Share

Bab 20: Suaranya Bergetar, Serak dan Nestapa

Bab 20: Suaranya Bergetar, Serak dan Nestapa

“Fat, kamu sudah di rumah?”

Cepat saja aku membalas.

“Belum.”

Aku bohong? Biar saja, pikirku.

Aku pun mempercepat langkah menuju rumah. Aku menjadi bersemangat karena teringat besok aku akan dijemput Bondan dan Wisnu untuk menemui Pak Josep.

Aku melihat Uni Fitri menggendong Keysha di beranda rumahnya. Menggunakan kain jarit yang diselempangkan ke bahu ia meninabobokan putrinya itu dengan mendendangkan lagu Hari Rayo Indak Bapitih.

Lagu terkenal dari Ocu, Melayu Kampar itu menceritakan kemiskinan sebuah keluarga yang di saat lebaran tidak mempunyai pitih alias uang. Aku suka sekali lagu itu. Selain alunan nadanya yang rancak, juga vokal seorang ayah dan anak yang menyentuh dalam lagu itu, terlebih karena memotret epidemi abadi negeri ini, yakni kemiskinan.

“Bang Idris sudah pulang, Ni?” Sapaku pada Uni Fitri.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status