Andreas perlahan membuka matanya dan mengerjapkannya hingga berhasil melihat wajah sekretarisnya yang tengah tertidur.
Saat akan menggerakan tangannya, pria itu melenguh kesakitan sembari melihat perban putih disana. “Pak Andreas sudah bangun?” ujar Reyna yang baru saja terbangun dari tidurnya karena merasakan ada pergerakan di pahanya.“Saya minta maaf karena tertidur di kakimu,” ucap Andreas membuat Reyna merasa telah salah dengar.Pak Andreas, untuk pertama kalinya pria itu mengeluarkan kata maaf kepadanya. “Sepertinya apa yang diucapkan dokter Ken ada benarnya,” ujar Reyna membuat Andreas menyerngitkan dahinya.“Kamu berbicara dengannya?” tanya Andreas yang diangguki Reyna.“Tentang keadaan Bapak dan dokter Ken meminta saya untuk membawa Pak Andreas ke tempat saya, saya merasa tempat ini tidak aman untuk ditinggali sendirian,” ujar Reyna.Andreas mencoba untuk bangkit dari tidurnya, dibantu oleh Reyna yang sedari tadi setia menunggu bosnya bangun. “Ternyata kamu bisa berpikir sejauh ini ya?” ujar Andreas.Reyna memanyunkan bibirnya mendengar kalimat dari bosnya. “Saya tidak bisa tinggal bersamamu, bawa saja ke hotel dekat rumah,” ucap Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya.“Saya tidak bisa meninggalkan Bapak, saya sudah bilang sebelumnya bahwa saya harus tetap di samping Pak Andreas sampai tangan Bapak pulih dari sakit,” ujar Reyna.Andreas yang mendengar itu meminta Reyna untuk mengambil tas kerjanya dan mengeluarkan amplop merah di dalamnya. “Buka dan baca dengan benar, saya adalah pria berintegritas. Karena itu, saya bisa tinggal denganmu kalau kamu mau menandatanginya,” ujar Andreas.Reyna membukanya dan melihat sebuah perjanjian yang tak lain adalah kontrak pernikahan. “Saya sangat membutuhkan bantuanmu,” ucap Andreas dengan ekspresi yang sepertinya tengah menahan sakit di tangannya.“Tapi satu tahun adalah waktu yang lumayan lama,” ujar Reyna.“Jika satu tahun termasuk waktu yang lama, bagi dengan umurmu yang sekarang. Apa setahun akan menjadi waktu yang lama untuk hidupmu?” tanya Andreas membuat Reyna akhirnya mengerti.Reyna akhirnya menandatangi kontrak pernikahan sementara itu tanpa mempertimbangkan hal yang lainnya. “Kamu bisa menyetir?” tanya Andreas.Reyna menganggukan kepala meragu. “Panggil taksi saja, aku akan tinggal dirumahmu selama beberapa hari,” ujar Andreas membuat Reyna mengangguk untuk kedua kalinya.Di dalam taksi, Andreas meminta Reyna untuk membantunya mengeluarkan ponsel di dalam saku celananya. “Ah!” lenguh Andreas bercampur dengan kesal.“Kamu salah memegang sesuatu Reyna, ponselnya berada di bagian lebih kiri bukan di tengah!” ujar Andreas kembali marah-marah.Reyna dibuat kesal lagi, padahal baru beberapa waktu lalu ia merasa kasihan pada bosnya. Padahal Reyna juga sulit memprediksinya karena di dalam taksi ini sangat gelap.Andreas terlihat menghubungi seseorang. “Halo, daftarkan pernikahan saya segera. Seluruh dokumen akan saya kirimkan malam ini,” ucap Andreas membuat Reyna menjadi sedikit meragu untuk melanjutkannya.“Saya tidak yakin Bapak akan betah di apartemen saya yang kecil,” ujar Reyna membuat Andreas menggelengkan kepalanya lalu memilih menyenderkan tubuhnya ke pundak sekretarisnya.Sedangkan Reyna merasa jantungnya kembali berdebar untuk pertama kalinya setelah putus dengan Dario. “Aku bisa mendengar deruhan napasnya,” gumam Reyna.Hingga keduanya sampai di salah satu gedung apartemen bertingkat, Reyna meminta Andreas untuk turun lebih dulu sedangkan ia membawa satu tas yang berisikan beberapa barang penting bosnya.Turun dari lift tak jauh dari sana, apartemen milik Reyna berada disana. “Silahkan masuk,” ucap Reyna pada bosnya yang dengan cuek melangkah memasuki unit apartemen sekretarisnya.