Deg!Jantung Reyna berdegup kencang, mendengar kata sayang dari bibir Andreas membuat Reyna dimabuk kepayang. Ting!Suara dentingan terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu lift. Andreas keluar bersama dengan Reyna yang masih di dalam gendongannya, pria itu nampak berjalan menuju unit apartemennya begitu santainya. Sesampainya di dalam, Reyna di letakannya di atas sofa yang sedikit wanita itu rindukan karena sudah beberapa hari ini tak tubuhnya jamah. Reyna menghirup udara ruangan tersebut yang berbau kopi, sepertinya pengharum baru. “Apa parfum ruangannya di ganti?” tanya Reyna pada Andreas yang mengangguk. “Kopi menghilangkan racun, beberapa jam lalu saya request untuk diganti kepada pengurus. Kamu menyukainya atau tidak?” tanya Andreas. Reyna mengangguk. “Jadi, mau makan apa tuan putri?” tanya Andreas membuat Reyna membelalakan matanya tak percaya. “Maksud Bapak saya?” tanya Reyna seraya menunjuk dirinya sendiri. Andreas mengangguk dengan santai walau wajahnya sebenarnya
Reyna membawa masuk paket yang baru saja diambilnya, lalu wanita itu membukanya selagi Andreas masih ada di dalam kamarnya. Terlintas di pikiran Reyna tentang kejadian beberapa menit lalu yang membuatnya tak bisa berhenti tersenyum. Sikap hangat Andreas mulai kembali lagi, namun Reyna takut pria hangat tersebut kembali bersikap dingin kepadanya. “Hadiahnya sudah sampai,” ujar Reyna seraya memegang dasi yang ia beli lewat online dengan harga yang lumayan mahal. Kado ini memang sengaja Reyna beli untuk Andreas, setidaknya sekali-sekali Reyna memberikan hadiah untuk bosnya di hari valentine besok. “Kalau memberikan coklat, aku akan langsung ketahuan menyukainya,” gumam Reyna. Hingga suara pintu kamar Andreas terbuka, dengan cepat Reyna menyembunyikan kotak dasi tersebut di belakang tubuh mungilnya. “Apa yang kamu sembunyikan?” tanya Andreas ketika melihat gelagat aneh Reyna. Dengan cepat Reyna membersihkan sisa bungkusan paket dan membuangnya ke tempat sampah dapur, dengan kotak d
Reyna menatap wajah Andreas begitu dalam membuat pria itu semakin dibuat jatuh hati. Andreas yang hendak kembali menciumi tekuk leher Reyna kali ini ditahan oleh wanita tersebut. “Saya sedang hamil, apa boleh melakukannya?” ucap Reyna dengan suara kecil yang nampaknya meragu. Andreas tertawa kecil mendengar hal tersebut. “Jelas dong, apa kamu tidak ingat kita sering melakukannya akhir-akhir ini?” ujar Andreas sebelum akhirnya memajukan wajahnya dan mencium bibir Reyna begitu dalam. “Heum, Andreas,” lenguh Reyna untuk pertama kalinya menyebut nama pria di hadapannya secara langsung. Jujur hal itu membuat Andreas semakin terangsang dibuat sang istri. “Saya menyukainya,” ucap Andreas ditengah-tengah napsunya yang membara. Setelah dengan cepat melepaskan pakaian dirinya dan Reyna, Andreas membawa tubuh Reyna perlahan dalam gendongannya menuju ke atas kasur. “Cupmnnghsh…mngscupsmngh,” lenguhan dari ciuman keduanya semakin terdengar. Disusul oleh mengerasnya burung Andreas di bawah pan
"Revisi."Satu kata dari pria di hadapannya itu membuat Reyna mendongak. Setengah mati ia berusaha menekan amarah yang sejak tadi sudah ditahan."Lagi, Pak?" tanya Reyna tak percaya. Demi Tuhan, sekarang sudah hampir pukul sebelas malam dan dia masih terjebak di kantor dengan bos paling tidak punya hati nurani ini!Tak ada jawaban dari Andreas. Pria arogan itu hanya mengedik ke arah pintu, mengusir Reyna dari ruangannya tanpa banyak kata.Reyna menghela napas kasar dan berbalik ke arah mejanya sendiri. Suara ketikan pada keyboard menggema memenuhi ruangan yang sudah sangat sepi itu.Kalau bukan karena harus menghidupi diri sendiri dan adiknya, Reyna tidak akan mau jadi orang gila kerja seperti bosnya itu!Reyna memang beruntung bisa bekerja di Hilton House, salah satu perusahaan terkuat dan berpengaruh di negara ini. Sialnya, ia menjadi sekretaris calon pewaris perusahaan, Andreas Hilton. Pria tampan yang tak pernah tersenyum itu benar-benar membuat Reyna harus menambah stok kesabarann
