Alex membuka mata saat merasakan sesuatu yang hangat mengalir ke ujung hidungnya. Shock. Alex kaget, cairan hangat itu adalah darah segar yang mengalir dari hidung Flower. Flower mimisan."Flower! Hey ... Bangun!“ Alex mengguncangkan tubuh Flower di pelukannya. Tapi Flower tak bergerak sedikit pun sebagai respons atas panggilannya, ternyata Flower sudah tak sadarkan diri. Alex menggerakkan tangannya, menyentuh kepala Flower yang melindunginya dari derasnya salju."Sial! “ Alex mengumpat. saat menyentuh gumpalan salju, yang sudah membeku di kepala belakang Flower, "Salju ini, pasti penyebab Flower mimisan. Kenapa kau sangat bodoh mengorbankan dirimu untukku, Flower!”Alex menggeser mantel Flower menutupi kepalanya dan kepala Flower yang sudah jatuh ke ceruk lehernya. Alex mengeratkan pelukannya. Rasa takut membayanginya melihat Flower yang sudah tidak sadarkan diri. Alex tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan tubuhnya pun, seakan mati rasa. Cu
Keesokan harinya.Flower mendatangi kamar tempat Alex dirawat. Alex masih terlihat sangat mengenaskan dengan jarum infus yang masih tertancap di pergelangan tangannya, dan selang oksigen yang membantu pernafasannya. Kepala, lengan serta separuh dada Alex juga masih terlilit perban membuat siapa pun yang melihatnya akan iba. Alex yang berkuasa sedang dalam masa ketidakberdayaanya.Flower tau, luka yang terlilit perban di dada Alex, adalah luka cakaran yang Alex dapat dari pertarungannya dengan serigala yang akan menerkam dirinya di hutan saat itu. Luka itu yang menjadi penyebab Alex kehilangan banyak darah dan akhirnya sekarat.Flower mendekat ke arah ranjang dan duduk di dekat Alex. Flower menatap lekat wajah tampan yang masih sangat pucat itu. Bibir yang biasanya merah dan penuh dengan kata-kata dingin menusuk itu, juga masih sedikit pucat. Tangan Flower mengusap lembut wajah Alex, lalu turun menyusuri perban yang melilit tubuh lemah berotot itu.&nb
Setelah bersiap-siap, Flower dan bik Emma pun berangkat menuju kota. Jika hanya bik Emma yang ke kota seperti hari-hari biasanya, maka hanya akan ada 2 bodyguard yang mengawalnya sekedar untuk membantu membawakan belanjaan wanita paruh baya itu. Tapi, saat bik Emma membawa Flower turut serta, maka penjagaannya menjadi berlipat ganda. 2 mobil mengawalnya, dengan 12 bodyguard didalamnya. dan 3 orang bodyguard lagi, berada dalam satu mobil yang ditumpangi Flower dan bik Emma.Bik Emma dan para bodyguard, tidak mau mengambil risiko besar dengan membiarkan Flower tanpa penjagaan ketat. Jika terjadi sesuatu dengan gadis itu, maka dipastikan, mereka akan tamat!Saat ini, bik Emma dan para bodyguard merasa sedang berada di ambang kematian. Hidup mati mereka tergantung pada Flower. Mereka hanya berharap, nonanya itu tidak akan melakukan sesuatu yang membuat nyawa mereka terancam."Jangan menatapku begitu. Tenang saja. Aku tidak akan membahayakan nyawa k
Jane POVAku Jane Deandra. Umurku 23 tahun. Selama ini aku tinggal dengan adik tiriku, Rose Flower. Adik yang aku dapatkan sejak umurku 17 tahun. Saat itu, ibuku menikahi ayahnya dan kami tinggal bersama.Usiaku dan Flower, berjarak 4 tahun. Ibuku pergi meninggalkan ayah Flower, setelah mereka menikah genap 1 tahun karna ayah Flower yang sakit-sakitan. Ibuku juga dengan teganya meninggalkanku. Dan sampai sekarang. Aku tidak tau, di mana keberadaannya.Hidupku yang sangat keras, membuatku harus mengambil pilihan ini. Aku tak punya pilihan lain, selain menjadi bagian dunia hitam itu. Hidupku memang miskin, tapi tidak mau menjadi wanita miskin yang serba kekurangan. Aku suka dengan kebebasan dan uang. Kesucian, harga diri, tidak ada artinya bagiku. Aku sudah menukarnya dengan beberapa lembar uang pada pria yang kutemui di klub, yang bahkan aku tidak tau siapa namanya.Di salah satu kamar temaram di klub, aku sedang memuaskan pelangganku. Pe
