Perkenalkan, namaku Reno. Aku masih duduk di bangku SMP kelas 1. Bisa dibilang aku ini anak yang sederhana dari teman-temanku di sekolah. Teman-temanku hidup mewah, beberapa dari mereka ada yang kalem, baik, tapi juga ada yang suka jahil. Oke … Kembali ke kehidupanku. Aku mempunyai 2 adik. Namanya Bagas dan Bagus.
Suatu malam, ayah dan ibu berencana untuk makan malam bersama di kota. Jarak dari desaku dengan kota kurang lebih 15 km jauhnya. Kira-kira dengan naik motor, kita akan sampai selama 45 menit. Kebetulan desaku ini memiliki penerangan yang kurang. Hanya beberapa rumah yang memiliki lampu yang cukup terang, salah satunya rumahku.“Reno, jaga adik-adikmu dan dirimu ya, Nak. Ayah dan Ibu akan kembali ke rumah kira-kira jam 2 subuh. Hati – hati di rumah ya!” Kata Ayahku kepadaku sebelum mereka berangkat. Aku memberi salam kepada Ayah dan Ibu, lalu mereka pergi menjauh dengan motor. Jadi hanya kami bertiga (aku, Bagas, Bagus) yang berTerkadang, alam bawah sadar merasakan hal yang semestinya gak kita rasa,Semu hampa sisi lain selalu membuat nurani terpana, walau mata jelas terbuka, sampai akhirnya “takut” menghentikan laju nyali.Mari simak kisah seram sekali lagi, hanya di sini, di Briistory..***Sekali lagi aku melirik kaca spion, bapak itu masih ada, duduk diam paling belakang sambil menatap ke luar, senyum terus mengembang di wajahnya yang terlihat bersih, terpancar rona bahagia.Di sebelah Bapak itu ada seorang ibu dan anak lelakinya, si Ibu terus-terusan menangis, sementara anaknya terus menenangkan ibunya.Drama hidup yang sudah sering aku saksikan ini belum juga membuat jadi terbiasa, melihat dan mendengar orang yang sedang dalam kesedihan karena salah satu anggota keluarga terbaring kritis, tetap membuat hati dan perasaanku bergetar juga. Aku jadi ikut sedih, selalu begitu.Sementara Doni, perawat yang ikut dalam penjemputan
HARI KE-1Hari ini menjadi waktu paling berat bagi suamiku, Angga. Dia harus kehilangan Ayahnya, setelah 15 tahun silam Ibunya juga meninggal. Sebagai istri, aku pun ikut pulang ke kampung halamannya di Kalimantan.Perjalanan ke rumah orang tua Angga tidaklah singkat, setelah tiba di Bandar Udara Supadio Pontianak, kami masih harus menggunakan mobil untuk menuju sebuah kota kecil di daerah Kalimantan Barat yang memakan waktu 4 jam.Setibanya di sana, aku bisa melihat banyak bendera putih dikibarkan sepanjang jalan. Bendera ini memang menandakan bahwa baru saja ada seseorang yang meninggal, sehingga kerabat atau tetangga tahu dan bisa berpamitan untuk kali terakhir.“Oh iya ini kenapa rumah kamu juga ramai?” Tanyaku heran karena melihat banyak orang, memenuhi teras.“Kan acaranya di rumah.”“Di rumah?” Tanyaku masih bingung. “Kok nggak di rumah duka aja?”“Di sini belum ada Rumah Duka.&rd
Kisahnya dialami oleh Mas Yono dkk, yang pernah bekerja di gedung itu, sebagai sekuriti.Mari kita mulai..Ingat, jangan pernah baca sendirian..***~Yono, Jam satu lewat tengah malam.~23..22..21..20...19...18...Lift berhenti bergerak.."Ting.."Pintu lift terbuka dengan sendirinya di lantai 18, padahal aku gak menekan tombolnya tadi.Gelap, lantai 18 ini sangat gelap, penerangan hanya bersumber dari cahaya lampu dari dalam lift yang isinya hanya ada aku sendirian.Sangat berat kaki untuk melangkah, kejadian yang pernah terjadi beberapa minggu yang lalu membuatku berpikir seribu kali untuk melongokkan kepala sekadar untuk melihat keadaan.Pintu lift tetap dalam keadaan terbuka.Dari tempatku berdiri, aku menjulurkan tangan semaksimal mungkin meraih tombol untuk menutupnya.Tombol berhasil kujangkau, lalu ku tekan beberapa kali, namun lift tetap saja gak mau menu
,Basement dua, salah satu bagian gedung yang cukup menyeramkan. Banyak kejadian aneh dan menakutkan yang pernah terjadi di tempat ini.Gak cuma sekuriti dan office boy, karyawan dan karyawati yang bekerja di gedung ink pun sering mengalami kejadian seram.Basement satu dan dua hanya diisi oleh mobil, sementara motor parkir di lapangan luas di bagian belakang gedung.Kami sebagai sekuriti biasanya memang mengarahkan parkir mobil di basement satu terlebih dahulu, setelah penuh baru basement dua mulai diisi.Di basement satu dan dua, pengelola gedung menyiapkan ruangan khusus sebagai ruang tunggu sopir, tempat yang cukup nyaman untuk sopir beristirahat dan melepas lelah.Tapi, mayoritas sopir gak mau menunggu di ruang tunggu basement dua, apa lagi sopir-sopir yang sudah sering berkunjung ke gedung ini, mereka lebih memilih untuk ke ruang tunggu di basement satu.Ya karena itu tadi, basement dua cukup menyeramkan menurut mereka. Ada yang bil
