Fajar tak konsentrasi mengerjakan tugas kantor, akhirnya dia hanya mengirimkan pesan pada Zahira. Lucu sekali, mungkinkah aku menyukainya? pikir Fajar. Zahira yang nyaris tertidur mendengar bunyi notifikasi di ponsel segera bangun.[Maaf atas kelalainku padamu, jika kau merasa tidak nyaman kau boleh meminta cerai].Zahira yang merasa bingung dengan pesan itu akhirnya hanya membalas.[Terserah, mana yang terbaik bagimu].Fajar menjadi serba salah, ingin rasanya dia masuk ke dalam kamar Zahira namun dia melihat pintu kamar utama yang masih terbuka membuatnya hanya bisa menarik nafas panjang dan mengirimkan pesan lagi pada Zahira.[Bukan itu maksudku, jangan salah sangka. Bolehkah aku tidur denganmu malam ini?]Pesan Fajar membuat mata Zahira terbelalak, dia bergidik ngeri. Gadis cantik ini mengutuk sendiri dirinya yang sengaja menggoda suaminya dengan berdandan cantik seperti tadi. Zahira tak tahu cara membalas pesan yang baik, takutnya dia keceplosan dan akan membuat suaminya tersinggu
Fajar tiba di apartemen tepat waktu, seperti ditinggalkannya seperti itu pula suasana yang di temui Fajar malam ini. Belum ada yang bergerak dari tempat duduknya. Zahira terlihat sedang meremas-remas tangannya, dia terlihat menahan kantuk. "Duduk!"Fajar duduk di samping Zahira."Papa dan mama tak ingin kejadian ini terulang kembali, kau sudah besar dan tahu mana yang baik dan mana yang tidak!"Fajar menunduk, "Maafkan aku!""Minta maaflah pada istrimu sebelum terlambat, kau akan sulit menemukan istri seperti Zahira!" kata tuan Handoko.Fajar mengakui hal itu, Zahira adalah sosok wanita yang unik. Walau dia belum mencintai gadis ini tapi dia akan berusaha untuk menjadi suami yang baik."Karena ini sudah larut, mama dan papa akan tidur di kamar belakang. Zahira pindah saja ke kamar utama!""Hah?" Zahira tercengang, ini bukan sesuatu yang dia harapkan.Nagita mengerling ke arah suaminya, keduanya segera berdiri menuju ke kamar belakang. Zahira hendak bicara namun Fajar segera mencegahn
Kedua orang tuanya segera pamit pulang setelah memastikan tausiah mereka menyentuh hati Fajar dan Zahira. Keduanya sebelum keluar dari pintu apartemen sempat berpesan pada anak dan menantunya."Jaga diri kalian baik-baik, jangan pernah mengulangi kesalahan yang hanya akan merugikan kalian berdua. Selama seminggu papa sudah mengajukan cuti untukmu, semua pekerjaanmu akan di kerjakan oleh Kevin asisten papa. Temani Zahira ke rumah sakit pagi ini!"Kini hanya tinggal pasangan suami istri itu di rumah, sama-sama canggung tak tahu harus bagaimana."Bersiap-siaplah, kita akan ke rumah sakit!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera masuk ke kamar mandi. Terdengar dering telepon, Fajar melihat panggilan dari orang tua Zahira. Dia mengangkatnya dan memberitahu jika Zahira sedang mandi. Beberapa saat kemudian Zahira keluar dari kamar mandi, dia yang melihat Fajar sedang berdiri menatapnya membuatnya jengah."Bolehkah kau keluar? Aku mau ganti pakaian!"Fajar merasa lucu dengan permintaan Zah
Zahira tiba di rumah dan langsung menaruh tas belanjaan di dalam kamar utama tanpa sama sekali menyentuhnya. Dia lalu keluar menuju kamar belakang."Mau kemana?" "Ke kamarku!""Kamarmu di sini, ntar lagi kita pindahkan semua pakaianmu ke kamar ini!"Zahira mengabaikannya dan melangkah masuk ke kamarnya terpaksa Fajar menyusulnya."Kau tidak membenahi tas belanjaan itu?" tanya Fajar dengan sabar. Dia tahu jika Selama ini dia salah makanya sikap Zahira yang ketus seperti ini di maklumi nya."Itu kan belanjaan mu!" jawab Zahira dengan ketus."Bukankah sebagai istri kau harus merapikannya?"Zahira akhirnya keluar lagi menuju kamar utama, sikap Fajar yang mulai melunak padanya malah membuatnya marah. Dia meraih tas belanjaan itu dan terkejut saat membukanya. Ini adalah lingerie dan gaun pesta yang tadi di sentuhnya. Dia berbalik dan melihat Fajar sudah berdiri di pintu kamar sambil tersenyum memandangnya."Aku tidak menginginkannya, kembalikan saja!" Zahira melipat kembali belanjaan itu d