“Bapak bisa tidur di kamar Jeremy adik saya, sedangkan kamar saya di sebrang Bapak persis. Kalau ada urusan lain bisa panggil saya saja?” ucap Reyna.Andreas mengangguk. “Saya mau mandi.” ucap Andreas membuat Reyna menganggukan kepala.Reyna menunjuk ruangan kamar mandi di samping dapur namun Andreas malah menunjukan perban di tangannya. “Saya tidak bisa membuka kancing kemeja saya sendiri,” ujar Andreas membuat Reyna harus dengan sigap membukakan kemeja bosnya.“Saya sudah meminta orang mendaftarkan pernikahan kita, otomatis besok pagi saat surat kuasa di keluarkan kita resmi menjadi sepasang suami istri,” ujar Andreas membuat Reyna mengangguk.“Karena itu jangan merasa sungkan untuk membantu saya mandi, saya sudah mengizinkanmu melihat tubuh saya dari atas hingga ke bawah mulai malam ini,” ujar Andreas.Reyna yang dibilang begitu bukannya semakin dibuat tenang malah dibuat semakin tak nyaman. “Jangan asal bicara!” ujar Reyna yang tak sengaja mendorong tubuh bosnya.Melihat Andreas yang akan terpelanting ke belakang, dengan cepat kedua tangan Reyna menarik kerah kemeja bosnya hingga tubuh serta bibir keduanya bertabrakan.Reyna melebarkan matanya ketika bibir bosnya menyentuh bibirnya, dengan cepat wanita itu melepaskan bercumbuan tersebut dan berpura-pura tidak terjadi apapun.“Saya akan menyiapkan handuknya,” ujar Reyna yang langsung pergi meninggalkan Andreas yang hanya bisa diam di tempat menatap kepergian sekretaris sekaligus calon istrinya.‘Apa aku salah bicara?’ ucap Andreas dalam hatinya.Andreas bergegas pergi ke dalam kamar mandi namun ia sangat bingung bagaimana bisa ia membersihkan tubuh dan kepalanya jika kedua tangannya di perban.“Reyna!” panggil Andreas dari dalam kamar mandi.Reyna yang merasa dipanggil dan khawatir jika terjadi sesuatu pada bosnya, akhirnya bergegas menuju ke kamar mandi dan membuka pintu yang memang sengaja tak dikunci.“Aaaaaaaa!!!” teriak Reyna ketika dirinya melihat tubuh telanjang pria dewasa dengan sangat jelas untuk pertama kali seumur hidupnya.Reyna membalikan tubuhnya mencoba untuk menetralkan pernapasannya terlebih dahulu. “Kenapa Bapak memanggil saya?” tanya Reyna.“Apa saya pernah mengajarkan kamu berbicara tanpa menatap lawan bicaramu?” tanya Andreas balik membuat Reyna menelan salivanya perlahan sebelum membalikan tubuhnya kembali menghadap bosnya.‘Hanya tatap matanya saja Reyna, kamu pasti bisa.’ ucap Reyna dalam hatinya.“Saya tidak bisa mandi dan keramas dengan benar,” ujar Andreas membuat Reyna harus mati-matian menahan runtukannya terhadap bosnya.Reyna sudah bilang kalau seharusnya Andreas libur mandi dulu barang satu hari saja, tapi kenapa pria itu sangat batu.“Pak Andreas lalu saya harus bagaimana, tidak mungkin saya memandikan Bapak!” ucap Reyna mencoba untuk lebih bersabar menghadapi pria tampan di hadapannya ini.“Kenapa tidak mungkin, kamu bisa melakukannya dengan izin saya,” ucap Andreas membuat Reyna hampir pingsan dibuatnya.“Saya bahkan tidak pernah memandikan adik lelaki saya yang sudah dewasa, jadi kenapa saya harus memandikan Pak Andreas?” tanya Reyna yang sedari tadi menahan kesal namun masih mencoba untuk bersikap lembut.“Kamu bisa melihatnya di ponsel saya, disana suruhan saya sudah berhasil mendaftarkan pernikahan kita. Otomatis mulai saat ini saya adalah suamimu,” ucap Andreas membuat Reyna tak habis pikir dibuat bosnya.Melihat Reyna yang keras kepala sedari tadi tak menurutinya, terpaksa Andreas harus mengeluarkan jurusnya yang lain. “Kamu mau gajimu di tahan selama satu tahun?” tanya Andreas.“Saya pasien dan saya kedinginan jika terus telanjang,” ucap Andreas kembali membuat Reyna akhirnya menyerah dan mengangguk nurut.