Permainan panas penuh nafsu setan itu berlangsung cukup lama. Tidak kenal waktu, meski matahari sedang bersinar sangat cerah sekalipun. Semua terkendali oleh keingan egois yang begitu kuat. Sangat kuat sampai meninggalkan apa yang dinamakan batas kewajaran. Memangkas arti kata normal dan norma. Apa lagi moral. Maaf, seorang iblis tidak akan mengenal semua itu. Seorang iblis hanya mengenal apa yang diinginkan itu semua terwujud. Apapun caranya. Tentu saja bukan dengan cara kebaikan. Jangan bercanda, iblis itu tidak akan pernah semanis madu! Manis yang ditawarkan iblis adalah manisnya buah maja dicelupkan ke sianida. Manis yang akan membuat mati seketika.
Erangan Kiara membangkitkan hasrat yang sudah lama terpendam. Meminta, menari-nari ingin segera dilepaskan. Ingin segera dituntaskan agar kenikmatan dunia terdapatkan. Kenikmatan yang tak ada duanya. Meski ini gila, tapi bagi sosok seorang seperti Ray, ini adalah candu.
Candu?
Apa yang membuatnya begitu candu
Hmmm,.... 🤣
Ray memakai kembali kemeja putihnya dan merapikannya. Ia mengancingkan kancing bajunya satu per satu. Dimulai dari kancing baju yang paling bawah. Ia menyisakan dua kancing terbuka di atas.Kenapa harus mengancingkan baju dari bawah dahulu? Kenapa tidak dari atas? Diamlah! Ini gaya Ray, tak perlu dipertanyakan meski merasa aneh sekalipun.Ray lalu mengambil celana bahannya yang berwarna hitam. Ia kemudian memakainya perlahan.Merasa otot-ototnya kaku, Raypun melakukan peregangan sebentar agar sirkulasi darahnya mengalir lancar. Lelah. Fisiknya terasa sangat lelah. Memang sudah berapa lama ia bermain dengan Kiara?Ray melirik ke arah jam weker yang ada di meja lampu tidur. Hampir jam lima sore. Ia mengingat-ingat mulai kapan dirinya bermain dengan Melody. Bukankah tadi sedang jam makan siang? Hampir lima jam!Ya bukan berati lima jam nonstop, itu jelas tidak mungkin. Lima jam itu sepaket dengan main-main, pemanasan, bercinta, dan juga istirahat alia
Kiara bangun dari tidurnya. Ia haruslah segera membersihkan diri sesuai dengan perintah Tuan Mudanya yang kejam itu.Kejam?Ya, kejam.Percayalah, ini kali pertama mengecap Tuan Mudanya itu sebagai sosok yang kejam. Kini pun sumpah serapah sudah berkecamuk di dalam benaknya. Hanya saja sulit ia ucapkan karena entah mengapa bibirnya enggan berteman dengannya.Kiara menatap dirinya di cermin kamar mandi. Ia memandangi sekujur tubuhnya yang menjijikkan itu. Sangat kotor. Penuh dengan noda."Apakah kamar mandi tempat yang paling cocok untuk mengekspresikan segala lukaku? Apapun yang terjadi antara diriku dengan Ray, aku hanya bisa menikmati segala lukanya di kamar mandi. Menyumpahinya seenak kepalaku berpikir, lalu menangis setelahnya. Kini bahkan dengan gilanya aku menaruh rasa terhadapnya. Orang yang jelas-jelas menghancurkan hidupku."Kiara menyisir rambut panjangnya. Begitu sulit, terasa gembel. Sakit seperti dijambak."Sakit akibat m
Rumah sakit...Seorang dokter keluar dari dalam ruangan operasi. Ia lalu melepas masker yang dipakai olehnya."Bisa saya berbicara dengan suami Nona Kiara?" Tanya Dokter itu.Sejenak suasana terdiam ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu. Pasalnya, Kiara sendiri belumlah bersuami. Kiara belum menikah."Saya suaminya, Dok." Kata Ray tanpa basa-basi.Yang lain lebih bersikap menerima. Nyatanya, Kiara memang butuh wali untuk bertanggung jawab secara legal. Jika Ray tak melakukannya, tentulah paman Willy ataupun Ken juga siap melakukannya. Nyawa Kiara lebih penting dari apapun."Mari ikut saya, Tuan! Ada beberapa hal yang harus saya diskusikan dengan Anda." Kata Dokter itu.Ray hanya mengangguk dan mengikuti dokter itu ke ruangannya yang tak jauh dari kamar operasi."Ada apa? Perasaanku tidak enak." Kata Yuna yang duduk di apit kakak dan ibunya."Entahlah, Yun. Kakak juga kurang paham. Sepertinya hal serius sedang terjadi
