Share

Pengakuan

"Mas Hanan tidak apa-apa?" tanyaku seraya memegang pipi Mas Hanan yang membiru.

Mas Hanan seketika meringis, lalu menatapku.

"Adek kenapa nekad tadi? Kalau kena pukul gimana?" tanyanya.

"Terus Mas Hanan mau aku diam saja dan membiarkan Mas Hanan babak belur?" Aku balik bertanya dengan muka merengut.

"Bukan begitu, Dek." Mas Hanan memegang pipiku, mungkin menyadari mataku berair karena mencemaskannya. "Mas ini laki-laki, jadi tahan kalau kena pukul. Kalau Adek yang terluka, Mas tidak akan memaafkan diri Mas seumur hidup."

Aku seketika menggigit bibir. Lagi-lagi Mas Hanan hanya mencemaskanku, padahal dia sudah babak belur seperti itu.

"Ayo berdiri, Mas. Biar aku panggil dokter untuk memeriksa Mas Hanan," ucapku kemudian sambil membantu Mas Hanan berdiri.

"Tidak perlu, Dek. Kompres air dingin sama minum paracetamol juga sudah sembuh, kok," jawab Mas Hanan.

"Aduh, Mas Hanan ini terlalu meremehkan luka. Udah bonyok gini masih menganggap enteng," ucapku lagi.

"Belikan Mas Paracetamol saja,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status