Reyna memanyunkan bibirnya seharian ketika mengingat Narumi kembali ke hadapan Andreas, bahkan seharian ini Andreas tidak sama sekali tersenyum kepadanya setelah kedatangan teman masa sekolahnya dulu.Reyna inhin menanyakan percakapan apa saja yang dibahas oleh mereka pada Andreas, namun ia tidak mau nantinya hal itu akan menjadi bumerang bagi hubungan mereka sekarang. “Bapak lagi ada masalah ya?” tanya Reyna memberanikan dirinya mendekati Andreas yang berada di atas kursi meja kerjanya.“Memangnya kelihatan?” pertanyaan balik dengan respon positif dari Andreas membuat Reyna sedikit lebih berani untuk mendekat pada pria itu. Andreas menyadarinya, namun pria itu berpikir sejak kapan Reyna bisa menjadi wanita yang selalu penasaran begitu. “Kemarilah, lebih dekat lebih baik,” ujar Andreas pada Reyna yang saat itu tak memiliki kecurigaan sama sekali. Reyna kini tepat berada di samping kursi yang tengah di duduki Andreas seraya memandang pria itu. “Lucu sekali,” ucap Andreas membuat Rey
"Aaaannmngh!" lenguh Andreas ketika miliknya berhasil tertanam di dalam rahim Reyna. Namun entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, atau mungkin saja kehamilan Reyna benar adanya. "Ahmngsh!" lenguh Reyna sembari menggerakan sendiri miliknya. Andreas menggigit bibirnya. "Ah, Reyna tunggu!" ucap Andreas dengan sedikit ketakutan.Andreas tidak ingin menyakiti calon bayinya jika benar memungkinkan Reyna benar benar tengah hamil anaknya. "Ah, mnghshg Reyna jangan digerakanmngsh ah!" lenguh Andreas. Reyna menelan salivanya dan terlihat masa bodoh dengan apa yang dikatakan Andreas, entah mengapa pula Reyna merasa dirinya kali ini lebih bersemangat ketika bercinta dengan bosnya ini. Andreas dengan paksa mengeluarkan juniornya yang masih keras itu dari kewanitaan Reyna. "Ah, kenapa dilepas?" tanya Reyna penuh tanda tanya kepada Andreas. "Bagaimana jika kamu yang di atas saja?" ujar Andreas yang tanpa basa-basi menarik tangan Reyna ke sofa yang ada di ruangan ker
Setelah sesi bercinta mereka sebelumnya di dalam kantor yang cukup panas kemarin, Andreas dengan sedikit kekhawatiran menunggu dokter pribadinya itu menghubunginya. "Hah, kenapa jam segini masih belum ada kabar?" gumam Andreas sendirian di ruang tamu. Sedangkan Reyna yang baru bangun tidur tak sengaja melihat keberadaan Andreas yang terkiuat bengong di hadapan televisi yang menyala. "Pagi Pak," sapa Reyna membuat Andreas melirik ke arahnya sebentar dengan cuek. Reyna memanyunkan bibirnya saat tak mendapat balasan apapun dari Andreas, alhasil Reyna berjalan ke dapur untuk mengambil air mineral seperti rencana sebelumnya."Ah, iya. Pak Andreas saya izin untuk keluar rumah hari ini, karena tanggal merah seharusnya saya bebas dan memiliki waktu sendirikan," ujar Reyna membuat Andreas kini mengerutkan dahinya penasaran. "Kamu bilang apa?" tanya Andreas untuk memastikan lagi. "Saya hari ini tidak dirumah, toh kantor juga liburkan," ucap Reyna membuat Andreas masih saja penasaran ingin
Andreas bisa mendengar lenguhan yang nampaknya sengaja di tahan oleh Reyna. “Buka kakimu jika ingin aku segera menghentikannya,” bisik Andreas. Reyna menelan salivanya dengan sulit walau akhirnya ia menuruti juga perintah Andreas yang berada di sampingnya. “Ah!” lenguh Reyna sembari menggigit bibir bawahnya. Mata Reyna mulai sayup-sayup terpejam ketika tangan Andreas mulai meraba dinding kewanitaannya. “Pak! Saya tidak bisa melakukannya disini,” ujar Reyna sembari menatap mata Andreas. “Kalau begitu temui saya di dalam toilet satu menit lagi, jika tidak saya akan melakukannya disini,” bisik Andreas sebelum akhirnya pergi meninggalkan Reyna ke dalam bilik toilet lebih dahulu. Sedangkan Reyna, nampaknya wanita itu sudah tak bisa melakukan apapun lagi selain pasrah mengikuti kemauan bosnya. Entah sejak kapan Reyna terus menuruti kemauan bosnya hingga dirinya lupa bahwa mereka tak memiliki hubungan yang lebih dari kawin kontrak.Dan dengan perasaan yang gugup, Reyna mulai melangkahkan
