Maxi tidak bisa mengendalikan amarahnya lagi saat melihat Flower tergeletak menyedihkan di depannya. Dia sudah tak bisa bersandiwara lagi. Para pria berengsek itu harus segera merasakan akibatnya.Maxi berdiri kemudian memutar tubuhnya menghadap pria-pria yang sedang meringis karna pukulannya. Mereka tertawa mengejek melihat luka di punggungnya, dan tertawa keras saat melihat Flower yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh mengenaskan di lantai."Sudah kukatakan jangan menyentuhnya berengsek!"Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!Hilang sudah tawa pria-pria biadab itu. Dengan gerakan tak terduga, Max mengambil senjatanya yang tersimpan rapi di balik rompinya dan menembak mereka tepat di kepala hingga nyawa mereka tak akan bisa terselamatkan."Kalian salah bermain-main denganku. Sudah kuperingatkan, tapi kalian terlalu sombong dan naif. Sungguh ironi karena kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa. Dan peluru murahan ini ..." Ma
Alex mengumpulkan semua bodyguard dan detektif handal nya, di ruang privatnya di klub. Bagi Alex, hanya tempat itu yang aman dan jauh dari orang-orang yang mungkin sedang memata-matainya."Aku ingin kalian menemukan keberadaan wanita ini," ucapnya sambil meletakkan beberapa lembar foto Flower di atas meja di depannya. Setelahnya, dia meminum cairan bening yang selalu menjadi pengalihnya dari Flower, "temukan dia secepatnya. Aku akan memberikan imbalan besar pada siapa pun yang lebih dulu menemukannya, dalam keadaan hidup ataupun mati!" lanjutnya.Mereka mengangguk dan keluar dari ruangan Alex. Hanya ada Alex dan Theo di ruangan itu."Tuan. Apa tidak sebaiknya, Tuan lepaskan saja wanita itu?” ucap Theo sambil menunduk.Alex melirik Theo sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi kekuasaannya. “Katakan jika kau sudah bosan hidup Theo!”Pyaarrr!!Lirihan Alex bersamaan dengan hancurnya gelas yang di pegangn
Alex mengendarai mobilnya dengan cepat. Panggilan dari Theo tadi, membuat rahangnya mengeras dan matanya menggelap. Bagaimana tidak? apartemen nya tempat terakhir Flower dia siksa, hangus terbakar tanpa sisa.Mobil polisi dan beberapa mobil pemadam kebakaran sudah berjejer rapi di sekitar apartemen mewahnya yang berharga jutaan dolar itu. Garis polisi pun sudah melintang, dan beberapa awak media sudah meliput kejadian itu. Alex segera turun dan menghampiri seorang polisi yang sudah menunggu kedatangannya."Kenapa hal ini bisa terjadi?" ucapnya sambil menatap tajam polisi di depannya."Kami masih menyelidikinya, Tuan. Tapi, menurut beberapa saksi. Kebakaran ini terjadi karna korsleting listrik," jawabnya.Alex mengalihkan tatapannya. Pandangannya tertuju pada apartemennya yang sudah hangus terbakar itu. Seketika ingatan saat Flower menangis berputar di otaknya."Aku tidak bodoh! Selidiki kasus ini dan temukan pelakunya secepatnya
Alex mengerjapkan matanya, saat merasakan tepukan tangan lembut seseorang di pipinya. Alex mengusap wajahnya dan mengucek matanya pelan. Saat matanya terbuka. Alex mematung. Tidak percaya melihat pemandangan di depannya. Wanita yang sedang dia cari, sedang berdiri di depannya. Mengenakan dress putih dan tersenyum sangat cantik."Morning ... Mr Devil!" ucapnya sambil tersenyum manis. Sedangkan Alex masih belum bisa berkata apa-apa, lidahnya serasa kelu. Jujur, Alex merasa sangat shock.Cup! “Kenapa sakit hm? Kau sangat merepotkan! Lihat, aku sampai harus kembali pada pria iblis sepertimu!" ucap Flower setelah mengecup lembut pipinya, hingga sontak membuat Alex tersadar dan segera menarik tubuh Flower dalam dekapannya."Jangan pergi lagi ... aku membutuhkanmu, maafkan aku!" ucap Alex sambil mengecupi rambut indah Flower beberapa kali. Sedangkan Flower hanya mengusap lembut punggungnya."Tidak akan, Alex. Aku aka
