Radit keluar dari sebuah Restoran private bersama rekan bisnisnya di pusat perbelanjaan kota tersebut. Kebetulan restorannya berada di samping D'cost Restoran dan Cafe. Tidak sengaja Radit melihat Riana bersama pria dan seorang anak perempuan berusia SMP. Riana sedang membersihkan pakaian si gadis karena seperti menumpahi makanannya.
Si pria membantu mengambilkan tissu dan memberikannya kepada Riana. Radit melihat mereka bahagia. Radit menelan kekecewaannya. Itu pasti suami dan anaknya?"Kenapa berhenti pak Radit?" tanya rekan bisnisnya. Membuyarkan lamunan Radit yang memandang Riana dengan kecewa."Oh, maaf, saya seperti melihat orang yang saya kenal," ujar Radit. Radit kemudian mengajak rekan bisnisnya untuk pergi dari sana. Lama-lama melihat Riana dan suaminya, membuat Radit menjadi cemburu.Setelah Radit pergi, Meri datang."Apa yang terjadi, Bang?" tanya Meri melihat baju putrinya kotor."Jihan, menumpahkan makanannya. Tapi Riana telah membantu membersihkannya," jawab suami Meri."Ayo, kita sudah selesai," ajak Riana, supaya mereka keluar dari Restoran. Riana tidak bisa meninggalkan butik terlalu lama. Siapa tahu Wirda dan Tyas membutuhkannya."Bentar Ri, gue mau bawa Jihan ke toilet dulu, buat bersihin bajunya," sela Meri."Biar gue aja, loe tunggu di sini aja, ayo Jihan, Tante antar ke toilet." Riana sengaja menawarkan diri karena tidak nyaman jika hanya berdua dengan suami Meri. Aneh saja dia hanya berdua dengan seorang pria, suami teman pula lagi. Riana takut menjadi bahan gunjingan.Riana membawa Jihan ke toilet meninggalkan Meri dan suaminya.Setelah Riana pergi, Radit kembali lagi, dia melirik kembali ke tempat Riana. Namun, dia tidak melihat Riana dan anaknya. Hanya suami Riana dengan wanita lain. Mereka kelihatan begitu mesra, si pria merapikan rambut wanita tersebut. Hal itu tentu saja membuat Radit curiga.Apakah suami Riana berselingkuh?"Kok berhenti di sini lagi pak?" tanya rekan bisnis Radit."Nggak pa-pa, bentar saya aja yang kembali ke dalam Restoran." Radit ketinggalan kunci mobilnya, sehingga dia menjemputnya. Tadi Radit meminta rekannya untuk menunggu saja di parkiran, namun dia tetap ikut.Setelah mendapatkan kunci mobil yang kebetulan di selamatkan oleh pelayan Restoran tersebut. Mereka kembali menuju parkiran.Radit tidak berhenti memikirkan tentang Riana. Radit merasa kasihan, dan kesal, wanita yang disukainya, mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari suaminya. Dan tidak habis pikir, suami Riana berani sekali berjumpa dengan selingkuhannya saat dia bersama Riana dan anaknya?Sementara Riana kembali ke Restoran bersama Jihan dengan pakaian Jihan yang cukup bersih.Mereka kemudian berpisah. Riana kembali ke butik. Namun, sebelumnya dia membeli cemilan buat Wirda dan Tias.***Radit masih memikirkan apa yang barusan dilihatnya. Radit jadi tidak konsentrasi saat berbicara dengan rekan bisnisnya."Pak Radit, nggak pa-pa?" tanya Handoko, rekan bisnisnya. Mereka akan meninjau lokasi perumahan terbaru yang akan dibangun. Radit adalah salah satu developer perumahan, selain itu Radit juga masih memiliki usaha lain yaitu bengkel aksesories mobil."Eh. Kenapa?" tanya Radit bingung."Pak Radit, seperti tidak konsentrasi saat kita berbicara," jawab Handoko. Melihat ke arah Radit yang menyetir."Maaf. Pikiran saya ... hanya sedikit teralihkan," jawab Radit. Ya, tentu saja pikiran Radit teralihkan oleh wanita pujaan hatinya."Apa ada masalah pak?" tanya Handoko lagi. Handoko pria berusia empat puluh lima tahun. Telah lama menjalin kerja sama dengan Radit."Bukan apa-apa pak. Hanya memikirkan putri saya saja," elak Radit.Tidak mungkin dia menceritakan bahwa dia menyukai istri orang?"Gadis remaja sekarang memang susah kita pahami, Pak, sebaiknya pak