Caspian membiarkan Elora berendam dengan air hangat sekembalinya mereka ke hotel. Pasti berat untuk Elora mengingat kejadian paling mengerikan dalam hidupnya. Caspian bisa merasakan kesedihan dari Elora saat dia menceritakan semuanya. Tak ada yang bisa menanggung kehilangan keluarga dengan cara seperti itu. Itu terlalu keji untuk seorang anak berumur lima tahun.
Sebelum mereka kembali tadi, Caspian menyempatkan diri untuk memotret tembok-tembok di ruangan tempat Elora dikurung. Sama seperti pemikiran Caspian, menurut Elora coretan-coretan itu mempunyai arti, dan ada hubungannya dengan kekuatan Elora. Caspian mengirimkan foto-foto itu kepada Zed dan meminta Zed untuk mencetak serta mengurutkannya. Sekembalinya mereka ke Queenstown, mereka akan mulai mempelajari simbol-simbol itu dan semoga mereka bisa menemukan petunjuk berarti.
“Hai.” Elora keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan sehelai handuk yang melilit tubuhnya sampai ke pertengahan paha. Suaranya se
Hampir tengah malam saat Elora, Caspian, dan Brittany sampai di rumah besar berpagar besi yang sangat tinggi. Brittany membuka kaca jendela dan melambai ke atas pagar, ke sebuah kamera yang mengawasi mereka. Pintu gerbang berwarna hitam itu terbuka beberapa saat kemudian.Elora semakin yakin manusia serigala memang senang tinggal di pinggiran kota, punya rumah super besar, dan cenderung membenci cahaya. Rumah besar ini contohnya. Cahaya di sepanjang jalan masuk yang membelah halaman hanya berupa sinar oranye yang samar. Di depan sana, rumah tiga lantai bergaya eropa klasik berdiri menjulang, lengkap dengan lampu kristal gantung di bagian teras.Brittany bersiul. “Super kaya,” katanya.“Ingin mencoba untuk merayunya? Siapa tahu dia adalah jodohmu,” seloroh Caspian.Brittany, yang berada di balik kemudi, menyipitkan mata sembari melihat Caspian melalui kaca spion tengah. “Kau sudah memperlakukanku seperti supir dengan duduk di
“Makam orangtuaku?” Elora membeo.“Ya, dan juga dua saudaramu.”“Di mana?” Tangan Elora mengepal di pangkuannya. Wajah kedua orangtuanya, Jacinda, dan Jason melintas dengan samar dalam benaknya. “Apa kau yang mengubur mereka semua?”Alfonso mengerling, sejenak sorot matanya melembut. “Ya. Aku dan beberapa manusia serigala yang bekerja di kepolisian. Karena kami yang menemukan jasad mereka, dan sudah tidak ada kawanan Pelindung Bulan yang tersisa untuk bisa memakamkan Alphanya dengan layak.”“Bawa aku ke sana.”“Sebelum itu, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu.”“Katakan.”“Buku hitam itu,” Alfonso memberi jeda, “apa kegunaannya?”Elora mengalihkan pandangan kepada Caspian, meminta pertimbangan apakah harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Caspian menatap Elora lurus-lurus, nyaris tanpa ekspresi.
Caspian, Brittany, dan Elora menyisir rumah dan menemukan Alfonso yang asli disekap di dalam lemari baju yang ada di kamar besarnya, bersama dengan pembantu dan supirnya. Setelah memanggil bantuan dan memastikan tak ada lagi penyusup, mereka kembali ke hotel.“Penyusup itu sudah tahu kalau kita akan datang, dan mereka berpura-pura menjadi penghuni rumah.” Brittany berbicara setelah dia selesai melakukan panggilan telepon. “Alfonso mengalami syok dan tidak bisa diajak bicara, jadi kita tidak bisa menemuinya dalam waktu dekat. Kurasa sebaiknya kalian segera kembali ke Queenstown. Setidaknya di sana Elora aman karena berada di tengah-tengah kawanan.”Caspian dan Elora mau tak mau menyetujui usul Brittany.“Terima kasih atas bantuanmu, Brit,” ucap Caspian. Brittany mengangguk, dan mengamati pakaiannya yang rusak. “Ini kaus kesukaanku,” katanya sambil cemberut.Caspian memutar mata. “Aku akan belikan yang b
