Andreas menelan salivanya seraya tak sadar bahwa dirinya kini sudah mulai menggerakan tangannya tepat di atas juniornya yang sudah basah itu. "Haaah," lenguh Andreas yang terlihat tidak dapat memalingkan pandangannya dari godaan yang Reyna berikan padanya saat ini.“Ah! Mngshshauhhfuckmngh Reyna!” lenguhan Andreas tak dapat dibendung lagi sembari dirinya terus memainkan juniornya dengan tangannya. Reyna menelan salivanya ketika kedua matanya melihat dengan jelas bosnya yang tengah terengah-engah seraya memandangi dirinya. Reyna meremas salah satu buah dadanya di hadapan Andreas, wanita itu merem-melek dibuatnya karena tatapan Andreas yang sangat mematikan yang di dalamnya terdapat napsu dan hasrat yang mendalam. “Uh! Pak Andreas! Ah!” lenguh Reyna tak tertankan ketika terus memperhatikan pria di bawah guyuran air tersebut yang juga terus mendesahkan namanya. Tangan Reyna yang satunya wanita itu bawa semakin ke bawah hingga menyentuh bibir buah plumnya. “Ah!” lenguh Reyna sembari
Reyna menelpon dokter Ken di malam hari ketika Andreas masih belum berada di dalam kamar mereka. “Halo Dokter Ken,” sapa Reyna ketika Ken baru saja mengangkatnya. “Maaf menganggu di pagi buta, tapi ada satu hal yang ingin saya tanyakan tentang Pak Andreas,” ujar Reyna membuat Ken berdehem. “Tidak masalah, kamu tahu jam tidur seorang dokter tak menentu. Kamu bisa menelpon saya kapan saja selama saya masih mengangkatnya,” ujar Ken. Reyna mengangguk. “Begini Dokter, apa semasa kuliah dahulu. Teman Pak Andreas hanya Dokter Ken dan Bu Clara saja?” tanya Reyna membuat Ken tak terdengar mengatakan sepatah katapun saat ini. “Saya ingin bertanya tentang seorang wanita yang sempat dekat dengan Pak Andreas juga pada saat kuliah dulu,” ucap Reyna ketika lama tak mendapatkan jawaban. Ken yang mendengarnya nampaknya menahan napas disebrang sana. “Saya tidak bisa mengatakan apalagi menjelaskannya lewat telepon, ceritanya terlalu rumit dan saya merasa tidak bisa membohongi Bu Reyna,” ujar Ken.
Reyna duduk di sebelah Andreas persis, wanita itu juga mencoba mencuri pandang pada pria yang mungkin masih marah dengannya. Reyna tahu bahwa dirinya sudah keluar batas bahkan melanggar isi dalam kontrak perjanjian mereka. Sedangkan sang Kakek terlihat memperhatikan keduanya yang saling diam dan nampaknya mengerti bahwa sedang terjadi masalah di antara keduanya. “Silahkan dimakan,” ucap Kakek pada kedua orang di hadapannya.Makan malam tersebut terasa sangat sepi untuk Reyna, dan untungnya berjalan dengan baik-baik saja sampai selesai makan. “Saya izin untuk ke kamar duluan karena sudab merasa kantuk,” ujar Reyna sebelum akhirnya pergi dari sana meninggalkan Kakek dan cucunya disana. Di dalam ruangan makan, sang Kakek terus menatap Andreas dengan pandangan yang tajam. Sebelum akhirnya memukul kepala cucu laki lakinya itu dengan sangat keras hingga Andreas melenguh kesakitan. “Kakek!” kesal Andreas, konon sudah lama Andreas tidak merasakan pukulan tersebut. “Apa yang kamu lakukan p
Reyna memasuki kamarnya kembali namun ia dengan jelas melihat tubuh Andreas yang sudah nampak tertidur di sisi kiri kasur mereka. Reyna sampai harus mengucek mata berkali-kali untuk memastikan apakah dia tidak salah lihat. “Apa benar itu Pak Andreas?” pikir Reyna seraya berjalan perlahan mendekati kasur, namun saat sudah semakin dekat Andreas malah membalikan tubuh membelakanginya. Reyna merasa tidak masalah sama sekali asalkan pria itu tak berubah pikiran untuk pergi dari dekatnya saat ini. Reyna tanpa sadar mengelus perutnya perlahan sembari menatap tubuh Andreas. Dengan perlahan Reyna tidur di samping Andreas setelah berhasil mematikan lampu. Reyna nampak tak berhenti tersenyum saat menatap tubuh bagian belakang Andreas. Reyna juga mulai menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya juga Andreas bosnya. “Selamat malam,” gumam Reyna sebelum akhirnya tertidur tepat bersebelahan dengan Andreas. Mendengar dengkuran Reyna, mata Andreas nampak terbuka perlahan. Andreas ternyata sed