Pengalaman yang cukup membuat gw menghargai perbedaan setiap "sisi" dimensi. Salah satunya akan gw ceritakan malam ini.Ingat jangan pernah baca sendirian, karena terkadang "mereka" gak sekadar hadir dalam cerita.***"Benera,, gw udah sering denger kalo daerah itu super angker. Banyak kejadian seram, apa lagi ada satu rumah yang katanya gak berpenghuni. Kita harus ke sana, aman kok, tenang aja, gw udah kenal sama pak RT dan hansipnya, tinggal dateng aja."Sambil terus memainkan rambut gondrong acak-acakannya, bang kopral sangat bersemangat menjelaskan perihal satu daerah yang katanya sangat angker.Waktu itu sekitaran tahun 2008, di meja makan #rumahteteh, gw duduk bertiga bareng Nando dan Bang Kopral, membahas satu topik yang cukup bisa menimbulkan penasaran gw."Masih di sekitaran Cimahi, Leuwi Gajah, tapi udah agak ke selatan, ke arah Batu Jajar. Kampung kecil, masih sepi banget, baru ada satu komplek besar yang berdiri. Nah, kampung ini ada di bela
Malam ini gw akan cerita pengalaman waktu kecil, terjadi pada pertengahan tahun 90an, waktu itu gw masih kelas empat SD.Walaupun peristiwanya sudah lama, tapi gw masih ingat detailnya.***Malam itu, sekitar jam satu tengah malam, gw terbangun oleh suara tante Erni yang memanggil-manggil dari depan pagar rumah, kamar gw memang letaknya paling depan, di belakang garasi, bersebelahan dengan ruang tamu,Ada apa tante Erni datang malam-malam?Gw langsung bergegas membuka pintu dan berjalan menuju pagar untuk membuka gembok, mempersilahkan tante erni dan Ika untuk masuk, Ika adalah anak pertama Tante erni, waktu itu umurnya baru sekitar empat tahun,“Ada apa tan? Tumben malam-malam ke rumah?” Tanya gw penasaran.“Gak ada apa-apa Brii, tante cuma mau tidur di rumah kamu malam ini,” begitu jawabnya,Gak lama kemudian Ibu dan Bapak ikutan terbangun, keluar kamar untuk menemui mereka, gw yang masih ngantuk berat kembali masuk k
Sekadar mengingatkan, berdoa sebelum perjalanan adalah hal yang harus dilakukan, meminta keselamatan kepada-Nya, supaya dijauhkan dari mara bahaya, termasuk dijauhkan dari kejadian yang menyeramkan.Malam ini, salah satu teman akan menceritakan kisah yang dia alami ketika dalam perjalanan kantor menggunakan bus trans jakarta***Hujan di jam 9.30 malam, menambah kesempurnaan hari kamis ini. Seharian berkutat dengan pekerjaan kantor, menyedot nyaris semua energi yang aku punya. Hanya tersisa sedikit tenaga yang bisa dikerahkan untuk perjalanan pulang.Aku Siska, karyawati sebuah perusahaan yang berkantor di Jakarta Barat. Sudah nyaris dua tahun bekerja di tempat ini, perusahaan yang lingkungan kerjanya aku suka, cukup nyaman untuk bekerja mencari nafkah.Rumahku di daerah Rempoa, Jakarta Selatan. Bersama Ibu dan Adik, aku tinggal di rumah yang sebenarnya terlalu besar bagi kami. Ayah sudah tiada sejak aku masih kecil, kakak satu-satunya tinggal di luar kota
Ini adalah kisah cerita tentang rumah angker di Majalengka. Cerita yang cukup panjang, semoga gak jadi membosankan.Satu dari beberapa pengalaman yang membuat gw sedikit trauma. Jadi tolong jangan baca sendirian..***Masa kuliah dulu gw punya satu teman dekat perempuan, namanya Dian. Yaaahh bisa disebut pacar kali ya.Tahun 2007, Dian tinggal dan kuliah di Bandung juga, kami beda kampus tapi satu angkatan. Ayah Dian pejabat di suatu Bank Daerah.Sebagai pejabat tinggi, Ayah Dian selalu berpindah-pindah tempat kerja, tentu saja rumah dinasnya juga ikut pindah.Nah, waktu itu beliau baru saja mendapat tugas baru untuk memimpin salah satu kantor cabang dari Bank itu, cabang di kota Majalengka.Majalengka adalah kota kecil yang terletak di timur Jawa Barat. Bukan kota yang dilalui oleh jalur utama lintas Jawa, jadi cukup sepi kotanya.Sebagai pacar yang sudah lama kenal dengan keluarga Dian, mau gak mau gw harus ikut membantu pindahan rumah d