“Saya hanya akan menyentuh beberapa bagian saja,” ucap Reyna pada Andreas.Suara gelas terjatuh dari luar membuat Reyna segera bangkit dari kasur padahal jam sudah menunjukan pukul satu malam. Namun wanita ini seakan tahu bahwa ada seseorang di luar sana yang tengah merecoki area dapurnya. "Pak Andreas," panggil Reyna ketika melihat seorang lelaki dengan pakaian tidur warna pink tengah mencoba membuka kulkas dengan kedua siku tangannya. "Saya sudah bilang kalau mau sesuatu tinggal panggil saya," ucap Reyna membuat Andreas menganggukan kepalanya. "Saya pikir kamu sudah tidur, jadi saya berinisiatif membuat teh susu sendiri karena tidak bisa tidur," balas Andreas membuat Reyna menghela napasnya dengan berat. Reyna mempersilahkan Andreas untuk duduk terlebih dahulu di meja dapur sedangkan wanita itu mulai membereskan beberapa kekacauan yang dibuat bosnya sebelum menyeduh teh susu untuk Andreas. Selesai menyeduh, Reyna memberikan segelas teh susu dengan sedotan di dalamnya. Tidak sampai disana saja, Reyna bahkan memegangi gelas teh susu yang diminum Andreas
Andreas dan Reyna keluar dari instansi gedung tempat keduanya mendaftarkan pernikahan. “Kamu pasti masih bingung dengan semua yang baru saja kita lakukan,” ucap Andreas. Reyna menganggukan kepalanya. “Sepertinya saya belum sempat mengucapkan terimakasih, karena uang sebesar itu saya bisa melunasi perawatan berjalan Jeremy dan membayar hutang-hutangnya selama ini,” ucap Reyna. Andreas menelan salivanya, ia bahkan belum mengatakan bahwa Reyna harus melahirkan anak untuknya. Tapi melihat Reyna tak protes setelah menandatangi kontrak yang diberikannya seharusnya wanita itu tidak masalah dengan hal itu bukan. ‘Tidak mungkin dia belum membacanya.’ pikir Andreas. “Itu hanya bonus penandatanganan karena kamu mau menandatangani kontrak pernikahan dengan saya, selanjutnya saya akan tetap mengirimimu uang. Kamu sudah menjadi istri sah saya secara negara,” ujar Andreas. Reyna menganggukan kepala lalu membalas tatapan bosnya. “Saya merasa pernikahan ini harus dirahasiakan dari publik, pesta p
"Reyna, cepat kemari." panggil Andreas dengan wajah memerah. Reyna yang mau beristirahat akhirnya menghampiri bosnya dengan keadaan lelah. “Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak Andreas?” tanya Reyna pada bosnya yang bukannya menjawab pertanyaannya, malah menarik tangannya hingga tubuh Reyna jatuh tepat di dada bosnya. Reyna terkejut dan hendak bangun menghindari Andreas namun pria itu tak membiarkannya pergi dengan mudah. “Kamu mau kemana, tidur bareng saya saja malam ini,” ujar Andreas membuat Reyna kebingungan malam itu. Reyna melirik sekilas wajah Andreas yang memerah. “Mulut Pak Andreas kok bisa bau alkohol?” tanya Reyna yang kebingungan karena sedari tadi bosnya berada di dekatnya seharian. “Panas sekali,” ujar Andreas membuat Reyna mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan bosnya namun terasa tetap saja sulit. Andreas terdengar bergumam terus sedari tadi. “Tolong lepaskan pelukan Bapak,” ucapReyna yang tak ingin Andreas nanti menyesal di pagi harinya. Andreas tak berhenti m
Andreas dan Reyna kembali pulang menaiki bus, sebetulnya pria itu sudah meminta supir untuk menjemput mereka hanya saja sekretarisnya itu memaksa untuk kembali dengan bus saja. Melihat jika menunggu supir datang, pasti akan memakan waktu yang lama. Sesampainya di depan halte apatemen Andreas, keduanya berjalan sebentar hingga sampai ke tempat tinggal pria itu. “Saya sudah mengantarkan Bapak sampai disini, saya izin pulang dulu ya?” pamit Reyna pada Andreas yang menganggukinya. Belum sempat balik badan, seorang wanita paruh membuka pintu apartemen dari Andreas. “Mamah,” panggil Andreas yang sedikit panik karena kedatangan mendadak dari ibunya. “Apa kamu istrinya Andreas?” tanya wanita paruh baya tersebut pada Reyna tanpa berniat menyapa anak lekakinya lebih dulu. Andreas menghela napas berat lalu izin untuk membawa masuk Reyna lebih dulu ke dalam sebelul mengobrol di depan pintu. Setelah semuanya masuk, Andreas mengomeli ibunya yang selalu saja berkunjung tanpa memberitahukan diri