"Ah!" lenguhan Andreas begitu parau ketika kejantanannya berhasil masuk ke dalam goa milik seorang wanita yang selama ini menjadi istri kontraknya. "Mngshmngsh! Ah! Pak Andreas!" lenguh Reyna yang nampak tak bisa menahan keenakan di bawah tubuh kekar bos sekaligus suami di atas kertasnya.Reyna menelan salivanya ketika matanya salah fokus dengan perut kotak-kotak milik Andreas. "Ah! Mngshmnah! Ah! Pak Andreasmngsh!" lenguh Reyna ketika goyangan pinggul Andreas semakin menjadi. Satu tangan Reyna tak sadar meraba otot perut milik Andreas yang mana membuat pria itu merasa semakin kepanasan. "Uh!" lenguh Andreas yang keringatnya mulai bercucuran. "Reyna! Reyna!" desah Andreas ketika merasa miliknya dijepit terlalu kuat oleh milik Reyna di dalam. "Ah! Pak! Pelan-pelan!" lenguh Reyna sembari meremas pinggang Andreas yang kini menatap wanita itu dengan intens menggunakan matanya yang sedang penuh dengan gairah. "Hm! Yesh! Ah! Reyna!" "Pak Andreas! Ah! Mngshah! Saya gak kuat!" Andreas
Kini keduanya berada di dalam ruang rapat bersama para jajaran direksi. Sudah cukup lama salah satu orang di dalam ruang rapat tersebut mempresentasikan produk keluaran terbaru perusahaan mereka, namun Andreas nampaknya tak fokus sejak tadi. "Kenapa aku mendesah di hadapannya," pikir Andreas tepat di tengah rapat. Sedangkan Reyna tak henti terus memperhatikan Andreas yang berada di depan sana, wanita itu nampak tak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Reyna menghawatirkan Andreas setengah mati, ia takut jika bosnya itu sakit seperti sebelumnya. Hingga selesai rapat tiba, Andreas berjalan keluar ruangan lebih dulu yang membuat Reyna harus berjalan cepat untuk menyusul langkah kaki bos di depannya. "Bapak mau makan siang apa untuk hari ini?" tanya Reyna di dalam lift yang tengah mereka naiki. "Kenapa bertanya di jam segini," ucap Andreas dengan wajah datarnya. Reyna melihat jam di pergelangan tangannya yang telah menunjukan pukul sebelas siang. "Memangnya Pak Andreas tidak lapar
Reyna memberikan kemeja baru untuk digunakan Andreas saat itu juga, dengan cepat pria itu meraih kemeja tersebut dari tangan Reyna dan mulai membuka kemejanya yang basah. Reyna melebarkan matanya saat dirinya melihat dengan jelas tubuh bosnya, walau memang tak bisa di bilang jarang juga Reyna melihat pemandangan tersebut. Andreas yang baru saja melepaskan kemejanya terlihat mengeluarkan smirk nakalnya, pria itu tersenyum menatap sekretarisnya yang nampaknya tak mengalihkan pandangan kepada tubuhnya yang keren ini. “Kamu menyukainya?” tanya Andreas membuat Reyna tersadar dan mengeluarkan ekspresi yang kikuk. “Pak Andreas, saya keluar dulu ya. Jangan lupa dimakan makan siangnya,” ujar Reyna sebelum memutar tubuhnya. Namun tak semudah itu Reyna keluar dari kandang harimau, karena belum sempat wanita itu melangkah lebih jauh Andreas sudah menarik tangannya hingga tubuh Reyna menabrak tubuh Andreas. “Pak Andreas,” geram Reyna ketika tangannya di tarik paksa oleh Andreas. “Bukankah i
"Ah!" Reyna menahan lenguhannya sebaik mungkin, ia tidak sangka Andreas akan melakukan hal tidak senonoh ini sekarang juga di dalam ruangan kantornya sendiri Tak dapat dipungkiri Reyna menyukainya, hanya saja ini terlalu berlebihan disaat perusahaan yang sedang genting karena sebuah masalah beberapa menit lalu. Dan kini mereka malah melakukan sesi bercinta. Apalagi kali ini dilakukan secara paksa, rasanya benar-benar diluar dugaan untuk Reyna. "Shmmahhng... Reyna!" lenguh Andreas membuat wanita di hadapannya seketika panik karena desahan Andreas yang terdengar cukup kencang. Dengan sengaja Reyna menutup mulut Andreas menggunakan satu tangannya, namun tangan Andreas yang menganggur malah membawa dua jemari tangan Reyna masuk ke dalam mulutnya. "Eeeehhmmngh," lenguhan Andreas tertahan karena jemari Reyna yang berada di dalam mulut pria itu. Dari mulut Andreas menetes air liur yang membuat Reyna bisa merasakan sensasi basah di jemarinya selain di area bawah tubuhnya. "Mnggmngsh,"