"Lama sekali kau itu, Kiara kita bisa telat!" Kata Yuna.
Yuna memandang Kiara. Dari atas sampai ke bawah. Selain wajah yang pucat, bercak-bercak merah menghiasai leher putih Kiara.
Sebagai orang yang sudah cukup dewasa, ia memahami apa yang terjadi.
"Sumpah demi apa! Berapa kalian melakukan hubungan sex semalam, hah? Bisa sampai seperti ini!" Tanya Yuna.
"Semalam hanya sekali, tapi tadi pagi yang beberapa kali." Jawab Kiara polos. Ia berjalan sedikit tertatih karena nyeri di sekujur tubuhnya terutama daerah selangkangnya.
Yuna mangap. Ia merah padam juga. Bingung juga mau menanggapinya seperti apa. "Kau harusnya bisa menolaknya karena pagi ini kau harus kuliah!" Seru Yuna.
"Tadi pagi aku sedang mandi, Tuan Ray masuk ke kamar mandi yang tidak aku kunci untuk bunga air kecil. Aku kira usai buang air kecil, dia akan keluar, tak tahunya masuk ke tempatku mandi dan... ah itu.. dan itu pokoknya." Kini Kiara yang jadi merah padam ketika mengingat k
"Kiara..." Panggil Yuna ketika mereka berdua sedang makan bersama di kantin kampus."Ya?" Kiara sampai harus berhenti memakan mie ayam miliknya untuk mendengarkan panggilan dari Yuna. "Ada apa?" Tanyanya balik."Kita sudah berteman berapa lama?" Tanya Yuna. "Belum ada setengah tahun, kan?" Kiara nampak mengangguk akan perkataan dari Yuna. "Kau merasa ada yang... Hmm..." Yuna berkutat dengan pikirannya sendiri."Yang apa? Merasa bagaimana? ... Aku merasa beruntung bisa berteman denganmu ""Aku sangat senang mendengarnya. Namun, itu artinya juga, karena kau masuk ke keluarga ini, kau pun mengalami banyak hal yang menyakitkan. Terutama karena ulah kak Ray." Yuna berbicara hati-hati soal ini karena tidak ingin membuat Kiara sedih.Kiara segera menelan mie ayam yang baru saja ia punya, ia lalu mengambil gelas berisi es teh kemudian meminumnya perlahan. Ia merasakan dingin bercampur manis dari rasa es teh itu. Masuk ke dalam kerongkongannya dan mem
"Kenapa?" Tanya Yuna."Kenapa apanya?" Tanya Kiara balik karena tak mengerti arah pembicaraan Yuna itu kemana."Kau nampak lega. Kau bahkan sampai menghela nafas.""Ah.. Tidak apa-apa kok.""Coba aku tebak, kau lega karena kak Ray tidak menjemputmu ke kampus hari ini?"Bingo! Itu benar adanya."Begitulah. Memang kelihatan sekali ya wajah legaku ini?""Tentu! Kau senang, wajahmu akan nampak senang. Kau lega, maka wajahmu akan nampak lega juga. Itulah yang tergambar dari wajahmu. Kau hanya pribadi yang terlampau jujur akan perasaanmu sendiri." Jelas Yuna."Hm, begitukah? Aku rasa aku hanya tak bisa menyembunyikan perasaanku sendiri. Harusnya, jika aku ketakutan, aku bisa menyembunyikannya. Harusnya jika aku bersedih, aku bisa menutupinya dengan tawa... Apa itu juga nampak dengan jelas?""Ya. Kau nampak dengan jelas dengan semua itu. Tak perlu kau sembunyikan, jadilah dirimu sendiri! Jadilah Kiara dan hanya ada satu Kiara d
Masih di taman belakang mansion milik Ray..."Ah, Ano, apa Anda ingin minum sesuatu? Saya akan mengambilkannya untuk Anda." Tawar Kiara."Nanti saja, aku ingin menanam bunga." Kata Ray.Eh?Eeh?Menanam bunga?Apa lagi ini?Seorang Alvaro Rayvansha ingin menanam bunga?Kiara mengakui jika manusia siapa pun yang ada di bumi ini, berhak menanam bunga. Termasuk juga Tuan Mudanya ini, Ray. Ray itu masihlah manusia meski jiwanya isinya iblis. Seperti itulah yang ia pikirkan soal 'keanehan sikap' yang Ray tunjukkan kepada dirinya saat ini.Namun lagi, masak iya seorang Ray mau menanam bunga? Bukankah itu kotor? Bukankah itu juga akan melelahkan?Apa Ray sungguh ingin melakukannya?Melihat keseriusan Ray, Kiara pun tak mau ambil pusing. Toh ini juga merupakan bagian keinginan Ray. Tugasnya hanya mematuhi segala perintah dari Tuan Mudanya itu, kan?Kiara melepas sarung tangannya. "Tunggu sebentar, Anda harus