Edlise dan Max sedang berada dalam mobil, dan saat ini, mereka sudah kembali ke London. Semuanya berjalan lancar seperti rencana yang dia susun dan Max senang. Dia melihat bagaimana hancurnya Alex di depan matanya. Jangan heran bagaimana Max bisa melakukan semuanya, julukan THE KING OF LONDON ada pada dirinya. Jadi, baginya semuanya sangatlah mudah, seperti mematahkan sebuah ranting saja."Ini terakhir kalinya aku merasakan udara kota Paris Edlise ..." lirih Max sambil menatap layar ponselnya seperti kebiasaannya beberapa bulan ini. Dan Edlise tau, apa yang sedang di lakukan tuannya itu. Apalagi, selain menatapi foto seorang wanita yang dia lindungi sampai harus melawan THE KING OF PARIS."Untuk berapa lama, Tuan?" jawab Edlise sambil terus melajukan mobilnya menuju sebuah tempat tersembunyi milik tuannya itu ."Entahlah aku juga tidak tau. Takdir akan menentukannya, Edlise. Lagi pula untuk apa aku menjejakkan kaki ke sana? Rose ku sudah ada bersamaku," ucap Max
Semua yang berada di sana menutup mulutnya tak percaya, saat wanita di depan mereka benar-benar menjatuhkan tubuhnya. Madam Alice berteriak histeris dan Edlise menyuruh semua bodyguard yang berada di bawah untuk menyiapkan pengaman, untuk beberapa kemungkinan yang bisa terjadi."Lepaskan aku Maxime. Biarkan aku mati!" teriak Flower sambil berontak mencoba melepaskan pegangan tangan Max. Ya, Max berhasil menangkap sebelah tangan Flower. Dan kali ini, dua tangannya sudah ada dalam genggaman Maxime."Jangan bodoh!" umpat Max, sambil mencoba menarik Flower yang terus memberontak ingin melepaskan cekalan tangan Max, hingga Max kesulitan menariknya."Aku hanya akan menjadi sampah Maxime! Hiks ... hiks ... Hidupku sudah hancur, tak ada harganya lagi. Dan kali kini, aku akan menghancurkan tubuh menjijikkan ini!" ucapnya sambil terus memberontak."Kau memang bodoh! Apa kau tau, kau sangat berati bagiku huh?! Sekarang diam! Aku akan mena
Max mengerjapkan matanya beberapa kali. Hari sudah pagi, dan hari ini matahari bersinar dengan terangnya meskipun semalam hujan turun dengan derasnya. Max memutar lehernya pelan, lalu saat akan mengangkat tangannya, senyum di bibir bergelombangnya terbit. Rose masih terlelap dalam tidurnya dengan berbantalkan separuh dadanya dan memeluk tubuhnya erat."Kau sangat cantik dan mulai saat ini, kau adalah milikku!" ucap Max sambil mengecup kening Rose lama.Max mengusap lembut pipi Rose, hingga wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Dan mata indah itu perlahan terbuka."Happy New day ... My Rose.” Cup!"Happy New day ... My Maxi. Cup! Balas Rose, kemudian mengecup pipi.Rose bangkit dan, “Ups ... Aku lupa.” Rose menarik selimutnya yang melorot saat dia duduk, kemudian menutupi dadanya yang polos dan tersipu malu hingga pipinya memerah.Sedangkan Maxime malah tertawa terbahak, sambil
Max sampai di danau dengan nafas ngos-ngosan, karna untuk sampai di sana, Max mengerahkan semua kemampuan berlarinya. Dan sampai di sana, Max di buat kaget saat melihat Rose yang berdiri di atas pohon besar di dekatnya. Max segera memanjat pohon tersebut, dan setelah sampai di dahan tempat Rose berdiri, Max segera memeluk tubuhnya erat.Rose yang mendapat pelukan tiba-tiba itu, hanya mematung dan melirik sekilas Max yang berada di belakang tubuhnya."Kumohon, jangan lakukan hal itu lagi. Aku mohon My Rose ..." lirihnya, sambil mendekap tubuh Rose erat dan Rose hanya melongo, tak mengerti dengan ucapan Max."Apa maksudmu, Maxi?" lirih Rose, sambil mengusap lembut tangan Max di perutnya."Kau akan melompat dari atas pohon ini ‘kan?" tanya Max dengan nada pelan, tapi dengan pelukan yang semakin mengerat."Pffttttt ... Hahaha ...” Rose tertawa kencang, membuat Max melepaskan pelukannya. Lalu membalik tubuh Ro