Share

sebeeeeel

Ternyata motor Bang Zaki dibawa beli nasi uduk untuk sarapan. Karena Teh Ira lagi masuk agin jadi dia gak masak pagi ini. Anak-anak juga masih minep disini. Jadi tambah males aja deh tuh buat bangun. Eh tapi biarin deh dia-dia ini. Semoga cepet sembuh ya Teh biar bisa masakin buat suami dan anak-anakmu.

-------

Sudah tiga hari aku berada dikampung, tepatnya rumah Mamah. Ibu kandungku. setelah 2 bulan tinggal dirumah Ibu mertuaku, baru kali ini kami pulang kampung. Sekedar melepas rindu dengan Mamah, Ayah dan keponakanku disini.

Sekalian liburan, ngademin hati sama otak biar gak emosi terus ngadepin Teh Ira.

Kemarin Teh Ira SMS mau pinjam sandal buat kondangan . Teh Ira gak punya smartphone, jadi untuk komunikasi masih pake Hp nokia jadul yang hanya bisa telefon dan SMS. Pernah tuh sekali dia ngambeg minta dibelikan HP canggih ke suaminya. Bukanya dituruti, Teh Ira malah di bentak dan di lempar helm sama Kang Jaya. Hahahah lagian gak tau diri. Suami cuma buruh tani minta beliin HP canggih.. Buat apa coba?

[Dew. Pinjam sendal kamu ya. Teteh mau kondangan. Sendal kamu kan banyak. Teteh pinjam. Satu ya]

[Kalo ada yang muat sama Teteh, pake aja Teh. Asal kalo udah ,balikin ke tempat semula. Dewi gak mau nanti pulang liat sendal berantakan].

[iya iya ].

Bukanya bilang makasih malah cuma 'iya iya ' aja.

Karena sudah 3 hari kios ditinggal, maka sore ini aku dan Bang Zaki pulang kerumah Ibu. Gak enak lama-lama ninggalin kios.

Kami pulang naik motor. Rasanya pinggang mau copot setelah 3 jam lebih duduk diatas motor. Ingin rasanya segera bertemu kaasur dan bantal.

**

Aku dan Bang zaki sudah sampai dirumah Ibu. Jam menunjukan pukul 17.15

Kulihat Ibu dan Teh Ira ada diteras menyambut kedatangan kami.

Setelah turun dari motor, aku masuk lewat pintu samping yang langsung menuju ke ruang TV.

"Assalamualaikum... " kuucapkan salam, dan meletakan helm diatas lemari.

" Waalakumussalam. Alhamdulillaah sampe juga. Dari tadi Ibu mu tuh tengak tengok keluar nungguin kamu pulang, " Bapak menjawab salamku, Bapak tengah Asyik nonton TV. Kucium punggung tangan Bapak mertua sebagai tanda hormat.

"Hehe.. Iya Pak. Sengaja pulang nya sore biar jalanan gak panas. "

Kusalami juga tangan Ibu dan Teh Ira yang menyusul kami diruang TV.

"Gimana kabar mamah, sehat Dew,? " Tanya Ibu saat aku bersalaman denganya.

"Alhamd sehat Bu. Mamah titip Salam buat Ibu. " aku berkata seraya menjatuhkan badanku diatas sofa diruang TV.

"oleh-olehnya mana..? " Pinta Teh Ira tanpa basa-basi.

Ibu mencubit pinggang Teh Ira. "hih maneh Ira... Teu sabar pisan. Orang lagi capek yang ditanya oleh-oleh. " ibu berkata sambil melotot memarahi Teh Ira.

Bang Zaki langsung tiduran disofa ruang tamu untuk melepas lelah.

Perjalanan tiga jam membuatku haus. Aku kedapur untuk ambil minum. Baru juga pulang, pinginya tuh damai tentram mau rebahan gitu kan, haduuuh. Ingin kuteriak.

"Ya Allaah . Kok sendal Dewi putus ini?!." ucapku sedikit berteriak sambil membolak balik sepasang sandal merk Batu. Padahal sandal ini baru. Baru kupake 2 kali. Ini sandal pemberian Bang Zaka saat kita menikah.

"Teh kok sendal Dewi putus. Emang Teteh pake sendal yang ini? ".

Aku berkata sambil mengacungkan sendal dihadapan Teh Ira.

Ibu nampak terkejut.

"Iya Dew. Sendalnya kekecilan.. Tetehkan kondangan jalan kaki. Jalanya berbatu. Teteh keseleo jadi talinya putus". Jawabnya enteng seenteng kapas terbang ketiup angin.

Jangan salahin sendal yang kekecilan, kaki kamu tuh yang segede gajah bengkak. Pake aja tuh sepatu boot Bapak yang buat keladang.

Aku capek, baru pulang. Udah disuguhin aja sama tingkah Irawati yang nyebelin.

"Ih Ira iyeu, hati-hati kalo pinjem barang orang. Lagian kaki kamu kan gede kaya gajah. Pake sendal Dewi yang kecil begitu. Mana muat. " Ibu tampak memarahi Teh Ira.

" Hihhh si Ira mah aya aya wae. Ges kolot geh " timpal Bapak.. "coba sini Bapak liat. Masih bisa dibetulin gak. Nanti bapak betulin kalo bisa ya. " bapak meraih sendal yang kupegang.

"Dew lagian sendal kamu kan banyak. Putus satu aja udah heboh. Jangan lebay maneh Dew. " Teh Ira berkata dengan santainya sambil menyilang kedua tanganya didada.

Aku masih tak berkata. Males aku ngeladenin omongan Teh Ira. Aku cuma mendelik menatap Teh Ira penuh kesal. Nafasku memburu. Pengen bejek-bejek mukanya deh rasanya.

Dasar aja Irawati gak punya hati, dia masih santai dan nampak gak terjadi apa-apa.

"Duh capek-capek mau istirahat malah pada berisik kenapa sih. Baru juga pulang. Udah ribut lagi aja. Aya naon sih Neng? " Bang zaki berkata seraya mengacak rambutnya.

Aku tak menjawab. Kutinggalkan mereka kekamar mandi. Pengen berendem di bak mandi nih biar otak jadi adem.

Alih -alih dapat kesegaran dikamar mandi, yang ada aku tambah geram liat botol sabun dan shampoo ku acak-acakan, tanpa tutup.

hiiiiiiiiiiiiih

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status