"Boleh aku bertanya, Tuan?" ucap Kaylee yang berada di samping Kenzo. Mereka masih berada di bawah selimut setelah selesai melakukan hubungan suami-istri."Tanya apa?" Kenzo menolehkan wajahnya dan tersenyum sangat manis. Senyumnya mampu membuat getaran di hati Kaylee. Untuk pertama kalinya, wanita itu sangat merasa bahagia berada di sisi suaminya."Apa yang Tuan katakan tadi serius? Kalau tidak ada lagi pernikahan kontrak! Lalu bagaimana dengan kita!""Kapan aku tidak pernah serius dengan ucapanku?"Kenzo mengatur posisi. Ia membalikan tubuhnya hingga berhadapan dengan Kaylee yang masih berada disampingnya."Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku! Mari kita akhiri pernikahan kontrak ini. Kita sudah sah di mata hukum dan agama. Jadi lupakan saja kesepakatan itu!" jawab Kenzo begitu tenang mampu membuat Kaylee meneteskan airmata matanya."Apa itu artinya, Tuan....."Kaylee tak melanjutkan perkataannya. Ia terlalu takut mendengar jawaban dari pria itu. Takut jika jawabannya tak sesuai deng
"Kenzo!"Gabriella mendekat ketika melihat Kenzo yang baru saja keluar dari kamarnya. Wanita itu langsung bergelayut manja di lengan Kenzo membuat Kenzo tidak nyaman dan langsung melepaskan pegangan tangannya.."Ayolah, kamu kan, sudah janji mau menemaniku hari ini!" bujuk Gabriella merajuk."Ini kan, sudan malam. Kenapa tidak besok saja. Bukankah sudah kubilang tadi, aku tidak bisa!" jawab Kenzo dengan tegas.Gabriella mengerucutkan bibirnya kesal mendengar Kenzo yang kembali menolaknya.Padahal sebelumnya, Kenzo terlihat bisa saja dan tak banyak menolak."Ada apa denganmu? Kenapa kamu berbeda?" tanya Gabriella."Jadi benar, wanita itu sudah mencuci otakmu, sampai kamu tidak mau menerima permintaan ku! Bahkan hanya untuk sekedar menemaniku saja kamu menolaknya.""Cukup, Gabriella! Tidak ada yang mencuci otak siapapun. Tolong hargailah, dia istriku ...."Gabriella terpaku, matanya membelalak dalam kekecewaan mendalam. Ketika akhirnya pemahamannya menemukan pijakan, gelombang sesak teru
Di dalam kamarnya yang sunyi, Kaylee duduk sendirian di tepi tempat tidur dengan ponsel yang berada di pangkuannya. Layar ponsel yang gelap menampakkan tidak ada kehidupan, tidak ada pesan atau panggilan masuk dari Kenzo. Sementara waktu terus berlalu, hari semakin larut malam dan angin mulai menusuk tulang. Kaylee merasakan dinginnya salju yang menyusup masuk ke dalam ruangan, membuatnya menggigil meskipun sudah memakai beberapa lapisan pakaian tebal. Rasa dingin di dalam hatinya semakin memperkuat kesendirian yang ia rasakan di malam itu."Kenapa tak ada kabar? Apa yang sebenarnya terjadi? Semoga semuanya baik-baik saja!"Rasa cemas mulai merayapi pikirannya, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di rumah sakit? Kaylee bingung dan tak tahu harus melakukan apa? Hendak menyusul ke Rumah sakit, tapi dia tak tahu dimana alamatnya. Beberapa kali menghubungi Kenzo, tapi tak kunjung ada jawaban."Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Harusk
Esok pagi, sinar mentari menyinari koridor rumah sakit, menciptakan bayangan di dinding putih. Haris baru saja tiba di rumah sakit tempat Gabriella dirawat.Di sana, di sudut ruang tunggu, ia melihat dua sosok familiar, Marko dan Digo. Kedua pria itu segera mengangkat kepalanya dan membungkukkan tubuh mereka dengan hormat saat melihat Haris mendekat. "Tuan Haris!" sapa keduanya."Di mana Kenzo?" tanyanya mengedarkan pandangan, namun belum menemukan seseorang yang ia cari."Tuan semalam pulang, karena harus menemani istrinya. Kami akan segera menghubunginya!""A-apa? Istri?"Haris membelalakkan matanya, seakan tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya dari Digo. Pertanyaan itu menyelinap ke dalam benaknya. Kapan Kenzo menikah? Bagaimana mungkin dia tidak tahu? "Iya, Tuan!"Kemarahan sudah tercetak jelas di wajahnya. Ia benar-benar merasa tidak senang mendengar kenyataan itu. Sebab ia sudah meminta Kenzo
