Sekarang sudah hampir menjelang sore. Tapi, Ailisha sama sekali belum menemukan jalan keluar dari tempat ini. Ia hampir putus asa. Satu-satunya jalan keluar yang ia miliki sudah diblokir oleh Liora. Saat ini ia tak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi.
Ailisha duduk di ujung ranjang sembari memikirkan cara untuk keluar dari sini. ia harus berhasil melarikan diri dari wanita itu tepat sebelum tengah malam. Apa pun caranya. Ia tak mau terjebak di tempat seperti ini selamanya. Ailisha terus memutar otak dan memaksa organ yang satu itu untuk bekerja keras melebihi kapasitasnya sendiri. “Bagaimana aku bisa keluar dari ini?” gumamnya sabil menggigiti kuku jari tangannya. Gadis itu memang selalu melakukan hal serupa setiap kali dilanda kepanikan yang berlebihan. Ia sampai tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ailisha bisa saja menggila sewaktu-waktu. Dia bukan penderita sakit jiwa apa lagi memiliki gangguang mental. Gadis itu baik-baiAilisha berhasil bersembunyi dari kejaran para anak buah Liora itu dengan bersembunyi di salah satu lorong sepi. Setelah aman, ia pergi ke bawah dengan menggunakan lift. Beruntung liftnya sedang kosong, jadi ia bisa langsung masuk. Kemungkinan besar setiap kamera pengawas yang berada di sekitar sini akan menangkap sosok Ailisha dengan jelas.Gadis itu duduk di sudut ruangan sambil memeluk kedua kakinya yang sedang bergetar hebat. Ailisha nyaris mati ketakutan. Padahal ia tidak melakukan tindak kriminal apa pun. Liora adalahs atu-satunya orang yang bersalah di sini. Bukan Ailisha. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga jika ia yang akan disalahkan meski sudah jelas kalau Liora pelakunya. Wanita itu memiliki kekuasaan dan koneksi dimana-mana. Ia bisa mengendalikan sesuatu. Semesta bergerak atas kemauannya.‘TING!’Ailisha buru-buru bangkit begitu mendengar bunyi nyaring tersebut. Itu tandanya ia sudah sampai di lantai dasar yang merupakan tujuan awalnya.
Shevandra bilang ia akan selalu mengawasi gadis itu. Tapi, buktinya saat Ailisha sedang terjebak dalam bahaya besar yang mewajibkannya untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri, Sehvandra sama sekali tidak ada di sana untuk membantu. Untung saja ia bisa lepas dari tangan Liora dengan selamat.Ternyata memang benar jika kita tidak bisa selalu mengandalkan orang lain. Ailisha sebenarnya sudah memgang prinsip tersebut di dalam hidupnya sejak lama. Ia selalu melakukan semua yang ia bisa sendiri. Gadis itu terlahir mandiri. Bahkan ia sudah pindah ke apartment dan tinggal di sana sendiri sejak masih kelas satu SMP. Ailisha baru saja lulus dari bangku sekolah dasar pada waktu itu.Jika kalian bertanya kemana orang tuanya, maka ia akan menjawab jika mereka ada urusan ke luar kota. Saat ini kedua orang tuanya berada di Jakarta untuk mengurus bisnis mereka. Sementara ia tinggal di sini sendiri. Gadis itu sudah terbiasa untuk sendiri. Bahkan saat kepindahannya ke apartment, itu semua
Saat ini mereka sedang dalam perjalanan ke kampusnya Ailisha. Tentu saja untuk menghadiri festival tersebut. Padahal Ailisha sama sekali tidak ingin pergi ke sana pada awalnya. Tidak peduli jika Shevandra memaksa sekalipun. Ia tetap tidak akan pergi. Gadis itu cukup konsisten terhadatp ucapannya sendiri.Jika saja pria itu tidak menjadikan ponselnya sebagai ancaman, mungkin Ailisha masih tetap berada di dalam kamarnya tanpa menghiraukan sahutan pria itu.“Nanti akan saya kasih setelah festivalnya selesai,” ujar pria itu secara tiba-tiba.Sontak kedua bola mata Ailisha terbelalaj lebar karena hal tersebut. Itu sama saja dengan menyuruhnya untuk berada di kampus selama seharian penuh. Acaranya baru akan dimulai jam sembilan nanti dan selesai pukul tiga sore. Hampir seharian.Tapi, tidak ada gunanya juga jika ia protes kepada Shevandra. Pria itu tidak akan menghiraukan rengekannya sama sekali. Mereke berdua sama-sama konsisten.“Kena
Shevandra sama sekali tidak kelihatan batang hidungnya sejak tadi. Tidak ada yang tahu kemana perginya pria itu. Bahkan Arga bilang jika ia tidak ada di belakang panggung sejak tadi. Sebenarnya urusan apa yang sedang ia kerjakan dan kemana ia pergi. Kenapa mendadak ia pergi tanpa memberitahu Ailisha tujuannya. Jika Shevandra belum kembali juga sampai acara selesai, maka ponsel gadis ini bagaimana ceritanya. Awas saja kalau ia berani mengerjai Ailisha.“Lo habis ini pulang sama siapa?” tanya Arga.“Sendiri lah!” ketusnya.“Emang mau sama siapa lagi?” cicit gadis itu.Bibirnya maju beberapa centi karena sebal. Untuk apa ia menanyakan hal itu lagi. Padahal Arga tahu betul jika temannya itu selalu pulang bersamanya, atau tidak pulang sendiri kalau pria itu tengah sibuk. Ailisha juga masih tahu diri. Ia tidak mau sampai terlalu merepotkan pria itu meski mereka teman dekat.“Ya udah, nanti lo pulang bareng gue aj