Radit, mencarikan mama baru buat dia. Lumayan bisa bantu menjaganya. Apalagi anak perempuan pasti memerlukan sosok ibu untuk menceritakan apa yang terjadi padanya," rayu Handoko."Bapak benar, hanya saja saya belum menemukan yang cocok." Dan mengetarkan hati, batin Radit. Karena wanita yang dia inginkan telah menikah. Radit berharap Riana adalah janda karena tidak mungkin wanita secantik Riana belum menikah."Baiknya minta dicarikan saja Pak, sama keluarga, nunggu yang cocok mah kelamaan," usul Handoko.Radit membelokan mobil menuju kantornya. Kantor Radit sendiri telah mulai kelihatan di ujung jalan.***Satu bulan telah berlalu sejak kunjungan terakhir Radit dan Nayla ke Butik Riana.Riana seperti biasa duduk di meja kasir. Sambil membuat laporan keuangan butiknya. Juga mengupdate foto gamis, hijab dan aksesories hijab terbaru di toko online dan sosmed butiknya.Riana memang tidak hanya menjual secara offline namun juga online. Kadang gantian antara Wirda dan Tias yang mempromosikannya. Untuk promosi secara live, biasanya hanya Wirda dan Tyas karena Riana tidak percaya diri berceloteh secara langsung. Riana hanya bisa memposting dan menjadi fotografer saja.Radit dan Nayla memasuki Butik. Seperti biasa Radit langsung menyunggingkan senyum sekilas saat melihat Riana."Hi tante cantik," sapa Nayla. Menurut Riana dia adalah gadis yang ramah. Riana tidak pernah memperhatikan pelanggan yang datang, namun sejak Nayla menyapanya, Riana jadi mengingat mereka."Hi juga gadis cantik." Riana balas menyapa Nayla. Riana melihat sekilas kepada Radit dan tersenyum."Ada koleksi terbaru, tante?" tanya Nayla lagi antusias. Tadinya Nayla ingin ke butik yang lain, namun papanya bilang lebih baik ke sini. Bilang aja Radit kangen pengen lihat Riana."Ada, baru saja datang kemarin." Riana mengajak Nayla mengikutinya. Radit hanya mengekori mereka dari belakang."Papa, kalau mau duduk silahkan aja, nggak usah ikutin Nayla, tante ada kursi buat papa duduk? Takut papa bosan nungguin Nayla milih. Soalnya papa suka cemberut kalau temani Nayla belanja," celoteh Nayla."Ada, mari saya antar, Pak!" ajak Riana."Nggak usah, saya temani Nayla aja," jawab Radit karena dia ingin memandang Riana. Astaghfirullah Radit, itu istri orang, batin Radit beristighfar.Akhirnya Radit mengikuti ke mana Riana dan Nayla pergi. Riana menunjukan koleksi terbarunya. "Pa, mau ini ya?" tanya Nayla. Radit hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.Nayla lanjut memilih yang lain atas rekomendasi dari Riana."Pa, ini juga ya?" tanya Nayla lagi. Menunjukan gamis floral dengan warna pastel."Iya," jawab Radit singkat.Sepertinya Radit sangat memanjakan Nayla. Saat akan membayar, Riana dipanggil Wirda."Kak Ri, handphonenya bunyi terus tu, siapa tahu penting," beritahu Wirda. Apakah butik ini punya Riana? Batin Radit."Maaf, Pak, bayarnya sama adik saya saja ya. Wir, bantu, Bapaknya, ya," ucap Riana. Wirda menyerahkan handphone Riana.Riana menjauh dari sana, dia menuju ke lantai dua untuk menerima telepon tersebut."Halo, Li, ada apa? Tadi Uni, sedang melayani pelanggan," jawab Riana"Ni, ayah sakit, Uni harus pulang. Ayah nanyain Uni terus," ucap wanita yang dipanggil Li oleh Riana."Uni--." Riana ragu🍒🍒🍒Note Uni = Kakak ( panggilan kakak dalam bahasa minang )Radit kecewa melihat Riana meninggalkannya dan Nayla. Sebulan Radit tidak bertemu wanita pujaan hatinya. Dia memang memberikan jatah belanja pakaian kepada Nayla sekali sebulan. Tadinya Nayla ingin mengajak Radit ke Mall saja, namun Radit tolak dengan alasan nanti Nayla minta kemana-mana. Padahal karena Radit ingin bertemu Riana.Radit ingin meminta nomor handphone Riana kepada gadis yang sekarang melayaninya. Hanya saja Radit gengsi. Jelas-jelas Riana telah memberitahunya bahwa dia telah menikah. Sekalipun suami Riana berselingkuh. Tapi Radit tidak mau dicap sebagai pebinor."Ini aja, atau ada tambahan yang lain, Pak?" tanya Wirda ramah. Wirda ingat jika om-om ini yang satu bulan yang lalu bertanya tentang Riana. Apa kasih tahu aja ya, kalau kak Ri belum nikah? Wirda menimbang-nimbang dengan ragu. Ah jangan deh, nanti kak Ri marah, dianggap lancang, yang ada gue dipecat."Nay. Ada lagi gak?" Radit bertanya kepada putrinya yang tengah asik dengan handphonenya."Bentar, Pa!" Nayla m
