"Saya tahu kamu sudah punya istri, tapi saya mau jadi istri kedua kamu. Bantu saya mengurus pabrik pengolahan daging warisan suami saya dan peternakan yang baru saya rintis. Hasilnya bisa kamu nikmati dengan keluarga kamu secukupnya. Saya tahu kamu kekurangan uang, dan saya juga ingin mempunyai seorang anak. Bagaimana menurut kamu, Mas?" tanya Rima membuat tenggorokan Slamet terasa tercekat."Tapi Bu, saya tidak bisa menduakan istri saya," tukas Slamet lirih."Coba kamu pikirkan lagi, kamu bisa menikmati aset suami saya tanpa harus bekerja keras. Kamu bisa mengajak istri kamu kontrol ulang pasca rahimnya diangkat dan kamu bisa membelikan ibumu kalung..,""Bagaimana Ibu bisa tahu semua informasi tentang saya?" tanya Slamet memotong pembicaraan Rima. Dia terkejut. Karena tidak menyangka bahwa walaupun baru mengenal Rima sehari, tapi Rima sudah mengetahui berbagai informasi pribadi tentang diri dan keluarganya."Slamet, jaman sekarang mudah sekali mencari informasi tentang orang lain apa
"Astaghfirullah, benarkah Pak?!" Seru Slamet terkejut dan refleks berdiri dari duduknya."Ada apa Met? Kenapa dengan mbak Eva?" tanya Tita panik."Iya Met, ada apa dengan kakak kamu?"Slamet melambaikan tangan ke arah ibu dan Tita, menandakan agar kedua perempuan itu berhenti bicara terlebih dahulu."Iya, karena itu pihak keluarga berhak mencari pengacara untuk menemani bu Eva dan suami sebelum dan selama sidang," kata suara polisi dari seberang telepon."Apa?" Slamet benar-benar terkejut dengan apa yang didengarnya."Pengacara?" tanya Slamet lirih membuat semua yang ada di ruang makan itu mendelik."Iya, sekian pemberitahuan dari kami," Polisi itu menutup teleponnya setelah mengucap salam.Slamet meletakkan ponselnya di atas meja dengan pikiran berkecamuk. Bingung untuk menolong nasib kakak pertamanya.Pengacara? Darimana dia akan mendapatkan uang untuk mnyewa jasa pengacara itu?"Hei Met! Ada apa sih? Malah bengong!" Tita menepuk bahu Slamet."E-enggak,""Jadi siapa tadi yang telepo
"Apa? Siapa yang akan menikah lagi?" Yana tampak terkejut dan terlihat puing-puing piring berjatuhan di kakinya.Slamet terkejut dan langsung berdiri menghampiri Yana."Yan, dengarkan aku lebih dahulu!" seru Slamet sambil memegang pundak Yana.Yana menepis tangan Slamet. "Jangan coba-coba merayuku. Apa yang membuatmu berubah pikiran Mas?!" tanya Yana."Baik Yana, Mas akan cerita semuanya padamu, ibu dan mbak Tita," kata Slamet lalu menarik nafas panjang."Baiklah. Cerita saja Mas. Akan aku dengarkan," tukas Yana perlahan.Slamet pun lalu menceritakan apa yang dialaminya sejak mengembalikan uang pada Rima. Beserta kemudahan yang akan didapat Slamet dan seluruh keluarganya jika Slamet mau menjadikan Rima istri kedua."Jadi gitu Yan. Bu Rima tidak menghendaki kita berpisah, tapi cuma jadi istri kedua. Dan semua kebutuhan kamu akan tercukupi," kata Slamet."Sudah Mas, jangan banyak alasan. Aku tidak akan pernah mau diduakan, lebih baik kita berpisah saja. Toh, keluargamu tidak pernah meny
Wahai para suami, kalau ingin istri yang seperti bidadari, coba jadikan rumah tanggamu seperti di syurga dulu. Karena tidak ada bidadari yang tinggal di nereka.***"Astaga?! Apa-apaan ini?!" tanya ibunya dan Tita terkejut saat melihat isi perjanjian pranikah itu."Ini sepertinya merugikan kita gak sih?" tanya Tita panik dan sekali lagi membaca isi kertas itu yang jelas-jelas bertuliskan perjanjian pranikah, yaitu pihak pertama selaku suami dan keluarganya kemudian calon istri selaku pihak kedua menyetujui perjanjian yang dituliskan di bawah ini sebagai berikut,1. boleh serumah dengan menantu dan boleh memanfaatkan fasilitas di rumah asalkan bersedia melakukan semuanya sendiri dan tidak merepotkan asisten rumah tangga. 2. Slamet akan mengelola bagian peternakan yang baru dirintis dengan sistem bagi hasil dan dibantu oleh orang kepercayaan Rima. 3. Penghasilan Slamet 50% untuk keluarga dan 50% diberikan untuk Rima. 4. Boleh memakai uang Rima untuk membeli kebutuhan pokok, tapi haru