“Saya melihat sedikit penampakan tubuh istri Bapak dari belakang di dalam berita, saya akan coba ambil size yang sekiranya cocok. Jika terasa sempit Bapak bisa menghubungi kami untuk menukarnya dengan size yang lain,” ujar pelayan tersebut membuat Andreas mendadak salah tingkah.Setelah membayarnya Andreas segera mengambil paper bag yang berada di tangan pelayan tersebut lalu masuk ke dalam mobilnya. “Kenapa aku harus melakukan hal sememalukan itu?!” kesal Andreas kepada dirinya sendiri. Andreas menancapkan gas untuk kembali ke rumahnya, sesampainya disana pria itu tak menyapa ibunya yang masih nampak berkutat di dapur sendirian dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Baru saja menutup pintu Andreas dibuat kaget dengan penampakan Reyna yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dibalut handuk putih se-dada saja. “Kenapa keluar tanpa menggunakan pakaian dulu?” tanya Andreas. Reyna mendekat ke arah kasur seraya mengambil pakaiannya. “Saya lupa membawanya ke dalam,” ucap Reyn
Andreas terbangun perlahan sembari matanya menerawang ke arah depan tempat Reyna berada, namun nampaknya pria itu tak berhasil mendapati apa yang dicarinya. Suara hati mulai bertanya-tanya dimana gerangan Reyna saat ini. Andreas bangkit dari tidurnya, pria itu duduk sebentar di pinggiran kasur sebelum memilih untuk pergi keluar mencari keberadaan sekretarisnya. Setelah suara pintu utama apartemen terdengar terbuka, Andreas akhirnya mendapati dua wanita yang tak lain adalah Amera dan Reyna. "Habis dari mana kalian?" tanya Andreas. Reyna tertawa kecil. "Mama mengajak berbelanja dari pagi sekali, Kak Andreas aku bangunkan nggak bangun-bangun jadi kami naik taksi kesana," kata Reyna yang tengah menjelaskan pada Andreas. Andreas meminta Reyna masuk untuk mengobrol sebentar di kamar bersamanya sedangkan Amera memilih mencuci beberapa bahan belanjaan sekaligus mulai memasak sarapan. Di dalam kamar, Andreas nampak menyilangkan kedua tangan sembari menatap Reyna. "Seharusnya kamu tetap i
"Entahlah, sepertinya karena sekretarisku. Reyna, dia wanita yang kamu temui waktu di apartemenku kemarin, nampaknya dia membawa penyakit ini untukku." ujar Andreas. Ken mengganggukan kepalanya. “Tunggu sampai aku pulang, nanti kita bertemu,” ujar Ken pada Andreas dari sebrang telepon sebelum mematikan panggilan tersebut. Reyna nampaknya mengetuk pintu dari luar sebelum wanita itu masuk ke dalam kamar bosnya. “Makanan sudah siap,” ucap Reyna. Andreas terlihat diam dalam beberapa detik sebelum menganggukan kepalanya. “Mama, kapan dia mau pulang?” tanya Andreas membuat Reyna mengambil ponselnya dari kantong lalu memberikannya pada Andreas agar lelaki itu dapat melihatnya. “Tadi Mama minta pesankan tiket jam enam sore, dia mau saya mengantar sampai ke Bandara,” ucap Reyna pada Andreas yang nampak menghela napas berat. “Bapak tidak perlu ikut, biar saya saja yang antar Mama pakai taksi,” kata Reyna melanjutkan kembali ucapannya, namun Andreas menggeleng sembari pergi meninggalkan wan
Tok tok tokSuara pintu membuat Andreas dapat menghindari Reyna yang masih syok sekaligus kebingungan, bahkan wajahnya nampak amat memerah karena kelakukan bosnya sebelumnya. Andreas membuka pintu kamar. “Supirnya sudah di bawah, tolong bantu Mama bawa koper ke bawah sekalian langsung berangkat,” ucap Amera membuat Andreas mengangguk. Reyna yang mendengar itu juga langsung bangkit dari kasur, mencoba untuk melupakan sejenak kejadian barusan. Sebetulnya, Amera merasa aneh ketika melihat wajah Reyna yang begitu merah seperti orang sakit namun melihat Andreas sang anak yang salah tingkah membuatnya seakan tahu apa yang baru saja terjadi dengan mereka berdua. Di dalam mobil, Amera memperhatikan Andreas dan Reyna yang sedari tadi diam tak bergeming. “Gimana kalau kalian berdua ikut ke Jeju, hitung-hitung liburan disana?” tawar Amera membuat Andreas dengan tegas menolaknya. “Kalau begitu biar Papa sama Mama saja nanti kemari lagi, toh kami belum sempat bertemu dengan orang tua Reyna,”