Ailisha sama sekali tidak habis pikir jika ia akan melihat pemandangan menjijikkan sekaligus menakutkan itu dengan mata kepalanya sendiri. Gadis itu segera kembali kepada Arga yang kebetulan sudah selesai dengan pekerjaanya saat ia datang. Jadi, mereka bisa langsung pulang. Shevandra tidak menyusul gadis itu meski ia mau. Liora mencegahnya untuk pergi. Ia bilang jika Ailisha pasti perlu waktu untuk menenangkan dirinya sendiri. Pria itu setuju dengan ucapan Liora barusan.Saat ini Ailisha dan Arga tengah berada di salah satu sudut kota. Mereka memilih untuk makan bakso terlebih dahulu di kaki lima sebelum benar-benar kembali ke rumah. Kesibukan Arga belakangan ini berhasil membuat mereka jadi jarang menghabiskan waktu seperti biasanya.“Lo habisin dulu makanannya baru kita pulang,” ujar Arga yang kemudian diangguki oleh gadis itu.Entah kenapa mereka selalu membawa gadis ini ke tempat makan setiap kali keluar. Tanpa disadari, itu sama saja dengan meng
Semoga saja setelah kejadian tadi Shevandra tidak menemui gadis itu. Lagi pula Ailisha sama sekali tidak berminat untuk mendengarkan penjelasan darinya. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, karena semua sudah cukup jelas.Begitu sampai di kamar kost, ia langsung menghempaskan rubuhnya ke kasur. Tas yang ia bawa dicampakkan ke sembarang arah. Hari ini ia benar-benar kelelahan. Pinggangnya terasa nyeri karena harus duduk seharian. Ia bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Padahal tadi Ailisha berencana untuk bersantai di kamar seharian. Paling tidak untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak. Tapi, kedatangan pria itu berhasil mengacaukan semua rencananya.Sekarang ia sudah tidak ada urusan lagi dengan Shevandra. Ponselnya sudah kembali. Dan yang terpenting, acara festival kampusnya yang melibatkan pria itu sudah selesai. Tidak ada alasan lagi bagi Shevandra untuk tetap berada di kota ini. Sebentar lagi ia pasti pergi. Terlebih Shevandra tengah sibuk menguruh perusahaan
Pagi ini Ailisha mendengar kabar jika Shevandra akan kembali ke Korea Selatan. Pria itu yang mengiriminya pesan. Ia berharap agar mereka bisa bertemu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi. Tapi, seperti biasa Ailisha hanya mengacuhkan pesan tersebut. Gadis itu sama sekali tidak ingin menanggapinya lebih lanjut. Bahkan sampai sekarang saja ia masih belum menyimpan nomer pria itu di ponselnya. Padahal Shevandra sudah memintanya untuk melakukan hal tersebut sejak beberapa hari yang lalu.Sepertinya Ailisha memang benar-benar ingin memutuskan hubungannya dengan pria itu. Dia tidak mau berurusan lagi dengan Shevandra. Terlebih dirinya sempat diancam oleh Liora beberapa saat yang lalu untuk menjauhi Shevandra. Gadis ini tidak mau mengambil resiko dengan membahayakan dirinya sendiri.Untuk apa ia memikirkan nasib pria itu. Sementara nasibnya saja masih tidak jelas. Shevandra juga tidak pernah memikirkan bagaiman perasaannya sejak dulu. Pria itu selalu bersi
Ailisha berhasil lolos dari pria itu meski harus memutar jalan. Padahal jarak dari gedung fakultas seni ke fakultas pertanian lumayan jauh. Tapi, akan lebih jauh lagi jika ia harus melewati pintu keluar dari fakultas hukum.“Kenapa dia belum pergi?” gumamnya.“Bukannya tadi pagi dia bilang kalau mau balik ke Korea hari ini?” lanjutnya.Seharusnya saat ini Shevandra sudah berada di bandara. Pesawatnya akan berangkat kurang dari satu jam lagi. Lantas kenapa ia masih berada di sini? Pria itu bisa ketinggalam pesawat jika masih berada di Yogyakarta pada jam segini. Perjalanan dari Yogyakarta ke hingga ke Jakarta bisa memakan waktu lebih dari tujuh jam perjalanan. Harusnya ia sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali.“Ku kira dia sudah bersiap untuk pergi tadi pagi,” ujarnya pada dirinya sendiri.Shevandra mengirimi gadis itu pesan pada pukul empat pagi tadi. Kelihatannya ia memang sengaja bangun lebih awal untuk member