Operasi pengguguran janin sudah usai. Semua berjalan lancar. Kiara selamat tanpa ada masalah sedikitpun saat operasi.Kini, Kiara sudah dipindah ke ruang inap biasa. Ray, Ken, Teha, dan Yuna masih ada di dalam ruangan itu. Sementara paman dan bibi Willy sudah kembali ke rumah."Aku dan Teha akan keluar mencari makanan, kalian tetaplah menjaga Kiara." Kata Ken."Iya, kak. Hati-hati, ini sudah larut." Kata Yuna"Hn."Ken dan Teha menoleh ke arah Ray yang duduk di dekat Kiara. Ray nampak begitu serius menatap Kiara yang sedang tak sadarkan diri itu."Ray, kami keluar dulu!" Kata Teha."..." Ray tak menjawab. Hanya mengangkat tangannya saja sebagai jawaban."Kami akan segera kembali!" Kata Ken. Ia menepuk pundak adiknya, Yuna."Iya."Setelah Ken dan Teha pergi mencari makanan, Yuna berjalan menghampiri Kiara dan Ray."Syukurlah semua baik-baik saja. Setelah obat biusnya habis efeknya, kata dokter Kiara ak
Kiara dirawat selama lima hari, dan dalam lima hari itu, Kiara lebih banyak berdiam diri. Ia hampir tidak bersuara. Kali ini ia tidak kehilangan kendali atau suka memberontak seperti reaksi pertama kali tahu jika kandungannya digugurkan.Faktanya, Kiara mencoba menelaah dan memahami apa yang terjadi. Meski butuh waktu, ia akan mencoba menerima. Meski sulit dan berat, tapi ia bisa apa? Kondisi memang sedang tak bersahabat dengan dirinya."Kak Ray berpesan untuk tidak mengatakan kondisi yang sulit hamil pada Kiara. Reaksinya pasti akan di luar nalar. Ya Tuhan, kenapa temanku ini harus mengalami hal-hal yang sangat berat seperti ini, sih?" Batin Yuna ikutan ngenes.Apalagi saat melihat Kiara yang lebih banyak bengongnya, ya meski Kiara membalas sapaannya, tapi wanita sangat ayu ini lebih suka menatap kosong jendela luar rumah sakit."Kak Ray sedang mengurusi administrasi untuk kepulanganmu, kata kakak, nanti kalau kondisimu membaik, kakak akan mengajakmu ke
Di kantor Ray, Syailendra Corp."Tolong bereskan berkas-berkas ini, aku ingin pulang cepat!" Kata Ray pada asistennya, Sekretaris Shan.Sekretaris Alexander Shan adalah sosok kepercayaan Ray di kantor. Usianya sama dengan Ray, 23 tahun dan sudah menjadi asisten Ray sejak dirinya magang di Syailendra Corp.Alih-alih memilih sekretaris pribadi seorang wanita, Ray justru memilih sosok laki-laki. Menurut Ray, laki-laki itu tidak merepotkan seperti wanita. Lebih tahan diomeli dari pada wanita juga."Baik, Tuan Ray." Kata Sekretaris Shan.Ray lalu berjalan ke luar ruangannya. Di luar ruangan ia bertemu dengan Teha."Bos pulang cepat? Bolos ya? Memanfaatkan kekuasaan!" Celetuk Teha."Suka-suka Bos." Kata Ray yang langsung nyelonong pergi tanpa menghiraukan Teha.Teha kesal. Ray memang suka seenaknya saja. "Suka-suka Bos." Kata Teha dengan menirukan gaya suara Ray."Menggerutu saja kau ini. Kerja woy, kerja! Baru jam tiga sore j
KIARA'S POV. Aku terlalu pusing, terlalu bingung, terlalu apa ya? Intinya aku hanya diam saja ketika Tuan Muda yang maha benar ini tiba-tiba melepaskan semua pakaian yang aku kenakan. Dan di sinilah diriku saat ini, di kamar mandi, di bak mandi, sedang berendam di air hangat yang sudah dia siapkan. Tuan Ray mengambil shower dan membasahi rambutku. Setelah itu, dia menyamponi rambut panjangku. Dia melakukan pemijatan pelan di kepala. Jujur saja, rasanya sangat nikmat. Aku jadi ingat ketika aku melakukan creambath di salon beberapa bulan yang lalu. Kalau aku bilang jika Tuan Ray pintar memijat seperti tukang salon, aku pasti akan dihabisi olehnya, kan? Sebaiknya aku menutup mulutku rapat-rapat dan cukup diam saja menerima apa yang dia lakukan. Lalu diamlah, wahai diriku! Diamlah saat dia membersihkan tubuhku dengan puff mandi! Sial, aku tidak tahu bagaimana aku harus berekspresi, sungguh, aku ingin menolaknya melakukan ha
Pukul setengah tujuh malam, Kiara terbangun dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan.“Dia masih tidur sambil memelukku. Berat sekali tangannya. Aku ingin ke belakang.” Batin Kiara.Kiara mencoba menyingkirkan tangan Ray dari tubuhnya. Pelan-pelan, ia tak mau mengganggu Ray yang sedang tidur.“Akhirnya lepas juga dari dia.” Gumam Kiara. Ia lalu menatap Ray perlahan. “Dia tidur nampak damai. Sepertinya ia memang sangat kelelahan. Terima kasih sudah mengurusku.”Kiara menggeser tubuhnya perlahan ke samping sisi lain dari ranjang. Sekali lagi, ia tak boleh membuat singa yang sedang tidur itu bangun.Setelah berhasil menjauh dari Ray, Kiarapun bangun. Ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Baru dua langkah ia berjalan, sang Tuan Muda sudah mengagetkannya.“Mau kemana kau? Kembali tidur!” Pinta Ray.“Ano, saya mau.. itu..” Kiara kesulitan mengatakan jika ia ingin ke kama