Radit pulang dari acara pertunangan keponakannya. Radit masih memikirkan tentang pasangan untuknya. Tidak dipungkiri, dua tahun menduda Radit juga membutuhkan sosok yang dapat melayani dan memperhatikannya. Namun, menjadikan Maya, adik iparnya sebagai pengganti Naya, almarhumah istrinya adalah pilihan terakhir Radit.Radit memikirkan Riana, sayang sekali menurutnya, Riana mendapatkan suami yang berselingkuh di belakang Riana. Radit ingin memberitahu Riana tapi apa haknya. Bagi Riana, Radit hanya orang asing dan hanya pelanggan di Butik tempat dia bekerja.Radit tidak bisa tidur, keinginannya untuk menikah lagi ada. Hanya saja Radit tidak mau terburu-buru dan salah pilih. Radit memutuskan untuk sholat sunat dua rakaat. Berdo'a Allah mengabulkan keinginan egoisnya untuk bersama Riana. Namun jika Riana bukan wanita baik untuknya maka Radit meminta agar menghilangkan Riana dari pikirannya.Setelah sholat, baru Radit bisa tertidur. Bangun subuh Radit mandi dan bersiap sholat subuh di mesji
Liana menyusun pakaian untuk dibawa ke kampung. Ibu memberitahu bahwa ayah sakit. Meminta Liana pulang dan mengabarkan saudara-saudaranya yang lain.Liana menyusun pakaian sambil berlinang air mata, entah kenapa perasaannya tidak enak. Dia takut ini kali terakhir bèrtemu dengan ayah. "Udah, Li, jangan nangis terus, aku yakin ayah nggak pa-pa," ujar Andro, suami Liana menenangkan Liana."Mudah-mudahan, Mas. Baru seminggu yang lalu kita video call dengan ayah dan ayah kelihatan baik-baik saja. Sekarang ibu menyuruh kita pulang karena ayah sakit." Liana masih sibuk merapikan pakaian dan memasukannya ke dalam koper."Mas, bantu siapin anak-anak." Liana minta tolong kepada Andro."Oke, tapi kamu jangan nangis lagi ya." Andro menuju kamar anak-anak dan menyuruh mereka mandi.Liana menyerahkan pakaian yang akan dipakai anak-anak."Kita mau ke mana, Pa?" tanya putri pertama Andro, Cinta."Kita mau ke rumah Opa dan Oma," jawab Andro."Asik, Cinta suka di rumah Opa dan Oma!" teriak Cinta denga
Riana menatap ke luar jendela trans metro. Dia baru kembali dari merantau. Ini kali pertama Riana kembali ke kota kelahirannya, setelah sekian lama merantau. Sebenarnya Riana tidak ingin kembali karena dia tidak ingin bertemu dengan seseorang. Seseorang yang menghancurkan masa depan Riana. Membuatnya minder, tidak percaya diri dan trauma.Kota kelahirannya telah banyak berubah sejak terakhir dia tinggalkan. Tanah-tanah kosong telah di bangun dengan gedung-gedung tinggi dan banyak pusat perbelanjaan. Bus melewati pusat perbelanjaan. Jarak Bandara ke rumah Riana sekitar empat puluh lima menit.Riana terpaksa kembali karena ayahnya sakit dan ingin bertemu dengannya. Sejak merantau setelah tamat SMA, Riana memang tidak pernah kembali selama dua puluh satu tahun. Bisa dikatakan Riana melarikan diri.Bayang-bayang masa lalu, masih menghampirinya jika dia kembali ke kota ini. Apa lagi kembali ke rumah besar. Sekalipun sekarang rumah besar tersebut tidak diisi empat keluarga lagi, hanya kelua
