“Benarkah, dia yang dulu pernah menyatakan cinta padamu?” tanya Andreas pada Clara yang menganggukan kepalanya seraya tertawa. Tak terasa selesai membicarakan bisnis, obrolan mereka merembet ke masa sekolah dahulu. Sampai kini menunjukan pukul tujuh malam, Andreas baru sadar harus segera kembali ke rumah “Kenapa buru-buru sekali, aku merasa seiring berjalannya waktu kamu jadi sulit ditemui sebagai seorang teman?” ujar Clara curiga. Clara mengambil ponselnya lalu menunjukan sesuatu di dalamnya pada Andreas. “Direktur Hilton House telah memiliki istri rahasia, apa maksudnya ini?” tanya Clara. “Jangan bilang gosip ini benar adanya, dan kamu bahkan tak bercerita apapun padaku,” ujar Clara membuat Andreas sedikit mempertimbangkan jawaban apa yang harus ia berikan pada wanita di hadapannya ini. “Bukan waktunya kita membicarakan hal ini, aku harus pulang karena masih ada urusan,” ucap Andreas sebelum meninggalkan Clara yang masih kebingungan dengan sikap pria tersebut. Andreas berada d
Andreas bangun dari tidurnya, melihat hari yang sudah cerah membuatnya bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Selesai bersiap, Andreas menuju ke dapur dan melihat Reyna yang sedang masih menggunakan pakaian tidur. Andreas melirik jam di tangan kirinya yang sudah menunjukal pukul delapan pagi. “Kamu tidak salah, jam segini belum mandi?” tanya Andreas pada Reyna yang menoleh ke belakang saat dirinya tengah memotong wortel. Reyna menahan tawanya saat melihat Andreas yang telah rapih dengan pakaian kerjanya. “Hari sabtu-kan ada acara kantor Pak, karena itu hari ini beberapa karyawan yang ikut lomba di liburkan. Termasuk Bapak dan saya,” ujar Reyna membuat Andreas menaikan satu alisnya. “Pekan olahraga!” ucap Reyna mengingatkan bosnya yang memang cukup pelupa jika terkait hal seperti ini. “Saya sudah mendaftar diri saya dan Bapak, kita lomba bersepeda,” ujar Reyna membuat Andreas semakin tidak mengerti. “Kirim proposalnya pada saya sekarang juga,” ujar Andreas membuat Reyna ter
Di perjalanan, Andreas dan Reyna hanya terdiam dan berkonsentrasi pada urusannya masing-masing. Andreas yang fokus menyetir dan Reyna yang terlihat terus memandangi ponselnya."Pak Andreas pernah berkencan sebelumnya?" tanya Reyna yang dengan ceria menanyakannya pada Andreas saat ini. Namun ketika Reyna sadar bahwa pertanyaannya tidaklah baik alias terlalu pribadi, padahal Andreas sudah dari awal memperingatinya untuk tak membahas hal yang sifatnya bukan umum. "Saya hanya bercanda, lupakan saja," ujar Reyna membuat Andreas terdiam sekitar satu menit. "Berkencan secara resmi belum pernah tapi saya pernah dekat dengan wanita," ujar Andreas pada Reyna yang menolah sembari tersenyum seakan tengah meledek bosnya. "Bapak yang galak begini bisa dekat dengan wanita juga?" tanya Reyna meledek Andreas yang sekarang ini tengah menatap galak dirinya.“Saya hanya bercanda,” ucap Reyna membuat Andreas merasa sedikit tertantang. “Mau berkencan dengan saya hari ini, saya akan membuktikannya kalau
Keesokan harinya, Andreas dan Reyna benar benar melakukan lomba bersepeda bersama rekan tim yang lainnya yang diadakan di sebuah hutan. “Tolong ikuti track dengan benar!” ujar seorang yang bertanggung jawab perihal lomba. Tujuh tim berlomba, satu tim terdiri dari satu wanita dan satu pria. “Sudah siap, kita mulai dalam hitungan ke 1,2,3 mulai!” ujar panitia yang bertanggung jawab sebelum meniup pluit dan seluruh peserta mulai berlomba. Andreas melirik Alex yang berada di depan dengan pandangan tidak senang, pria itu merasa kesal setelah mati ketika ia hampir saja terjatuh dari sepeda. Belum lagi Alex terlihat mencuri kesempatan menggoda Reyna di depan sana. Andreas yang tak mau kalah akhirnya mencoba untuk ngebut mengejar Alex di depan sana. Reyna yang sebelumnya asik bersepeda seraya mengobrol dengan teman wanita karena merasa Andreas masih ada di belakang mulai melirik ke belakangnya. “Eh?” gumam Reyna saat tak melihat wajah bosnya di belakang. Reyna yang hendak bertanya denga
