"Aina, kalau kamu mau kamu bisa menginap di apartemenku..." Johan memberikan sebuah penawaran."Apa?" Aina seperti tidak percaya dengan apa yang ia dengarkan."Tenang, apartemenku punya dua kamar. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu!" Johan meyakinkan jika ia tidak akan melakukan perbuatan kotor layaknya laki-laki hidung belang."Tapi..." Aina masih ragu-ragu mempercayai."Tenang.. Aku akan membelikanmu makanan dulu.. Tunggu di mobil.." Johan melambaikan tangan sambil menutup pintu mobil.Malam ini, Johan nampak menjadi pria sejati di mata Aina. Meski mereka pernah bertengkar hebat, pertikaian itu menjadi tidak ada nilainya lagi.Aina menganggap Johan adalah pahlawannya. Pria yang menyelamatkan kesuciannya dari pria bejat seperti Novan.Dari jauh nampak Johan membelika makanan siap saji dan pergi ke toko pakaian yang ada di sebelahnya. "Apakah kamu lapar?" Johan memberikan sebuah kotak berisi nasi dan ayam goreng."Makanlah.." perintah Johan."Apa itu?" Aina bertanya tentang isi
"Ayo Aina segera pergi dari sini. Pagi ini kamu harus bekerja..." kata Teddy.Tangan kanan Teddy segera menarik lengan Aina."Letakkan cangkir itu di atas meja..." perintah Teddy."Tuan, tapi saya...." Aina merasa tidak nyaman dengan perlakuan Teddy."Bos, biarkan dia tinggal disini..." Johan menahan Teddy.Tangan Johan menarik tangan kiri Aina. Jadilah peristiwa tarik-menarik antara Johan dengan Teddy."Tuan..lepaskan saya..." Aina berteriak pada Teddy."Kamu mau tinggal disini? tempat sekecil ini? Teddy meyakinkan Aina agar dia mau meninggalka apartmen Johan."Iya..." jawab Aina mantab."Omong kosong. Sudah. Aku sudah punya tugas untuk Teddy. Kamu sudah kuangkat menjadi asisten pribadiku..."Teddy tetap bersikeras untuk membawa Aina pergi."Johan. Maju selangkah, pistol ini akan menembus dadamu!" Teddy menodongkan pistol.Melihat sebuah pistol asli di tangan Teddy, Aina merasa ketakutan. Ia kemudian menuruti semua perintah Teddy agar Johan tidak dianiaya olehnya."Oke Johan? Kami ak
"Bunuh aku tuan..Bunuh aku..." Aina terus mendengungkan kalimat pembunuhan.Mata Teddy masih tak bisa lepas dari rambut Aina yang terurai bebas. Hanya dalam satu kali gerakan, Teddy sudah bisa melepaskan kerudung Aina."Diamlah.." Teddy memegang Aina dengan kuat."Cuuuiiihhh..." Aina meludahi Teddy tepat di mukanya.Segera Teddy menghapusnya dengan kerudung Aina yang ia pegang."Kamu gila Teddy!" Aina memanggil Teddy tanpa kata tuan lagi.Bagi Aina, Teddy adalah laki-laki yang sama menjijikkannya dengan Novan."Bunuh aku!" Telinga Teddy terasa penuh dengan kalimat itu. Hingga akhirnya Teddy mengambil pistol yang ada di saku belakangnya."Mau aku bunuh dengan ini?" Teddy mengacungkan pistolnya.Seketika Aina terdiam. Melihat pistol itu membuat Aina lebih takut daripada sekedar ancaman Teddy."Aku akan membunuhmu setelah aku menikmati keindahan tubuhmu Aina...hahahaha"Aina men
"Aina..." Teddy menyapa Aina yang membawa kopi.Seperti biasa Aina menyiapkan sarapan pagi untuk Teddy. Karena Bik Asih tidak ada di Istana Putih, Aina harus membantu urusan domestik dapur pagi ini."Silahkan.." Hanya mengucapkan satu kata dan berlalu."Aina..tunggu dulu!" Panggilan Teddy membuat Aina berhenti berjalan."Tolong ambilkan gula..." tidak biasanya Teddy menggunakan kopi dengan gula."Baik.." Aina menjaga jarak dengan Teddy. Ia hanya bicara seperlunya tanpa menambah-nambahi kata untuk bicara. "Ini.." Aina meletakkan gula di samping kopi.Teddy yang usianya jauh lebih tua tentu juga paham dengan karakter Aina. Hanya dengan melihat sorot kedua bola mata Aina, Teddy bisa dengan gampang membaca pikiran atau mood Aina saat itu juga."Aina, tolong tuangkan satu sendok teh gula..." Teddy sengaja mengulur waktu."Silahkan.." setelah menambahkan gula Teddy berkomentar gulanya terlalu manis."Buatkan kopi lagi, tanpa gula..."Makin lama Aina makin tersulut. Pada akhirnya Aina menyu