Di tempat yang berbeda, seorang pria dengan rambut acaknya dan dasi yang sudah tanggal dari kemejanya, sedang menikmati minumannya di salah satu klub berkelas di kota London. Sudah hampir 3 bulan, pria itu tak mengunjungi kota Paris karena begitu banyak pekerjaan dan Project yang harus ditanganinya.Beberapa wanita dengan lingerie seksinya, mendekati pria itu dan mulai menggoda dengan menyentuhnya sensual. Tapi, pria itu, sama sekali tak beranjak dan menghiraukan sentuhan dari wanita jalang yang menggodanya."Kau tak mau bersenang-senang, Tuan? “ goda seorang wanita yang sedang meremas-remas lengan kokohnya. Dan pria itu hanya menatapnya dengan pandangan yang menusuk, membuat wanita jalang tadi menghentikan sentuhannya."Katakan di mana penanggung jawab klub ini!" ucapnya dengan nada yang dingin, angkuh dan memerintah. Khas orang yang memiliki kuasa dan pengaruh besar."Mari, saya antar, Tuan ..." wanita itu menjawab kikuk. Pria ini,
2 hari setelah pertemuannya dengan Flower, Di sinilah Axel berada. Bergumul dengan seorang wanita di ranjang kekuasaannya. Mereka saling mengecap sedangkan tangan mereka aktif melepaskan baju pasangannya."Aku sangat merindukanmu, Flow ...”lirih Axel setelah melepaskan ciumannya."Aku juga Axel.”Axel tak bisa menahan dirinya lagi. Akal sehatnya hilang karna sentuhan wanita di depannya. Dia sudah tak menganggapnya adik, atau saudara. Persetan dengan semuanya. Dia adalah wanita yang dicintainya.Axel meracau nikmat. Matanya menatap lekat wajah memerah di bawah kuasanya. Wanita itu sedang menutup matanya. Menahan nikmat, karna sentuhannya."Desahkan namaku, Sayang. Aku sangat merindukanmu ... " Axel semakin menggila.Axel belum menjauhkan tubuhnya. Posisinya masih menindih tubuh itu. Nafasnya tersengal dan keringat membanjiri tubuh mereka. Percintaan mereka tadi, benar-benar menguras tenaga.Axel
Setelah kepergian bik Emma. Tangan itu mulai bergerak, dan mata yang terpejam rapat itu, mulai sedikit demi sedikit terbuka. Manik mata se biru samudra itu, kembali memancarkan auranya. Aura yang dapat membuat siapa pun takluk dan tunduk hanya karna menyelami sorot mata tajamnya.Perlahan, Alex mencoba menggerakkan tangannya—melepaskan selang oksigen yang membantunya selama ini. Dia sudah tak memerlukan benda itu lagi.Kemudian dengan perlahan, Alex mencoba menggerakkan tubuhnya dan beringsut—duduk menyandar ke kepala ranjang. Dia merasa lelah dan bosan harus terbaring terus menerus diranjang itu tanpa bisa melakukan apa-apa. Dan kini, Dia sudah kembali pulih setelah tidur panjangnya selama beberapa hari ini. Dia bukan lagi pria lemah yang hanya bisa diam saat seseorang berani melanggar aturannya dan mencoba melawannya.Sang iblis berkuasa, sudah bangkit dari per istirahatannya. Dan siapa pun yang sudah melawannya, akan segera menda
Sudah 3 hari, Flower mengurung dirinya di kamar, membuat bik Emma dan para bodyguard Alex resah. Selama ini, Flower adalah wanita ceria dan menyenangkan, walaupun dalam bayang-bayang menakutkan tuannya.Entah apa yang terjadi padanya, bik Emma tak bisa menjangkaunya. Flower menutup dirinya dan tak bicara pada siapa pun. Matanya kembali sembab, dan kantung mata itu kembali muncul seperti saat pertama kali, Flower dibawa oleh tuannya ke mansion.Bik Emma tau, sesuatu pasti telah terjadi pada Flower saat mereka ke kota, tepatnya di toilet. Flower yang keluar dari toilet dalam keadaan menangis terisak, bik Emma yakini sebagai awal mula kemurungan nya. Sesuatu yang besar telah terjadi di dalam sana. Bahkan di mobil pun, saat mereka kembali ke mansion, tak ada sepatah kata pun dari nya.Flower hanya diam membisu sambil menatap ke arah hutan dari jendela mobil. Pandangannya menerawang jauh hamparan salju di depan sana. Kosong. Sejuta pikirannya masih