Chapter 43 Istri 500 JutaKenzo menarik lengan Kaylee melewati koridor rumah sakit yang sunyi, langkahnya yakin dan hatinya teguh. Tidak peduli jika Haris akan marah padanya, karena Kenzo ingin mereka tak terus mengharapkannya. Ia yakin kalau keputusannya sudah tepat. "Mereka pasti akan marah! Aku takut, mereka dendam padamu!" ucap Kaylee hingga membuat sang suami menoleh."Aku tidak peduli. Sudah cukup mereka mengusik kehidupan pribadiku!" jawabnya dengan suara tegas.Keduanya kini masuk ke dalam mobil. Kenzo menoleh pada Kaylee dan menggenggam tangannya."Boleh aku meminta satu hal padamu?" tanyanya membuat wanita itu ikut menolehm"Apa itu?""Apapun yang terjadi, tetaplah bersamaku!" Kaylee melipat keningnya tak mengerti dengan apa yang di katakan suaminya. Karena ia tak mau banyak bertanya, akhirnya ia memilih untuk menjawab iya."Tentu saja aku akan selalu bersamamu. Kamu bukan lagi Tuan lemari e
Beberapa Minggu kemudianSaat ini, Kenzo sudah berada di CyberNex Corporation. Semenjak peluncuran produk baru, keadaan perusahaan semakin membaik. Para Staff yang awalnya di PHK, kini sudah di panggil kembali untuk bekerjasama."Selamat pagi!" ucap Kenzo memberi sambutan.Kini, mereka berkumpul diruang meeting karena Kenzo akan memberitahu berita penting. "Pagi, Pak!" jawab para Staff itu bertepuk tangan dengan senyum mengembang. "Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua staff yang telah setia bekerja keras untuk membangun kembali perusahaan ini dengan baik. Berkat kerja keras kalian, keuangan perusahaan mulai stabil, dan saya sangat bangga dengan pencapaian kita bersama."Para staff pun kembali bertepuk tangan dan bahagia saat CyberNex yang hampir gulung tikar itu, kini bisa berdiri kembali dengan kokoh. Dan semua tentu berkah Kenzo. Tanpa mereka tahu, jika Richardo, sang pelaku sudah pergi ke ne
Setelah menempuh penerbangan yang panjang, Kaylee dan Kenzo akhirnya sampai di Adenville. Di dalam limousine menuju rumah mereka, ia merasa lega karena udara Adenville begitu berbeda dengan City Neuron yang dingin dan basah oleh salju. Menghirup udara segar dengan penuh kelegaan, merasakan kehangatan mentari dan udara yang mengalir di sekitarnya. Setelah perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya bisa bersantai di rumah mereka yang nyaman di Adenville."Akhirnya sampai juga!" ucap Kaylee mendudukkan dirinya di sofa.Marko dan Digo sudah membawakan koper mereka ke dalam, tinggal para pelayan yang merapikan kembali. "Istirahatlah dulu, kamu pasti lelah!" ucap Kenzo duduk di samping istrinya dan mengelus lengannya."Aku akan beristirahat, tapi perutku lapar sekali!" keluhnya karena memang tadi di pesawat dia belum makan apapun. Udara dinginnya membuatnya tertidur sepanjang penerbangan."Tunggulah, aku akan meminta pelayan untuk membawakan makanan untukmu!"Kaylee tersenyum dan berteri
Kaylee sibuk mengaduk-aduk masakan di atas kompor sambil sesekali melirik jam di dinding dapur. "Sayang, cepatlah! Sarapanmu hampir siap," ujarnya setengah berteriak sambil terus fokus pada masakannya.Mansion yang besar itu tentu saja membuat suara Kaylee menggema di pagi hari. Ini adalah suasana baru yang Kenzo rasakan. Ia yang sedang sibuk di dalam kamarnya dengan beberapa barang yang dimasukkan ke dalam tas itupun, bergegas keluar sambil untuk menghampiri istrinya. "Iya, sayang. Aku akan segera siap," jawab Kenzo sambil tersenyum dan menghampiri istrinya.Kaylee tersenyum simpul saat merasakan sebuah tangan menyentuh pinggangnya dengan lembut. "Kamu membuatku terganggu, sayang," bisik Kenzo sensual membuat Kaylee bergidik karena suara suaminya selalu membangkitkan gairahnya."Hmm .... ayo duduk, sarapanmu hampir matang," ucap Kaylee menepuk tangan suaminya agar mau melepaskan pegangannya dari pinggangnya karena gerakannya terbatas..