"Siapa Anda?" tanya Pak Penghulu. "Perkenalkan saya Teddy.." "Dimana calon mempelai pria?" Pak Penghulu keheranan mengapa sosok Johan tidak muncul sekarang. "Johan? Dia sebenarnya merampas mempelai perempuan saya Pak..." Semua yang ada di ruang tamu kecil terkejut, tak terkecuali Aina. Aina benar-benar dalam situasi sulit dan merasa terpojokkan. Beberapa kali Aina mencoba menelpon Johan, nihil. Tak ada jawaban dari Johan. Entah apakah ini rencana busuk Teddy atau bukan, Aina masih bertanya-tanya. "Adek Aina, ini bagaimana sebenarnya? Apakah adek Aina diculik oleh Adek Johan?" Setelah diinterogasi oleh Pak Penghulun dan bapak-bapak yang lain, Aina malah semakin bungkam. Ia seakan tidak bisa banyak memberikan penjelasan. Meskipun Teddy tidak banyak berbicara, Aina bisa merasakan ancaman dari Teddy hanya dari tatapan mata Teddy saja. "Lalu bagaimana ini Pak?" Teddy bertanya pada Pak Penghulu. "Sepertinya kita
"Aina..." Teddy memanggil Aina yang masih duduk di lantai."Naiklah kemari.." Teddy menepuk tempat di sampingnya.Aina masih terdiam. Meski malam sudah mulai menjemput, hatinya masih gusar. Belum bisa menerima kenyataan."Ayolah..." Teddy sedikit memaksa."Ceraikan aku!" mulut Aina seolah dengan mudah mengucapkan kata cerai. "Ceraikan..." ia mengulangi.Raut muka Teddy berubah mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Aina.Braakkk ..Teddy membanting pintu kamarnya dan pergi keluar. Kembali ia mengendarai motor gede kesayangannya yang terparkir di garasi. Entah berapa puluh purnama ia tak pernah menyentuhnya. Brummmm brummmSuara motor gede buatan Amerika memecahkan malam di Istana Putih. "Tuan mau kemana?" tanya penjaga pintu gerbang depan."Aku mau keluar sebentar..."Kemana Teddy akan pergi? Penjaga pun tak tahu pasti ia akan kemana. Yang jelas, pembantu yang sudah lama bekerja hafal tabiat Teddy. Jika ia menggunakan motor gedenya, mood Teddy sedang buruk.**Kriiinggg....Pu
"Yang jelas kamu harus melayaniku malam ini. Titik!" Teddy melepaskan baju atasannya. Kini Aina harus melihat Teddy yang hanya mengenakan celana boxer dan tidur di sebelah kanan. Aina sedikit canggung menghadapi pemandangan yang begitu asing baginya. "Ainaaa..." Teddy memanggil Aina lagi. Aina tidak bergerak, bahkan ia tidak bergeser sedikitpun dari posisi duduknya. "Kamu mau apa? Apa kurangnya aku?" "Aku sudah bilang, aku bukan istrimu dan aku tidak akan mau melayani nafsu bejatmu!" Aina berkata sambil memalingkan muka lagi. "Baiklah kalau itu maumu..." Diluar dugaan, Teddy membuka mukena yang masih dikenakan Aina dengan paksa. Tangan Aina terus menelungkup untuk melindungi mukenanya. Tapi sayang, tenaga Teddy terlalu besar untuk dilawan oleh wanita seperti Aina. Dari segi fisik tentu sudah sangat jauh berbeda. Teddy yang berpostur tinggi besar tentu akan dengan mudah melawan Aina. "Buka mukenamu!" Teddy sudah
"Aina bangunlah..." Teddy memegang pipi Aina dengan lembut. Tangan Teddy yang dingin membuat Aina mulai sadarkan diri. Perlahan Aina mulai membuka mata. Tak disangka wajah yang pertama kali dilihat oleh Aina adalah pemilik wajah yang paling ia benci; Teddy! "Kamu tadi pingsan, aku dihubungi oleh Hana menggunakan ponselmu.." Aina terdiam. Meski ia merasa sangat lemas, tak satupun kata sakit terucap dari mulutnya. Mata Hana melihat ke arah luar, diam-diam ia melihat Johan sepintas berada di dekat jendela luar. Namun beberapa detik kemudian, ketika mata Aina dan Johan saling berpandangan, ia lantas menghilang dalam waktu sekejap. "Hei apakah kamu melihat sesuatu? Apakah kamu melihat hantu?" gurau Teddy, Mendengar gurauan Teddy, Aina masih saja mematung. Ia menganggap Teddy adalah makhluk yang paling menjijikkan yang ia kenal. "Silahkan diminum Mbak Aina...." Lilik membawakan segelas susu hangat untuk Aina. "Terimakasih Lilik..." kata Hana. "Ayo minumlah..." Teddy mengambil susu d