Share

Bab 15. Maafkan Mas, Dek

"Dek Fika, maafkan Mas, ya. Tadi Mas berkata keras kepadamu."

Aku yang masih menelungkup menahan isakan tetap bergeming. Selama pernikahan kami, ini kali pertama suamiku berucap dengan nada tinggi kepadaku. Hati ini terasa sakit seakan tertoreh sembilu.

Memang aku menerima ketidaktepatan sikapku itu, tetapi, seharusnya dia mengerti bagaimana posisiku saat itu.

Seandainya aku mengadu ke dia, apakah masalah berhenti seketika? Mas Farhan akan marah. Sedangkan aku akan berakhir menjadi tukang adu saja--menyebabkan pertengkaran antara kakak dan adik.

Adiknya yang menimbulkan masalah, kenapa aku yang terkena getahnya. Posisiku sebagai korban yang hanya diam tidak berontak apalagi menyerang balik.

Masih terngiang jelas ucapan Mas Farhan. "Dengan kamu diam, masalah selesai? Tidak, kan? Malah semakin melebar dan semua orang tahu masalah kita. Yang membuat malu, semua orang mengerti kalau aku tidak becus mendidik dan memimpin kalian!"

Ucapan itu memang benar, hak dia untuk menegurku, tet
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status