Setelah menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama teman-temannya di mall, Diana melangkah dengan hati yang sedikit terasa berat ketika ia memasuki pintu rumahnya. Langkahnya terasa berat seolah-olah memikul beban yang baru saja ditemuinya.Suasana rumah terasa hening, tapi keheningan itu tidak dapat mengusir keraguan yang menghantui pikiran Diana. Ia meletakkan tas belanjaannya dengan perlahan di dekat pintu, dan perlahan-lahan mengelus dada, mencoba menenangkan perasaannya yang kacau.Dalam diam, Diana mencari keberanian untuk menghadapi apa yang sedang terjadi dalam hatinya. Ia menyadari bahwa cemburu yang dirasakannya bukanlah sesuatu yang sehat dan ia harus menyelesaikan rasa itu dengan bijak. Namun, bagian lainnya masih terus terasa cemburu dan ingin tahu lebih banyak tentang hubungan antara Farez dan keluarga barunya.Dengan perasaan campur aduk, Diana mengambil nafas dalam-dalam dan melangkah menuju ruang tengah. Cahaya remang-remang memancar dari lampu-lampu hingga menerang
Ruangan bermain Aurora di rumah adalah sebuah tempat yang penuh warna dan keceriaan. Dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan yang ceria dan terdapat rak-rak berisi mainan dari berbagai macam jenis. Di tengah ruangan, terdapat karpet lembut yang mengundang Aurora untuk bermain dengan bebas.Terdapat meja kecil dengan kursi berwarna-warni di sudut ruangan, tempat Aurora sering duduk sambil mewarnai atau bermain puzzle. Di sebelahnya, terdapat rak buku yang dipenuhi dengan cerita-cerita anak yang menarik. Aurora senang mengambil buku-buku itu dan membacanya dengan penuh kegembiraan.Di salah satu sudut ruangan, terdapat perosotan dan jungkat-jungkit yang menjadi favorit Aurora. Dia sering meluncur di perosotan dengan riang gembira, sementara jungkat-jungkit memberinya sensasi melompat yang menyenangkan.Ruangan bermain ini juga dilengkapi dengan karpet aktivitas yang berwarna-warni dan penuh dengan bentuk geometri serta angka-angka. Aurora senang menghabiskan waktu bermain di atas karp
Farez pulang ke rumah dengan cepat setelah mendengar kabar bahwa mamanya sedang sakit. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran dan rasa prihatin. Ia mengabaikan semua urusan dan pekerjaan yang sedang dihadapinya, karena mamanya adalah salah satu orang yang paling penting dalam hidupnya.Sesampainya di rumah, Farez langsung menuju kamar mamanya. Ia melihat mamanya terbaring lemah di tempat tidur, wajahnya tampak pucat dan lelah. Farez merasa sedih melihat kondisi mamanya yang kurang sehat. Ia duduk di samping tempat tidur mamanya, memegang tangannya dengan lembut, dan berusaha memberikan dukungan dan kenyamanan.Farez duduk di samping tempat tidur mamanya dan menggenggam tangannya dengan lembut. Dengan suara yang penuh kasih, ia mulai berbicara kepada mamanya. Ia mengungkapkan rasa khawatir yang mendalam dan betapa ia sangat menyayangi mamanya."Mama, aku sangat khawatir dengan kondisimu yang sedang tidak baik ini," ujar Farez dengan suara lembut. "Mama adalah sosok yang begitu penting da
Di pagi hari yang cerah, Yumna sibuk dengan persiapan Aurora untuk hari pertamanya di sekolah. Dengan penuh semangat, Yumna bangun lebih awal dan segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan yang sehat dan bergizi bagi putrinya. Ia memastikan bahwa makanan favorit Aurora tersedia di meja makan, serta menyediakan segelas susu hangat yang disukainya.Setelah Aurora selesai sarapan, Yumna membantu menyiapkan seragam sekolah yang rapi dan memastikan bahwa tas sekolahnya berisi buku-buku dan perlengkapan yang diperlukan. Yumna dengan cermat melipat dan menata baju seragam Aurora, serta memeriksa bahwa namanya tertera dengan jelas di tas sekolah."Nak, kamu tahu, sekolah itu tempat yang menyenangkan," kata Yumna sambil tersenyum lembut. "Di sana, kamu akan bertemu banyak teman baru yang akan menjadi sahabatmu. Kamu akan belajar hal-hal baru setiap harinya, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Ada banyak kegiatan seru dan permainan yang akan membuatmu senang."Yumna mengambil tangan Au