Caspian bagaikan menghilang ditelan bumi saat Elora mencoba mengejarnya. Elora mengira Caspian bakal menghilang selama berhari-hari, tapi ternyata dia muncul pagi-pagi sekali di kamar Elora saat Elora masih terlelap. Caspian mengguncang pelan tubuh Elora.“El, bangun.”Elora membuka mata, dan mendapati Caspian berbaring menyamping di sisinya. Mata birunya menatap Elora lekat-lekat dengan sorot lembut. “Hari ini kau kerja, kan?” katanya lagi.Elora mengerjap-ngerjapkan mata. “Jam berapa sekarang?”“Jam empat pagi.”Elora mengerang pelan, menggeliat, lalu menarik selimut lebih tinggi hingga menutup pipinya. Caspian tertawa pelan.“Kau kemana saja?” tanya Elora. Matanya kembali terpejam, tetapi kesadaran sudah menguasainya.“Jalan-jalan,” kata Caspian. “Ke makam Cooper.”Elora mengeluarkan tangan dari balik selimut lalu menyentuh pelan pipi Caspian
Charlie menyambut Elora di ruang rapat dengan senyum cerah di wajahnya.“Creative Director terbaikku!” serunya dengan kedua tangan terbuka seolah hendak memeluk Elora.Elora menyentakkan kepala ke belakang dan mengerutkan alis. “Tidak biasanya kau begini,” kata Elora. Ia tak menyambut niatan Charlie yang mencoba untuk memeluknya. Elora menarik kursi di samping Charlie kemudian duduk di situ.Charlie berdeham, lalu beringsut mendekat. “Jangan permalukan aku di depan klien,” bisiknya di telinga Elora.Elora melirik ke sekeliling, baru ada mereka berdua dan beberapa orang dari departemen lain. “Aku tidak sedang mempermalukanmu. Kliennya belum datang, kan?”“Yah, memang belum.” Charlie memijat pangkal hidung, sepertinya banyak urusan berat akhir-akhir ini dalam hidupnya. “Tapi kita sedang berlatih keakraban antar atasan dan anak buah. Karena itu akan menambah nilai di mata para klien.&rd
“Kalian saling kenal?” Elora menunjuk Caspian dan laki-laki itu bergantian.“Tidak,” jawab Caspian.“Tentu saja,” jawab lelaki itu. “Sepertinya tadi kita belum berkenalan, Nona. Namaku Aiden.” Dia lalu mengulurkan tangan pada Elora, yang dengan cepat ditangkis oleh Caspian. Aiden terkejut dan nyaris terlonjak. “Oh!” Dia memandang tak percaya pada Caspian, lalu tertawa lirih sampai bahunya berguncang.“Apa dia kekasihmu?” tanya Aiden, ia kelihatan geli.“Ya. Ada masalah?” balas Caspian, dingin.Aiden mengangkat tangan dan menariknya ke dada. “Tidak, tidak ada!”Jujur saja, menurut Elora gerakan Aiden terlalu berlebihan. Sepertinya dia sengaja membuat Caspian kesal. “Kalau begitu, sampai ketemu lagi, Elora dan Caspian!” Aiden melambai lalu masuk ke dalam lift. “Ah, aku ingin bertemu lagi dengan Charlie. Ada hal yang lupa aku sampai
Aiden sedang menyesap salah satu anggur koleksinya, yang ia bawa dari mansionnya di North Island ke kastil lamanya di Queenstown. Sudah begitu lama ia tidak kembali ke sini, setelah beberapa tahun yang lalu ia memutuskan untuk pindah dan memulai hidup baru, lepas dari bayang-bayang lelaki yang selalu mengunggulinya dalam persaingan bisnis. Ternyata keputusan yang Aiden lakukan tepat. Bisnisnya bisa lebih berkembang di North Island, dan kini ia kembali setelah tahu bahwa pesaingnya sudah meninggal.Biasanya saat Aiden tengah duduk di balkon sembari menikmati anggur serta suasana musim gugur yang dingin dan kelabu ini, tak akan ada anggota kawanan yang berani mengusiknya. Namun kali ini, Aiden mendengar suara langkah kaki yang mendekat, dan saat Aiden menyadari bau yang muncul setelahnya adalah bau yang asing, Aiden langsung berhenti menggoyang-goyangkan gelas anggur di tangannya.“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Aiden, tanpa melihat siapa yang muncul di ked
“Aku akan benar-benar mengakhiri hubungan kita jika kau terus-terusan seperti ini.” Elora melotot sampai otot-otot matanya terasa pegal pada Caspian yang berdiri di hadapannya.Pagi ini, setelah Elora selesai mandi dan sedang berganti baju, Caspian tiba-tiba saja menyergapnya dari belakang dan menghujani punggung Elora dengan ciuman. Godaan yang sangat besar menjalari Elora dengan cepat, dan jika bukan karena Elora harus berangkat pagi-pagi ke lokasi syuting iklan untuk perusahaan Eclipse, mungkin ia akan tenggelam dan menyerahkan diri pada Caspian, seperti biasanya.Caspian memajukan bibir dan menjelajah wajah Elora dengan pandangannya. “Jangan pergi,” katanya, setengah merajuk.Elora menghela napas panjang. “Lama-lama aku jadi merasa seperti ibumu, bukannya kekasihmu.”Setelah mengatakan itu, Elora mendengar pintu kamarnya diketuk dan suara Kate menyusul. “El?! Apa kau di dalam?! Sepertinya aku menemukan sesuatu