Riana diajak ke ruang makan, di sana telah ada adik-adik iparnya. Suami Liana dan Giana, istri Andri dan Andre serta anak-anak mereka. Liana memiliki dua anak, perempuan dan laki-laki, Giana baru memiliki anak laki-laki. Namun, dia tengah hamil enam bulan.Sedangkan Andri telah memiliki dua anak perempuan. Andre baru menikah dua bulan dan belum memiliki anak."Uni, kenalkan ini suami Li, Mas, ini kakak Li, Riana." Liana mewakilkan saudaranya memperkenalkan keluarga mereka."Andro, Ni," jawab Andro singkat. Pria itu mengenakan baju kaos hitam dan celana hitam selutut.Liana kemudian memperkenalkan suami Giana yang bernama Aldo, istri Andri yang bernama Aura dan istri Aldo bernama Aira. Kemudian memperkenalkan anak-anak."Bunda!" teriak anak-anak, mereka memeluk Riana dan mengoceh sehingga Riana kebingungan menjawab pertanyaan mereka. Riana memang telah sering video call dengan mereka sekalipun belum pernah bertemu. Riana juga sering mengirimkan oleh-oleh kepada mereka. "Sudah-sudah,
Miriam memutuskan untuk membawa Riana ke bidan, ditemani tante Riana, Wati. "Putri Ibu telah hamil lima bulan," beritahu bidan. Alangkah shock Miriam mendengar informasi dari bidan yang menyatakan bahwa Riana hamil lima bulan. Apa yang harus mereka lakukan? Miriam berharap bidan salah melakukan pemeriksaan.Bidan juga heran, apakah sebegitu parahnya pergaulan anak zaman sekarang? Sampai diusia muda telah hamil."Apa Ibu tidak salah?" Miriam memastikan lagi."Tidak, Bu, coba Ibu pegang perut Putri Ibu ini," jelas Bidan mengarahkan tangan Miriam ke perut Riana.Miriam tahu karena dia telah memiliki lima anak. Jadi tahu betul kondisi perut orang hamil."Apa bisa digugurkan aja, Bu?" usul Wati bertanya. Kondisi Riana tidak akan mungkin buat dia menjadi seorang ibu. Dia baru berusia lima belas tahun dan masih kelas tiga SMP. Dia masih harus melanjutkan pendidikannya. Terlepas mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Riana.Riana sendiri hanya bisa pasrah. Terserah ibu dan
Perjuangan tante Wati tidak sia-sia, pihak Sekolah akhirnya mengizinkan Riana untuk mengikuti ujian kelulusan. Bersyukur Riana tetap belajar saat menunggu persalinannya karena masih berharap bisa menamatkan Sekolahnya."Ke mana saja kamu selama ini, Riana?" tanya salah satu tante tetangga yang melihat Riana pergi Sekolah."Dari luar kota, Tante," jawab Riana."Habis melahirkan kamukan?" tuduh tante itu lagi. Riana hanya diam."Mana anak harammu itu? Diumpetin di mana? Nggak malu kamu pergi Sekolah setelah buat malu di kampung ini? Makanya jangan jadi murahan, kecil-kecil hamil di luar nikah," hardik tante lainnya. Riana tidak bisa membela dirinya. Pandangan masyarakat pasti tetap wanita yang akan dipersalahkan, mau korban pemerkosaan atau bukan. Tetap wanita yang menanggung malu."Riana, pamit tante." Tanpa menjawab pertanyaan dari tante tersebut.Gunjingan tersebut terus Riana terima sampai dia lulus sekolah dan lanjut SMA. Gunjingan dari tetangga itu membuat Riana dan keluarganya mi
Masa sekarang"Apa Uni, akan memenuhi permintaan ayah?" tanya Liana hati-hati takut menyinggung perasaan Riana."Sebenarnya Uni belum siap." Riana menyapu air mata yang tiba-tiba mengalir di pipinya.Liana dan Giana memeluk Riana untuk menguatkannya. Kedua adiknya tidak tahu siapa orang yang telah memperkosa Riana saat dia SMP. Liana dan Giana memang mengetahui jika Riana memiliki anak dan diadopsi oleh paman dan tantenya di luar kota.Liana dan Giana juga mengetahui dari cerita Riana bahwa dia pernah dekat dengan seorang pria. Dan patah hati serta kekecewaan Riana karena tetangga mereka membeberkan aib Riana sebelum Riana jujur kepada si pria. Malahan Ami, tetangga itu telah menikah dengan mantan Riana. Mereka masih tinggal di kota B. Namun, tidak pernah bertemu lagi. Mereka menjalani hidup masing-masing."Kalian tahu, Uni telah pernah mencoba membuka hati dan menekan trauma, namun Allah belum mengizinkan, apakah ada pria yang mau menerima masa lalu Uni?" isak Riana, menyeka air mata