seseorang yang mirip.""Hmm, benar. Wajahku memang cukup pasaran ya," kata Alice menimpali.Fien Clark sedikit aneh dengan sikap kedua orang di hadapannya tapi ia menerima alasan yang dilontarkan kedua orang tersebut."Dia adalah Alice, kekasihku saat ini. Seperti kau katakan tadi, dia memang cantik dan spesial bukan?"Dokter muda itu berusaha menghilangkan keca
"Masakanmu memang sangat enak, Alice. Suatu saat kau harus mengajariku untuk memasak. Kau tahu sendirilah, aku selalu mengandalkan koki untuk mendapatkan masakan yang enak," kata Grace memuji masakan Alice yang lezat. Dia memang sungguh mengatakan yang sebenarnya.Sementara Fien Clark hanya terdiam sambil menikmati hidangannya. Menikmati senyuman basa-basi kedua wanita di hadapannya."Oh ya, kau harus meminum obat setelah makan," kata Alice lalu beranjak mengambil obat untuk Fien Clark. Iapun membuka kemasan blister dan menyiapkan butiran obat untuk Fien Clark."Terima kasih, Alice," balas Fien."Kau sakit, Fien? Apa yang kau derita? Benarkah luka yang dulu belum pulih?"Fien Clark hanya mengangguk sebentar, lalu ia menghabiskan segelas air putih."Bagaimana mungkin? Dokter macam apa yang memberikan obat sembarangan? Seharusnya luka itu sudah sembuh sejak lama. Bahkan kuburan Erick bedebah itu sudah kering sejak lama," gerutunya kesal.
Fien Clark mengambil kartu ucapan kecil tersebut dan mulai membaca tulisan yang sedikit memudar."Alya dan Erick? Kenapa dengan nama ini?" Pikiran Fien Clark mulai mengingat pertemuan dengan dokter Patrick."Tak mungkin," gumamnya. Ia melempar kartu ucapan tersebut diantara rerumputan yang ada di sekitarnya. Ia lalu pergi dari tempat itu dan mengesampingkan pikirannya.Akan tetapi, sebenarnya Fien Clark semakin gelisah karenanya. Semakin ia menyangkal, semakin terasa menyesak di dalam hatinya."Benarkah Alya adalah Alice?" gumamnya dengan dada bergemuruh. Ia mulai menyetir dengan serampangan karena kehilangan konsentrasi."Sial!" Fien Clark menghantam kemudinya karena kesal dan tak percaya. Ia sadar bahwa sangat sedikit nama Alya di sekitarnya kecuali sesuatu yang asing ini, ia yakin bukanlah hanya sekedar kebetulan. Ia telah berhenti di bawah sebuah pohon besar yang rindang, ia mencoba menenangkan diri dan perasaannya."Kalau ini buka
Alice mulai menangis saat Fien menarik pakaiannya dengan kasar dan beringas. Seolah Fien dalam keadaan tak terkendali lagi.Ia meronta, tapi Fien lebih kokoh dan perkasa. Bahkan tarikan keras pada rambutnya membuat kepalanya berdenyut sakit."Fien, tidakkah kau tahu apa yang kau lakukan sekarang ini?" Alice terisak dan mengucapkan dengan rasa menyesal.Fien Clark tak lagi menggubris ucapan Alice yang memohon. Ia hanya ingin menuntaskan kemarahan pada Alice yang telah menipunya. Ya, Fien telah mengetahui dari Eddie dan juga dokter Patrick atas desakannya."Alice, menangislah selagi bisa. Aku bahkan akan selalu membuatmu menangis setelah malam ini," erang Fien di puncak kepuasannya.Alice bisa mendengar dengan jelas ucapan Fien Clark yang mengancamnya. Sekarang ia tahu, bahwa kedoknya telah terbongkar di hadapan Fien Clark. Ia telah hancur bahkan tubuh dan perasaannya.Haruskah ia menjadi marah? Apakah ia berhak untuk marah?Alice merau
Fien berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa Alice layak untuk mendapatkan hukuman darinya. Hatinya sangat sakit dan terluka. Tak ada bedanya dengan wanita-wanita yang dibencinya, Alice adalah salah satu yang berani mengecewakan perasaannya.Ia merasa dibodohi, sebab Alice berpura-pura tidak mengenal Erick Davis samasekali. Sementara ia sudah sepenuh hati untuk percaya dengan cinta gadis itu. Nyatanya? Alice seolah mengejar sesuatu darinya tetapi bukan mencintai dirinya.Wanita itu jelas membela Erick sepenuhnya dan mencurigai dirinya sebagai pembunuh Erick. Itu sudah jelas.Fien Clark lalu meminta Eddie untuk mengantar Alice ke swalayan untuk membeli beberapa perlengkapan rumah. Padahal, Fien tahu kalau Alice dalam keadaan kacau dan kesakitan."Belilah beberapa perabot ini, dan perintahkan Alice untuk membelinya," titah Fien Clark."Baik Tuan," kata Eddie lalu bergegas.Eddie menemui Alice dan mengatakan permintaan Fien Clark untuk me
Fien Clark hanya berceloteh, tapi tak perduli dimana Alice berada. Karena sangat letih dan mengantuk, Fien segera berganti pakaian. Ia juga menyempatkan diri untuk melihat pakaian Alice apakah masih pada tempatnya."Terserah, yang penting aku mau istrirahat," ujarnya dan menarik selimut miliknya. Tak lama kemudian, ia mulai mendengkur dan tertidur sangat pulas.Fien Clark bangun dan meregangkan otot lehernya. Ia merasa lelah, tapi setidaknya ia memiliki tidur yang cukup karena ia bahkan bangun kesiangan. Ia merasa tak masalah karena memang hari libur.Akan tetapi ia sangat terkejut dengan kondisi rumah yang masih sangat berantakan."Kemana perempuan sialan itu? Apa dia benar-benar minggat?" gerutunya dan mencarinya ke dapur hingga di kolong mejanya.Lalu Fien Clark teringat dengan gudang penyimpanan barang Erick di sudut ruangan di sisi kamar mandi.Alice sedang menggigil kedinginan karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi. Ia mer
Fien Clark menuju sebuah perusahaan untuk mengajukan tawaran menjalin kerjasama dengan perusahaan yang kini ia kelola. Ia telah melakukan perombakan nama dari Good Corporation menjadi Hip Hip Corporation. Ia juga telah mengubah management sedemikian rupa sehingga terlepas dari campur tangan ayahnya, Tuan Fernandez.Kali ini, ua menemui Tuan Barenzki Rudolf. Dia adalah pemilik perusahaan besar infrastruktur pertanian yang menjadi incaran Fien Clark untuk menjalin kerjasama yang lebih bergengsi. Ia akan merangkul perusahaan besar itu untuk meluncurkan sebuah produk baru yang belum pernah diproduksi sebelumnya.Tawaran itu adalah memproduksi sebuah alat multiguna yang memudahkan para petani mengolah pupuk organik secara praktis dan mudah hanya dengan limbah tumbuhan. Alat itu akan sangat praktis dan murah sehingga sangat terjangkau untuk petani skala apapun memproduksi pupuk pertanian mereka sendiri dengan aman dan ramah lingkungan.Fien Clark telah mendapatkan fil