“Bu Reyna,” panggil orang orang disana membuat Reyna langsung berlari ke hadapan mereka meninggalkan Andreas yang kini telah dipayungi oleh banyak orang. Bagaimana tidak, seorang atas nekat mencari pegawai di tengah hutan saat hujan badai turun. “Pak Andreas lebih baik langsung ganti baju di dalam mobil,” ujar salah satu pegawai lelaki disana. Andreas menganggukan kepalanya lalu melihat Reyna sekilas lebih dulu untuk memastikan wanita itu sudah baik baik saja. Andreas masuk ke dalam mobil dan berganti baju disana, selesai itu semua orang mulai ikut masuk ke dalam mobil van yang disediakan perusahaan untuk menuju ke rumah makan. Sudah menjadi kebiasaan, ketika lomba selesai pemenang dan hadiah akan diberikan di tempat makan. “Sepertinya lagi hujan begini ini sekali jika minum-minum,” ujar seorang lelaki disana membuat Andreas yang berada di depan sendirian dengan supir melihat ke belakang dari kaca spion tengah. Pria itu terlihat memperhatikan Reyna yang masih terbalut handuk di tu
Di dalam kamarnya, Andreas terbangun ketika mimpi yang sama kembali datang. Ia kembali bermimpi tentang sesosok orang yang terus mengikutinya sedari kuliah dulu. Andreas meminum air di atas nakasnya dan mengambil ponselnya untuk menelpon Clara. Hanya Clara satu satunya orang yang menjadi saksi atas kejadian saat itu, dimana hal tersebut cukup menyisakan trauma untuk Andreas. "Halo, kamu sudah menemukan orangnya?" tanya Andreas pada Clara yang nampaknya baru bangun tidur terdengar dari suara parau wanita itu. "Aku pasti telah membangunkanmu, aku minta maaf dan akan menelponmu besok," ujar Andreas yang langsung mematikan teleponnya saat memihat jam di ponselnya menunjukan pukul dua malam. Andreas mengusuk wajahnya sendiri dengan kedua tangannya, lalu mulai menyalakan lampu untuk mencari obat penenang dan pereda nyeri yang biasanya dahulu ia konsumsi rutin. Tidak biasanya begini namun kenapa mimpi ini kembali lagi, setelah sekian bulan hampir tak Andreas rasakan lagi rasa ini. Gemur
Kini Andreas mengantarkan Reyna ke rumah sakit dengan mobilnya, di dalam perjalanan keduanya terus berpikir tentang banyak hal yang pastinya tentang masalah masing-masing. Andreas pusing, ia ingin kembali membahas perihal masalalunya untuk memberikan petunjuk pada Reyna perihal penyakitnya yang sampai sekarang masih suka kambuh. Sedangkan dalam hati Reyna, wanita ini tak berani membahas masalah yang bahkan dirinya saja merasa tidak enak ketika mendengarnya. Jujur, Reyna cukup syok mendengar pengakuan Andreas yang mengatakan dirinya adalah seorang pembunuh. Namun, Reyna tahu bahwa ia tak bisa membahasnya dengan mudah setelah ini. Pemberitahuan bahwa Jeremy telah sadar saja sudah membuatnya amat senang sekaligus bingung. "Terimakasih karena sudah menawarkan untuk mengantar saya ke rumah sakit," ujar Reyna yang diangguki Andreas. "Tentang apa yang saya katakan di dalam kamar barusan," ucapan Andreas terpotong ketika Reyna menyelaknya berbicara. "Mari kita bahas saat sudah bertemu d
“Acara makan-makan kantor?” tanya Andreas kembali pada Reyna yang menganggukan kepala. Sejak beberapa bulan terakhir Reyna bekerja, Andreas memang tidak pernah ikut dalam acara kantor seperti ini. “Bapak pulang duluan saja, toh biasanya Bapak ngga ikut,” ujar Reyna pada Andreas yang terlihat menggaruk ujung hidungnya. “Kalau saya ikut gimana?” tanya Andreas membuat Reyna langsung menggelengkan kepalanya. “Bukannya Bapak bilang malam ini ada janjian dengan Dokter,” ucap Reyna membuat Andreas mengingat bahwa hari ini ia memang ada janji untuk bertemu dengan dokter spesialis kehamilan. Ia ingin berkonsultasi perihal cara membuat anak yang baik dan benar juga mempercepat kehamilan, karena bulan madu yang nanti ia siapkan ini harus berjalan dengan lancar. Tapi di lain sisi, Andreas tidak mau meninggalkan Reyna bersama dengan Alex yang genit dan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. “Nanti telat loh, Pak. Ini sudah jam lima sore,” ujar Reyna mengingatkan Andreas yang sedari tadi