Andreas dan Reyna saling menatap dengan pandangan yang penuh gairah. "Kenapa menatap saya seperti itu?" tanya Reyna dengan terbata-bata. “Memangnya tidak boleh, toh saya yang punya mata,” ucap Andreas membuat Reyna terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali menggigit bibir ketika ia merasa dua jari Andreas berada di dalam miliknya. “Sebentar lagi kita sampai, saya tidak bisa melanjutkannya lagi,” ujar Reyna membuat Andreas tertawa kecil sebelum akhirnya melepaskan jemari tersebut dari bibir bawah istri kontraknya.Kini Reyna bisa bernapas sedikit lebih lega. “Biasanya kamu keluar lebih banyak dari ini, haruskah kita melakukannya lagi?” tanya Andreas membuat Reyna menggeleng dengan cepat. Pemberitahuan bahwa sebentar lagi kereta akan berhenti membuat Andreas harus berhenti juga menggoda Reyna. Andreas melihat Reyna yang nampaknya kesusahan menggunakan kembali tali branya, alhasil Andreas membantu Reyna untuk mengaitkannya dari belakang. Sentuhan tangan Andreas di punggungnya sudah p
JDAR!Suara petir yang mendadak membuat Reyna otomatis melompat kepelukan Andreas sampai pria itu bisa dengan jelas merasakan debaran jantung wanita di dalam gendongannya. Gemuruh hujan mulai semakin terdengar, suasana malam ini menjadi lebih dingin setelah air hujan mulai turun. “Panas,” gumam Reyna ketika kulit wajahnya bersentuhan dengan leher Andreas. Reyna menelan salivanya sebelum akhirnya memberanikan diri menyentuh dahi pria di hadapannya. “Wajah Bapak pucat, apa sedari ini Bapak menahan sakit?” tanya Reyna dengan wajah khawatir. Andreas menggelengkan kepalanya sembari mengeluarkan smirknya. “Apa kamu sedang mengkhwatirkan saya?” tanya Andreas sebelum akhirnya kepala pria itu jatuh di pundak Reyna. Reyna panik namun ia dengan segera membawa tubuh berat Andreas untuk ditidurkannya di atas kasur. “Pak Andreas, bangun Pak!” Reyna mencoba menyadarkan pria itu dengan menepuk pipinya. Hingga mata Andreas terbuka sedikit lalu menatap dalam Reyna yang berada di hadapannya. “Kena
"Uhmngsh!" lenguh Reyna yang tanpa sadar memejamkan matanya dengan tangan kanan milik Andreas yang sudah berada di depan celana dalamnya.Suara derasnya hujan malam itu membuat suasana malam itu menjadi semakin bergairah bagi Reyna. Jiwanya yang haus seperti ditelan napsu kembali lagi, rasanya Reyna ingin sekali terus mendapat belaian dari Andreas. "Uh!" lenguh Reyna ketika dengan sengaja menggesek tangan kanan milik Andreas tepat di kewanitaannya yang masih terbalut kain dalaman. "Bukankah kita sudah benar benar menikah, seharus tidak masalah bukan jika aku melakukan ini kepada suamiku sendiri," pikir Reyna yang masih tak mau menyalahi aturan dan prinsip yang telah ia pegang teguh sejak dulu. "Uhmn, Pak mngsh," lenguh Reyna semakin kencang karena suaranya cukup tertutupi oleh gemuruh hujan di luar sana. Tangan Andreas yang terasa hangat karena demam bisa dirasakan oleh Reyna yang sedang menyentuhnya. Sebenarnya ada ketakutan tersendiri untuk wanita itu, jika saat ini Andreas mem
Andreas menguap berkali-kali saat dirinya ditugaskan untuk menjadi seorang kasir di kedai. “Kapan kita pulang?” tanya Andreas pada Reyna yang sedang membantu melayani tami di kedai. “Saya sudah bilang, Bapak bisa pulang duluan dan meninggalkan saya disini,” ujar Reyna sebelum kembali mengangkat piring kotor di salah satu meja. Andreas yang khawatir dengan kandungan istrinya itu mau tidak mau membantu Reyna yang tak menyangka jika Andreas bisa membantunya. “Kamu jadi kasir saja sana, biar saya yang angkat piring kotor,” ujar Andreas membuat Reyna ragu jika bosnya itu bisa mengerjakan hal seperti itu sendirian. “Bapak tidak akan memecahkan semua piring disini bukan?” ujar Reyna curiga. Andreas mengangguk. “Tenang saja,” ucap Andreas yang langsung merebut nampan dari tangan Reyna. Bagaimana caranya agar Andreas bisa membuat Reyna pulang dan beristirahat saja dirumah selama kehamilannya, juga bagaimana caranya untuk mengungkapkan kehamilan tersebut pada wanita itu. “Apa yang harus ak