Sempurna! Adalah istilah yang paling cocok untuk menggambarkan kehidupan Clara. Namun, sayangnya itu tidak berlaku di dalam kasus percintaanya dengan Bima.
Ia sudah jatuh cinta pada lelaki itu sejak pandangan pertama. Namun Bima seolah tidak menganggapnya ada. Lelaki itu benar-benar hanya menganggap Clara sebagai seorang gadis manja dan nakal yang harus diawasi.Namun, bukan Clara namanya jika ia menyerah begitu saja. Bagaimana pun, ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk Bima Bayuwirya.Ya. Clara telah tersihir dalam pesona Bima. Lelaki itu telah berhasil mencuri hatinya dan menyembunyikannya entah di mana. Namun, Clara bertekad untuk melakukan hal yang sama pada lelaki itu. Seperti dirinya yang telah bertekuk lutut di hadapan Bima, lelaki itu juga harus merasakan hal yang sama!"Lo yakin usaha gue kali ini bakal berhasil, kan?" tanya Clara pada Renata, sahabatnya sejak SMP yang hari ini sengaja diajaknya ikut ke rumah.Clara sudah menceritakan tentang Bima pada Renata. Walau pun pada awalnya sahabatnya itu menertawakan, namun akhirnya ia ikut mendukung Clara untuk mendapatkan cinta Bima. Selama pertemanan mereka, tidak pernah Renata melihat Clara begitu jatuh cinta. Biasanya juga para lelaki yang mengejar-ngejarnya.Kondisi Clara saat ini persis seperti dirinya yang jatuh bangun mengejar cinta Reno, kakak laki-laki sahabatnya itu."Ya, kalau nggak dicoba, mana mungkin juga Lo tau. Iya nggak sih? Udaah, Lakuin aja deh saran gue. Mau bagaimana pun juga, doi itu lelaki dewasa. Insting doi sebagai lelaki nggak mungkin nggak akan terusik kalau lihat body lo yang aduhai. Lo manfaatin aja deh aset lo itu dengan baik." ujar Renata sambil memilih-milih bikini yang tadi mereka beli di mall.Ada beberapa model. Dan semuanya itu pilihan Renata. Orang tua Clara bisa serangan jantung jika melihat putrinya mengenakan itu di depan lelaki asing.Gila. Seksi sekali memang!"Nih, pakai yang ini." seru Renata sambil menyodorkan two pieces bikini yang hanya bisa menutupi bagian tubuh paling sensitifnya.Clara terbelalak. Namun tetap saja patuh dan meraih kain mini itu dan mengangkatnya di depan muka. Memperhatikan kain kecil berwarna merah menyala itu dengan pandangan ngeri."Serius Lo?" tanya gadis itu pada sahabatnya."Seribu rius! Udah ah, buruan sana ganti. Atau mau gue panggilin pengawal lo yang di depan pintu untuk ngegantiin?" ancam Renata setengah menggoda."Gila, Lo! Gue bisa sendiri juga. Kalau doi yang gantiin, bisa pingsan sambil berdiri gue." Pekik Clara sambil melenggang masuk ke alam kamar mandi.Tiba di dalam kamar mandi. Clara langsung saja membuka semua pakaian sekolah yang memang belum sempat digantinya sejak tadi. Lalu mengangkat bikini mini yang disodorkan Renata padanya, dan memandang benda itu cukup lama.Masih ada rasa ragu di dalam hatinya untuk mengenakan bikini itu. Walau pun Clara nakal, namun belum pernah sekali pun seumur hidup ia mengenakan pakaian seperti ini. Orang tuanya bisa murka!Yah, walau pun hari ini papa dan mamanya tidak ada di rumah karena ada urusan bisnis ke luar kota, namun tetap saja Clara masih merasa risi dengan saran sahabatnya untuk berenang mengenakan bikini super duper seksi ini.Clara menghembuskan napasnya kasar. Lalu bergumam pada diri sendiri."Oke. Let's do it, Clara! Demi mendapatkan hati Bima!" tekadnya dengan sepenuh hati sambil mengangguk tegas.Ia mengenakan bawahan bikini itu, lalu menyimpul ikatan pada kedua bagian pinggul. Setelah itu baru mengenakan penutup dadanya.Namun, saat Clara mengikat simpul tali di bagian