Fajar tak kehilangan akal untuk membuat istrinya merasa nyaman, dia memeluk istrinya dari belakang sambil membisikkan kata-kata mesra namun penuh dengan godaan."Kau harus istrahat penuh siang ini, sebentar malam aku membutuhkanmu mengerjakan sesuatu!""Hah?" Zahira berbalik dan menatap wajah suaminya yang saat itu menatapnya dengan penuh gairah."Tidurlah!" Fajar mengecup kening istrinya.Agar istrinya tak bertanya lagi, dia memejamkan matanya. Zahira yang melihat hal itu kembali membalikkan badan, dia tak berani menatap wajah suaminya lama-lama. Pelukan hangat suaminya membuatnya tertidur dan terbangun saat terdengar suara ponsel berbunyi.Zahira melihat ponsel yang tengah berdering itu milik suaminya, dia membangunkan suaminya perlahan."Kak, teleponmu berbunyi!""Siapa?" tanya Fajar dengan suaranya yang berat tanda dirinya masih sangat mengantuk."Entahlah, aku mau menyiapkan makan malam. Mana kunci kamarnya?""Oh jam berapa sekarang?" Fajar terbangun dan segera merogoh kunci di s
Akila tak terima dengan apa yang baru saja di dengarnya, ini tidak mungkin. Semudah itukah Fajar melupakannya dan malah memilih gadis penjual baju bekas. Dendam kini bersemayam di hati gadis itu, dia pulang dengan amarah yang meluap. Akila melampiaskan amarahnya dengan pergi ke club malam."Hallo cantik, sepertinya kau sedang putus cinta!" tegur seorang pria bertato tatkala melihat Akila menenggak beberapa gelas minuman keras.Akila melirik sesaat pria yang duduk begitu saja disampingnya."Jangan ganggu aku...dia sudah merebutnya....huhuhu...!" "Kau mabuk sayang, mari aku akan mengantarmu pulang!" tawar pria itu.Akila menolaknya dia masih ingin menghabiskan minuman di meja namun pria itu segera menyingkirkannya. "Hei...kembalikan!" Teriak Akila saat minumannya di singkirkan. Dia berdiri memukul pria itu namun tangannya hanya bisa terkulai dan dia jatuh ke dalam pelukan pria bertato itu.Pria bertato bernama Armando, dia membopong tubuh Akila menuju mobilnya. Akila terus meracau."Z
Armando tak melihat Akila, dia lalu meletakkan baju yang baru saja di belinya itu di dalam kamar, dan satunya lagi di simpannya di lemari. kemudian dia keluar. Matanya melihat album foto di lemari telah bergeser, pastilah Akila sudah melihatnya. Armando menuju ke kamarnya dan mandi lalu mengganti bajunya dengan kaus oblong dan celana pendek, sesaat dia menatap tubuhnya di cermin. Senyum tipis tersungging di bibirnya, hari ini dia berencana untuk menemui seseorang yang suatu saat akan bisa merubah hidupnya. Saat ini Armando belum ingin mengingat masa lalu, dia segera bergegas keluar dan menemukan Akila yang sudah duduk dalam diam sambil mengenakan baju yang tadi di belinya."Kau sudah siap rupanya, ayo aku akan mengantarmu pulang!"Akila malah memilih duduk di ruang tengah sambil memperhatikan sekeliling."Kenapa?" tanya Armando lalu duduk di samping Akila."Maaf aku tadi sempat membuka album fotomu!""Oh itu, tidak apa-apa!""Apakah kau tinggal sendirian? Sepertinya aku pernah meliha
Pemberitahuan mendadak dari Akila kepada kedua orang tuanya membuat mata mereka terbelalak."Apa kau gila? Siapa pria itu dan apa pekerjaannya?" tanya ibu tiri Akila yang bernama Kinara.Akila dan Armando yang sepakat ingin menikah hari ini juga meminta restu kedua orang tua Akila. Armando masih mampir membeli cincin sebagai mahar untuk Akila sehingga membiarkan calon istrinya itu pergi lebih dulu ke rumah orang tuanya."Dia laki-laki pilihanku Bu!" jawab Akila."Lalu Fajar?""Dia mengkhianatiku, dia sudah menikah Bu!" jawab Akila sendu.Tak lama kemudian mobil Armando berhenti di halaman rumah Akila, dengan santainya Armando turun dari mobil lalu mengucapkan salam ketika masuk ke rumah Akila."Pria ini?" tanya Kinara sambil matanya melirik ke sebuah mobil yang cukup mewah di depan rumahnya. "Kenalkan nama saya Armando!" Armando mengulurkan tangan untuk berjabat.Lalu Akila mempersilakan Armando untuk duduk. Kinara seakan pernah melihat sosok pria ini tetapi dia lupa dimana pernah be