Share

Tak Seharmonis yang Dibayangkan

“Sayang ...,” panggilku pada sang istri di tengah-tengah makan siang yang berlangsung. Hari ini, Laras katanya sedang tidak ada jadwal, karenanya ia bisa pulang cepat dan menemaniku makan siang.

“Iya, Sayang? Ada apa—“

Kriingg! Kriiingg!

Dering ponsel pintar Laras yang tergeletak di meja makan lantas memotong pembicaraan yang sedang berlangsung. Laras melihat layar untuk memastikan siapa yang meneleponnya.

“Sayang, bentar, ya. Ini dari klien penting. Bentar, ya, bentar.”

Laras menjauh dari meja makan dan mengangkat panggilan yang katanya penting. Aku tidak heran dan bukan yang kali pertamanya. Aku sudah seperti bukan siapa-siapa bagi sang istri. Mungkin saat ini perusahaan dan uang lebih penting baginya. Akhirnya, semua aku rasakan. Apa-apa yang pernah aku lakukan dulu berbalik menikam seperti sebuah karma dari Tuhan. Aku dulu sangat sering berlaku seperti itu, ambisius dalam bekerja dan lebih meme

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status