Masih di taman belakang mansion mewah milik Alvaro Rayvansha. Kiara dan juga Ray sedang sibuk menanam bunga. Dua insan manusia yang terikat hubungan terlarang ini, Kiara dan Ray, sedang sibuk menyelesaikan apa yang sedang mereka tanam. Bunga-bunga yang kemarin mereka beli, kini sudah banyak tertanam di tempat semestinya. Kiara bahkan semakin bertambah senang ketika ia meminta pot bunga dan Ray menyanggupinya. Kenapa Tuan Mudanya itu kali ini sedang baik sekali sih? Walau kesan dingin dan canggungnya masih ada, tapi Ray membuatnya nyaman dengan caranya sendiri. Hanya hatinya yang mampu menjelaskannya. Lidahnya kesulitan untuk merangkai kata. Jatuh cinta pada Ray, sosok yang sudah mengambil mahkota kesuciannya memang bukan hal yang lumrah dalam kisah kehidupan yang digariskan Tuhan kepada dirinya. Dari sekian banyak kemungkinan yang ada setelah malam pemerkosaan yang ia alami, kenapa ia malah memilih untuk mencintai Ray yang jelas-jelas merupakan pelaku pemerko
Menikam diri dengan dekapan cinta yang menyengat. Begitu sakit, tapi memabukkan. Begitu sakit, tapi manis sekali. Perlahan-lahan, selembut yang dibisa, menaikan tempo, sedikit kasar, dan menambah kecepatan menjadi sangat cepat.Merintih karena perih. Berteriak hingga serak. Memanggil-manggil karena tubuh terasa menggigil.Butuh kehangatan, butuh sentuhan, butuh belaian, butuh dekapan, butuh rengkuhan, butuh berdiri di puncak kemenangan.Mencengkram butuh sandaran. Menerkam butuh pelampiasan. Dalam kedekatan ada luka. Dalam kedekatan ada duka. Dalam kedekatan ada suka. Dalam kedekatan ada cinta, asa, dan rasa."Tuan... saya..." Kiara terbata."Shhtt, lepaskan saja, jangan ditahan... Kau tahu, kau akan kesakitan jika menahannya." Kata Ray."Ta-tapi.. itu.. hmm.. sakit.""Sakit karena kau mencoba menahannya. Ikuti saja seperti biasanya. Kau percaya padaku, kan?"Mereka saling tatap. Kiara pun mengangguk. "Eumb, saya percaya pada A
Suasana maghrib yang terasa damai ini terasa sangat nyaman. Angin berhembus dengan lembut, tanpa membuat dingin permukaan kulit. Hawa yang sangat bersahabat dan pas untuk berbicara dari hati ke hati."Kiara..." Panggil Ray."Ya?""Mau menikah denganku?""...""...""Eh?"Mendengar kata-kata dari Ray, Kiara langsung bangun dati tidurnya. Tak lupa ia menggunakan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya."Menikah dengan Anda?" Tanya Kiara menegaskan."Hn." Jawab Ray singkat.Ada yang mengganjal di benak Kiara akan ajakan menikah dari sosok yang selama ini hobinya membuatnya menderita dan menangis di sebagian besar hari-harinya.Menikah dengan Ray?"Saya hanya tidak tahu bagaimana Anda berpikir untuk mengucapkan kata-kata seperti itu kepada saya. Semampu saya mencoba memahami Anda, memahami kata-kata dari Anda, tapi Anda terlalu dalam dan gelap untuk diselami... Tuan Ray, saya benar-benar menyimpan rasa
KIARA'S POVSial... sial.. sial.. sialan!Ini pertamanya aku mengumpat karena kekesalan yang aku rasa pada Tuan Ray!Gila! Gila! Gilaaa!Ini benar-benar sangat gila!Ah, maunya apa coba? Aku sendiri tidak tahu apa mauku. Aku ini seperti bebek yang tak bisa keluar kerumunan untuk mencari jalan sendiri.Aku selalu mengikuti segala perintah dari Tuan Ray.Ya...Termasuk perintah untuk menghangatkan tubuhnya.Aku tiga kali ditiduri olehnya terhitung semenjak tadi siang. Ya walau ada jeda beberapa waktu, tapi sama saja, remuk badanku! Lemas sekali. Bahkan hanya untuk menggerakkan jemariku saja sulitnya minta ampun.Ini orang apa iblis sih? Seperti tidak punya rasa lelah dalam permainan intim seperti itu.Aahhh... tubuhku sakit semua!Sudah dua hari disentuh seperti ini terus, jangan bilang Tuan Ray akan melakukannya lagi? Melakukannya tiap hari? Bisa-bisa aku tak bisa berangkat ke kampus karena kelelahan
He he ... Sudah terlalu lama tapi baru nongol. Hemmm, FYI ya, aku itu down berat di PF ini karena pembaca sepi dan tentu saja soal pendapatan. Berusaha bertahan, tapi tidak ada yang komen untuk menyemangati. Ha ha ha, ditambah lagi, aku cukup sibuk dengan novelku di tempat lain yang genrenya komedi romantis. Dibandingkan dengan dark romance ini, bedanya jauh sekali. Aku harus menderita lebih dahulu untuk mengembalikan mood menulisku.Aku sempat tidak percaya diri dengan novelku ini. Selalu berpikir apakah aku seburuk itu dalam merangkai kisah sampai-sampai pembaca sepi, pendapatan sepi, namun ya ... memang seperti itu adanya.Semua jelas karena aku kurang berusaha keras, kurang bertanggung jawab akan novel yang sudah aku buat.Sekali lagi, maafkan aku...Untuk yang tanya kapan dilanjutkan, hmmm... aku tak bisa memberikan janji, tapi aku selalu memiliki mimpi jika novel yang paling berat aku buat ini, akan bisa tamat suatu hari nanti.Makany