"Istri. Saya membutuhkan istri sekarang juga,” ucap Andreas tepat di hadapan Reyna yang tanpa sadar tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Jelas wanita itu tidak percaya dengan apa yang bosnya katakan. “Bapak sedang bercanda ya?” ujar Reyna seraya menggelengkan kepalanya dan mencoba mengakhiri ketawanya. Namun alangkah terkejutnya ketika mata Reyna mendapati wajah serius bosnya yang kini tengah menatapnya. “Saya harus memiliki anak dulu untuk membuat keluarga saya percaya bahwa saya telah memiliki seorang wanita,” ucap Andreas kembali membuat Reyna semakin tertohok dibuatnya. “Apa seperti kebayakan adegan di dalam drama, Pak Andreas akan dijodohkan jika tidak memiliki seorang kekasih?” gumam Reyna sendirian. “Saya rasa Pak Andreas harus mencarinya sendiri, pernikahan tidak bisa dilakukan tanpa adanya keterikatan,” ujar Reyna membuat Andreas kini menatap sekretarisnya. “Lalu anak, bagaimana saya bisa mendapatkannya dalam waktu singkat?” tanya Andreas kepada Reyna untuk pertama kaliny
“Apa Bapak sangat ingin menikah sampai sembarangan menawarkan saya 2 Miliar?” tanya Reyna yang terlihat sedikit kesal. Andreas dengan cueknya menganggukan kepala, karena bagaimanapun dirinya harus menjadi pewaris resmi kekayaan keluarga Hilton yang telah dibangunnya dengan susah payah. “Saya harus menikah dalam waktu cepat ini, tawaran 2 Miliar itu belum termasuk dengan biaya hidup yang nantinya akan saya berikan,” ucap Andreas membuat Reyna jelas menggelengkan kepalanya menolak. “Diluar sana masih banyak wanita waras yang akan menerima perjanjian pernikahan semacam ini, kalau saya sudah jelas akan menolaknya karena saya bukan wanita normal,” ucap Reyna yang mencoba menahan kesalnya terhadap Andreas. Pria itu baru saja memberikan gambaran pernikahan tanpa cinta untuk Reyna yang begitu menghargai pentingnya sebuah pernikahan. “Saya hanya akan menikah dengan pria yang saya cintai,” ucap Reyna. Sedangkan Andreas malah tertawa dibuatnya. “Cinta, hal itu hanya akan membuatmu merugi Rey
Andreas perlahan membuka matanya dan mengerjapkannya hingga berhasil melihat wajah sekretarisnya yang tengah tertidur. Saat akan menggerakan tangannya, pria itu melenguh kesakitan sembari melihat perban putih disana. “Pak Andreas sudah bangun?” ujar Reyna yang baru saja terbangun dari tidurnya karena merasakan ada pergerakan di pahanya. “Saya minta maaf karena tertidur di kakimu,” ucap Andreas membuat Reyna merasa telah salah dengar. Pak Andreas, untuk pertama kalinya pria itu mengeluarkan kata maaf kepadanya. “Sepertinya apa yang diucapkan dokter Ken ada benarnya,” ujar Reyna membuat Andreas menyerngitkan dahinya. “Kamu berbicara dengannya?” tanya Andreas yang diangguki Reyna. “Tentang keadaan Bapak dan dokter Ken meminta saya untuk membawa Pak Andreas ke tempat saya, saya merasa tempat ini tidak aman untuk ditinggali sendirian,” ujar Reyna. Andreas mencoba untuk bangkit dari tidurnya, dibantu oleh Reyna yang sedari tadi setia menunggu bosnya bangun. “Ternyata kamu bisa berpikir
Suara gelas terjatuh dari luar membuat Reyna segera bangkit dari kasur padahal jam sudah menunjukan pukul satu malam. Namun wanita ini seakan tahu bahwa ada seseorang di luar sana yang tengah merecoki area dapurnya. "Pak Andreas," panggil Reyna ketika melihat seorang lelaki dengan pakaian tidur warna pink tengah mencoba membuka kulkas dengan kedua siku tangannya. "Saya sudah bilang kalau mau sesuatu tinggal panggil saya," ucap Reyna membuat Andreas menganggukan kepalanya. "Saya pikir kamu sudah tidur, jadi saya berinisiatif membuat teh susu sendiri karena tidak bisa tidur," balas Andreas membuat Reyna menghela napasnya dengan berat. Reyna mempersilahkan Andreas untuk duduk terlebih dahulu di meja dapur sedangkan wanita itu mulai membereskan beberapa kekacauan yang dibuat bosnya sebelum menyeduh teh susu untuk Andreas. Selesai menyeduh, Reyna memberikan segelas teh susu dengan sedotan di dalamnya. Tidak sampai disana saja, Reyna bahkan memegangi gelas teh susu yang diminum Andreas