belakang leher, tiba-tiba saja pintu kamar mandinya dibuka dengan kasar dan tergesa dari luar."Nona Clara, Anda baik-baik saja?" teriak Bima dengan suara cemas dan panik. Lalu lelaki itu mematung dengan mata terbelalak lebar dan mulut menganga di ambang pintu. Menatap Clara yang berdiri di depan cermin dengan kedua tangan terangkat ke belakang leher. Membuat posisinya menjadi begitu menggoda dan menantang.Apalagi bagian tubuh gadis itu yang montok dan bergantung indah di depan dada dapat disaksikan Bima dengan bebas tanpa penghalang."ΑΑΑΑΑΚΚΚΗΗΗΗΗ!"Clara berteriak kencang sambil reflek berjongkok untuk menyembunyikan tubuhnya. Sedangkan Bima mengumpat kasar sambil membanting pintu kamar mandi hingga tertutup kembali.BLAM!Pintu kamar mandi itu sampai bergetar saking kerasnya lelaki itu membantingnya.Clara masih terengah-engah karena teriakannya yang menggelegar. Wajahnya merah padam menahan rasa malu.Ya Tuhan. Ini sinting! Tubuhnya sampai bergetar hebat seperti ini! Bima pasti sudah melihat tubuhnya tadi. Ya kan? Mana mungkin tidak!Ingin rasanya Clara melompat ke dasar bumi dan bersembunyi di sana. Ia benar-benar sangat malu.Ini pasti kerjaan Renata. Pikir gadis itu kesal.Masih dengan wajah bersemu merah karena kejadian tadi, Clara keluar dari kamar mandi dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada. Menutupi payudaranya yang masih belum tertutup dengan sempurna.Benar saja. Renata langsung terkikik geli begitu melihat wajah sahabatnya yang merah padam melebihi kepiting rebus."Gimana? Asik gak?" tanya gadis itu sambil tertawa lebar tanpa rasa bersalah sedikit pun."Gila ya, Lo. Hampir aja gue mati karena serangan jantung, Setan!" maki Clara sambil melempari sahabatnya dengan bantal tidur terdekat yang dapat diraihnya.Bukannya meminta maaf, gadis itu malah menemukan Renata semakin terpingkal sambil berguling-guling di atas tempat tidurnya yang empuk."Tapi sumpah, lho, Ra. Dia langsung panik waktu gue bilang lo jatuh di kamar mandi. Lihat sendiri kan gimana bodyguard tampan lo itu mendobrak kamar mandi? Keren bangeeet. Sampe meleleh gue." Jelas gadis itu dengan gayanya yang berlebihan. Sambil merem melek mendeskripsikan sekeren apa Bima tadi.Mau tidak mau, Clara terpancing juga. Rasa marahnya berkurang drastis. Bagaimana pun kan memang itu tujuan mereka. Membuat Bima melihat dan peduli padanya sebagai seorang wanita dewasa!"Lho serius, dia benar-benar panik?" tanya Clara penasaran dan langsung ikut bergabung duduk di atas tempat tidur bersama dengan sahabatnya itu. Tangannya membenarkan letak bikini di dadanya yang montok dan menyimpul ikatan di bagian punggung. supaya dirinya bisa lebih leluasa berbicara dengan Renata."Iya, beneran! Sumpah disambar gledek deh gue." sahut gadis berkulit eksotis tersebut. Ia mengangkat dua jarinya ke depan wajah Clara, membentuk kode suer'. "Gue aja sampai gemetaran sangking gregetannya. Gila, lakik lo cakep tingkat dewa emang."Clara tersenyum senang sambil menggigit bibir bawahnya mendengar sebutan 'lakik lo' dari sahabatnya. Seakan Bima memang sudah menjadi miliknya. Hatinya seakanpenuh dengan bunga-bunga yang bermekaran."Acieee, ada bunga di mana-mana." ledek Renata menyadari senyuman malu-malu dari wajah sahabatnya."Hush! Brisik banget sih lo." Kata Clara malu-malu. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum.Sumpah. Susah sekali rasanya untuk... bahkan sekedar pura-pura marah pada sahabatnya itu!"Tapi. Mr. Bodyguard lo itu emang cakep gila sih ya. Pasti banyak yang naksir dia." Kata Renata sambil merenung."Hush! Awas aja kalau lo ikut naksir sama Bima. Gue kulitin lo!" ancam Clara dengan mata mendelik."Hahahha, tenang aja, Nooon. Gue sih tetap cinta sama kakak lo. Reno gak ada duanya. My one and only love." Gadis itu kerkikik sambi menutup wajahnya dengan telapak tangan. pura-pura malu. Padahal bangganya bukan main.Kalau bi