Dengan hati yang berdebar, Farez menggenggam tangan kecil Aurora dengan penuh kelembutan saat mereka berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Aurora terlihat girang dengan seragam barunya dan antusias mengikuti jejak ayahnya."Sudah sampai sekolah, sayang," ucap Farez dengan senyum hangat. "Apa kamu siap untuk menjalani petualangan baru di taman kanak-kanak?"Aurora mengangguk ceria, matanya berbinar-binar. "Ya, Ayah! Aku siap untuk bertemu dengan teman-teman baru dan belajar hal-hal baru!"Farez merasa haru melihat semangat Aurora. Dia menyadari betapa pentingnya momen ini dalam kehidupan putrinya. Dalam hati, dia berjanji untuk selalu menjadi sosok ayah yang mendukung, melindungi, dan memberikan cintanya sepenuhnya.Mereka berjalan bersama menuju ruang kelas Aurora. Farez memperhatikan setiap langkah Aurora dengan penuh kebanggaan. Saat tiba di depan pintu kelas, Farez berhenti sejenak, menatap wajah lembut Aurora."Ingat, sayang, Ayah akan selalu ada di sini untukmu," ucap Farez deng
Yumna duduk di meja kantornya, sambil memegang kotak makan siangnya. Dengan hati yang masih terbebani oleh pikiran-pikiran yang melintas, ia mencoba makan dengan lambat. Suasana di ruangan kantor terasa ramai, dengan percakapan dan tawa dari rekan kerja yang sedang bersantap di sekitarnya.Namun, meskipun ada keceriaan di sekelilingnya, Yumna masih terasa hampa. Pikirannya melayang ke masalah-masalah pribadi yang tengah dihadapinya. Sudah beberapa hari ini, dia merasa tegang dan tak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaannya.Yumna menyadarkan dirinya untuk mencoba mengesampingkan kekhawatirannya sejenak. Dia mencoba mengikuti percakapan ringan di sekitarnya, mencoba tersenyum pada candaan rekan kerjanya. Namun, kegelisahannya masih terasa di dalam dirinya.Ia berharap makanan yang dimakannya bisa memberikan sedikit kelegaan, memulihkan energinya yang terkuras. Sambil menyuapi dirinya dengan setiap suapan, Yumna berusaha mengatur pikiran dan mencari cara untuk mengatasi masalah yang seda
Dengan senyum penuh arti, Farez menatap Yumna dan dengan hati-hati ia mengungkapkan keinginannya. "Yumna, bisakah kamu lembur hari ini? Aku butuh kamu di kantor untuk menemani aku," ucapnya dengan penuh perhatian.Yumna terkejut mendengar permintaan Farez. Ia sedikit ragu, namun melihat raut wajah Farez yang penuh kelembutan, Yumna akhirnya mengiyakan. "Baiklah, aku bisa lembur. Ada apa, Farez?" tanya Yumna dengan rasa penasaran yang tak tersembunyi.Farez tersenyum lega mendengar persetujuan Yumna. Ia mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu, Yumna. Ada beberapa hal yang perlu kita bahas bersama," katanya dengan penuh kehangatan.Yumna merasa hatinya berdebar kencang. Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang akan diungkapkan oleh Farez, sesuatu yang mungkin akan mengubah dinamika hubungan mereka. Namun, dengan penuh kepercayaan, Yumna memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Farez untuk berbicara.Mereka berdua pergi ke kanto
Diana duduk sendirian di ruang tamu, menatap jam dinding yang menunjukkan larut malam. Hatinya dipenuhi dengan kegelisahan dan kecemasan. Farez belum juga pulang dan tidak memberi kabar apapun. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi.Ia mencoba menghubungi Farez melalui telepon, namun tidak ada jawaban. Setiap detik yang berlalu membuat kegelisahan dalam dirinya semakin memuncak. Diana berusaha menjaga ketenangan, tetapi sulit untuk mengusir rasa cemas yang merasuki pikirannya.Berbagai pertanyaan terus berputar dalam benaknya. Apakah Farez baik-baik saja? Apa yang sedang terjadi? Mengapa ia tidak memberi kabar? Pikirannya terus menerka-nerka, mencari jawaban yang belum pasti.Dalam keheningan yang mencekam, Diana berdoa agar Farez baik-baik saja dan segera pulang dengan selamat. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan berbagai pemikiran positif, berharap bahwa ada penjelasan yang masuk akal di balik ketidakhadiran Farez.Waktu terus berlalu, dan larut mala