Hari pernikahanpun tiba, seluruh keluarga Rima dan keluarga Slamet berkumpul di rumah Rima.Saat acara ijab qobul baru saja selesai tiba-tiba terdengar suara dari luar, "Woi, Siti, keluar! Enak ya udah jadi mertua dari orang kaya. Lunasin dulu utangmu!"Seluruh keluarga Rima dan keluarga Slamet saling berpandangan.Lalu tak lama kemudian beberapa orang masuk ke dalam rumah Rima dan membawa seorang perempuan bertubuh gemuk dengan mengenakan beberapa gelang emas besar di tangannya."Lepasin saya! Saya cuma mau menagih hutang sama bu Siti." Perempuan itu berteriak sambil menepis tangan orang yang memegangi lengannya. Lalu maju dan mendekati ibu Slamet."Eh Siti, masih inget nggak sama saya. Dulu kan sempat ngambil sofa dan tempat tidur secara kredit dari saya, sekarang bayar!"Bu Siti dengan wajah pucat memandangi perempuan itu. Sementara itu semua pandangan mata mengarah pada bu Siti."Tunggu! Jangan ribut di acara pernikahan saya," kata Rima geram."Ya kalau nggak gini, saya nggak bisa
Flashback On :"Yan, kamu terlihat lebih cantik setelah berpisah dari Slamet," kata ibunya saat Yana terbangun dari tidur setelah tanpa sengaja memejamkan mata ketika menyusui anaknya.Yana tersenyum. "Ya tentu saja Yana bahagia Bu. Kan Yana sekarang bebas mau tidur jam berapa dan ngapain saja. Enggak ada yang ngomentarin dan nggak ada yang julidin," sahut Yana tertawa."Kenapa gak dari dulu kamu pisah Yan. Malah kamu gak pernah cerita kalau mertua dan suami kamu semena-mena,"Yana tersenyum."Sudahlah Bu, nggak perlu dibahas lagi. Yang berlalu biar berlari. Sekarang kita buka lembaran baru lagi," sahut Yana.Ibunya mengangguk."Oh iya Bu, Yana mau ke gerai ayam goreng dulu. Alhamdulillah pembelinya sudah lumayan banyak," kata Yana."Wah, Alhamdulillah. Kamu emang berbakat jual ayam krispi dari dulu kan Yan?"Yana mengangguk dan tersenyum."Iya, apalagi yang punya warung teman Yana sekolah dulu, jadi dia juga order ayam goreng krispi sama Yana,""Teman kamu itu siapa namanya? " Tanya
Ada perempuan yang bisa melahirkan anak melalui rahimnya. Namun, ada juga perempuan yang 'melahirkan' anak dengan hatinya.***"Calon suami Yana," kata Bagas mantap memotong kalimat Yana, sambil menjabat tangan Slamet yang terkejut. Begitu pula dengan Yana."Apaaa...?!" seru Slamet.Sedangkan Yana segera berpikir cepat. Mungkinkah ini bagian rencana Bagas untuk membantunya agar tidak malu di hadapan Slamet.Yana pun tersenyum dan menatap Bagas. "Iya, Mas Slamet, ini calon imamku yang baru," kata Yana sembari menepuk pundak Bagas.Debar jantung Bagas semakin mengencang. Dia melirik ke arah Yana dengan hati berbunga. Apakah sebenarnya selama ini Yana juga menyimpan cinta padanya."Kamu ... sudah menemukan penggantiku?" tanya Slamet serak."Iya. Alhamdulillah." Yana mengangguk sambil tersenyum menatap Bagas. Slamet merasa hatinya diliputi rasa cemburu. "Astaga, kenapa Yana bisa mendapat penggantiku secepat itu? Padahal kukira dia tidak bisa menikah lagi karena rahimnya telah diangkat
"Kenapa Pak? Kenapa saya tidak boleh menikah dengan Yana?" tanya Bagas keberatan.Bapak Yana menoleh kearah Bagas dan memandangi pria muda itu seksama sebelum kemudian menghela nafas panjang dan menjawab, "karena saya masih trauma dengan perlakuan mantan suami dan mantan mertua Yana."Bagas menelan ludah."Saya beda dengan Slamet, Pak. Sungguh!"Bapak Yana menoleh dan memandang Bagas."Apa jaminannya kalau kamu sama ibu kamu tidak sama dengan Slamet dan ibunya?" tanya bapak Yana."Pak, saya mempunyai warisan warung dan beberapa cabangnya." Bagas menatap bapak Yana setelah terdiam lama.Bapak Yana membalas memandang mata Bagas."Terus maksud kamu apa? Apa kamu pikir orang kaya seperti kamu bisa membuat saya percaya begitu saja?"Bagas menggeleng cepat."Maksud saya bukan itu. Kalau saya dan ibu saya memperlakukan Yana dengan semena-semena, warung utama beserta seluruh cabangnya akan menjadi milik Yana.""Hah? Apa kamu bilang? Kamu tidak bercanda kan?" tanya bapak Yana kaget."Buat apa