"Ren? Lo serius gak sih apa yang lo omongin kemarin?" tanya Clara setelah guru mata pelajaran terakhir pada hari itu keluar kelas.Bel pulang baru saja berbunyi. Dan keadaan kelas sedang gaduh melebihi pasar ikan. Semua siswa ribut karena buru-buru ingin keluar kelas."Yang mana?" tanya Renata pura-pura cuek sambil terus membereskan buku-bukunya."Yang lo bilang kak Reno 'belahin' punya lo." bisik Clara sambil melirik ke sekitar. Takut ada yang mendengar.Renata melirik Clara sekilas. Wajahnya tertegun sesaat. Lalu sedetik kemudian menggelakkan tawanya."Ih serius deh gue. Malah ketawa sih? Beneran nggak?" desak Clara masih dengan wajah seriusnya.Kemarin juga Renata langsung keluar dari kolam renang tanpa memberikan Clara jawaban yang jelas.Tapi, kak Reno itu sudah lama sekali tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun.Kalau yang suka sama dia sih banyak. Secara ya kakaknya itu kan double 'pan'. Tampan da
Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak
Tiba di rumah, Clara langsung turun dari mobil tanpa mengatakan apa pun lagi pada Bima. Tidak ada lambaian tangan dan senyum menggoda yang biasa ia berikan pada lelaki itu. Hati sang nona muda terlanjur sakit dengan apa yang diucapkan Bima tadi.Bima sendiri hanya menatap Clara yang keluar dari mobil dengan marah dan membanting pintu. Ia memaklumi kelakukan gadis tersebut. Mau bagaimana lagi. Wajar saja Clara merasa marah padanya.Pria itu menghembuskan napas kasar karena rasa frustasi yang menyerangnya.Bima tahu bahwa ucapannya pada Clara tadi keterlaluan. Namun, ia tidak mampu menahan diri. Ia marah. Sangat marah. Bukan hanya pada Clara yang menciumnya tanpa aba-aba, namun juga pada dirinya sendiri yang malah membalas ciuman itu dengan lebih menggebu dan hampir hilang kontrol.Jika saja mereka berada di tempat tertutup dan bukan di dalam mobil yang hanya berhenti sejenak di lampu merah, mungkin Clara tidak akan lepas dari cengkraman hasrat Bima
DEG!Clara langsung terduduk tegak mendengar kabar itu. Lupa bawa kepalanya sedang pusing karena terlalu banyak menangis."Serius Lo? Di mana? Sama siapa? Memangnya yang dia lakukan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai beruntun ia tanyakan. Jantungnya terasa nyeri.Karena itu kah Bima sama sekali tidak tertarik padanya?Benar juga. Mengapa Clara tidak pernah berpikir bahwa Bima mungkin saja sudah memiliki kekasih?Pikiran itu seketika menyakiti hati Clara.["Di komplek perumahan Setia Alam. Dan gue juga lihat dia tersenyum lepas gitu begitu disambut sama itu perempuan. Kayanya mereka memang memiliki hubungan khusus."]Sebenarnya Renata tidak ingin mengatakan sebanyak itu, terkesan mengompori rasanya.Namun, ia juga tidak mau sahabatnya terlalu terlarut dalam cinta yang mungkin tidak bisa dimiliki.Clara tidak mampu berkata-kata. Ia terdiam dengan mata yang mulai kembali basah.["Clara?"]
Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila."Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.Bisa bisa bibirnya berdarah."Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.
Bima kembali merasa jengkel!Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang
Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tenga