Sebelum Liora menyelesaikan ucapannya, terdengar erangan panjang dari dalam.Storm langsung menyeruak masuk dan menuju sumber suara. Di saat itu, Liora juga langsung berlari masuk lagi disusul Savanah.Storm sudah berada di kamar orang tua Savanah ketika Liora dan Savanah berhasil menyusulnya.“Zach!” seru Liora menghambur masuk begitu dia tiba di sana.Savanah yang di belakangnya pun tak kalah terkejut.Ayahnya terkapar di lantai dengan kursi di sampingnya ikut terjerembap.Yang lebih mengiris hati adalah ekspresi Zach yang terlihat tak bisa bicara bahkan menggerakkan anggota tubuhnya.“Kita harus membawanya ke rumah sakit,” kata Storm sembari memapah Zach agar bisa duduk.“Ayo kita bawa dia,” ucap Liora dengan suara yang lirih. Kesedihan dan kekhawatiran tak bisa dia sembunyikan dari wajahnya.Zach sedang mengeluhkan tubuhnya yang terus terusan lemas dengan tangan yang terasa seperti
“Aku berterima kasih dengan tawaranmu menyewa perawat pribadi untuk ayahku. Tapi aku tidak bisa terus membebanimu, Storm. Biarkan nanti aku mengganti tarif sewa perawat serta makan malam tadi. Jangan kau terus yang membayarnya.” Suara AI bergema dari ponsel Savanah ketika mereka telah berada di kamar. Savanah duduk di ranjang dan Storm di sofa tempatnya tidur. Kedua alis Storm mengernyit heran saat mendengar ucapan Savanah dari aplikasi ponsel. Lalu Storm menggeleng. “Tak perlu. Aku sudah mengatakan aku yang membayar, maka aku yang akan membayarnya.” Cepat-cepat Savanah mengetik lagi, “Tapi, sudah banyak sekali pengeluaranmu. Belum lagi kasus tilang kemarin. Please biar aku yang membayar tarif perawat untuk ayahku. Kau kan masih harus membayar tilang.” “Tak usah kau pikirkan juga tentang tilang. Aku sudah meminta orang untuk mengurusnya. Tenang saja.” Savanah terhenyak. Lalu cepat mengetik lagi. “Orang? Maksudmu orang yang mengurusnya itu bagaimana? Kau menyuap? Atau kau menganc
LIora: [Daddy sudah diperbolehkan pulang, Sav. Nanti sore kau dan Storm mampirlah ke sini.] Savanah: [Baik, MOm. Nanti sore kami akan ke sana.] Pesan dari ibunya cukup membuat Savanah tenang dan lega. Setidaknya ayahnya sudah di rumah dan ada yang mengurusnya. Langkah kakinya menyusuri halaman samping Paradise Cakery pun terasa lebih ringan. Apalagi setelah turun dari Jeep milik Storm, kata-kata Storm terus menggema di kepala Savanah. Sore nanti ada kejutan lain menanti? Kejutan apa lagi? Satu set lengkap oven dengan merk ternama saja sudah membuat jantungnya meloncat hingga menubruk langit hatinya, kini Storm masih menjanjikan kejutan lainnya? Tanpa kejutan pun pertolongan Storm untuk menyediakan perawat bagi ayahnya sudah dirasa Savanah teramat berarti. Savanah tak bisa menampik dia sangat tersentuh plus kegirangan saat ini. Apalagi Storm sudah menyatakan bahwa semua pemberiannya bukanlah berasal uang haram. Dan walaupun Storm tidak mengiyakan bahwa dia memiliki pekerjaan
“Iya juga ya. Kalau sudah hamil ya harusnya sudah dekat dari lama. Kenapa Brianna menggodanya seperti itu?”Di saat Freya dan Reese berspekulasi sendiri, Clara menambahi, “Ya namanya juga gatal dan murah. Perpaduan dua itu tidak perlu kedekatan hubungan untuk bisa bersatu tubuh!”“Oh, begitu kah?”“Ya iya lah! Masih pakai tanya!”Mendengar itu, Milka mendekati mereka lalu berbisik, “Bukan seperti itu juga kok!”“Loh lalu?”Semakin dekat ke telinga tiga teman-temannya itu, Milka juga menambah intens bisikannya. “Aku baru mendengar ini dari adik iparku semalam! Dia itu ternyata hamil dengan pria lain. Pria tak dikenalnya. Makanya kakak tiri Moreno yang urakan itu yang terpaksa bertanggung jawab!”Freya, Reese, dan Clara terkesiap dengan wajah shock. Mereka menatap Milka lalu gegas menatap Savanah yang sibuk mengaduk tepung.Sungguh mereka tak menyangka jika Savanah bisa seperti itu!Hamil dengan pria tak dikenal? Itu jauh lebih buruk dari hamil dengan kekasih sebelum menikah!
Masih dengan ponsel yang menyuarakan suara AI yang super datar, Savanah berkata lagi, “Aku tidak percaya! Di dunia ini, kau sudah merebut milikku. Sekarang, aku dikatakan seperti ini, kau lah yang paling mungkin menyebarkannya!”“Hei, Savanah! Jangan asal menuduh! Coba sekarang kau tanyakan mereka, apa mereka mendengar semua itu dariku? Apa aku yang menyebarkannya?!”Milka menunjuk tiga pengikutnya itu. Clara menggeleng dengan cepat karena dia pengikut sejati Milka. Apapun yang Milka katakan, dia akan mensuport tanpa pamrih. Sekalipun di saat seperti ini, Milka jelas-jelas menggunakannya sebagai tameng, Clara tetap mensupportnya.Tapi Freya dan Reese jelas terkejut mendengar ucapan Milka. Jelas-jelas tadi Milka sendiri yang membisikkan isu kehamilan Savanah ini pada mereka. Bahkan dari beberapa hari lalu, Milka juga yang mengatakannya pertama kali.Namun saat ini, pelototan mata Milka begitu mengerikan sehingga Freya dan Reese tak berani berkata yang sebenarnya. Apalagi Clara terlihat
“Tidak apa-apa,” sahut Savanah lewat suara ponselnya.Dia tetap tidak ingin membahas apa yang terjadi di tempat kerjanya pada Storm. Apalagi semua itu berhubungan dengan Milka. Memikirkannya saja sudah membuat Savanah malas.Mereka singgah di rumah orangtua Savanah.Di sana, Savanah lebih banyak duduk di samping ayahnya yang saat ini masih sulit untuk sekadar bangun dari tempat tidur.Dan karena kini Zach pun sulit bicara akibat stroke-nya, Savanah hanya duduk menemani di samping ayahnya, sambil menggenggam kedua tangan ayahnya.Dalam diam, mereka berinteraksi saling menghibur dan saling menguatkan.Ketika ibunya masuk, Savanah bertanya lewat jarinya, ‘Ke mana Storm?’“Oh, dia pergi sebentar.”Savanah mengangguk meski dia merasa sangat penasaran. Ke mana Storm pergi? Kenapa tidak bilang-bilang? Apalagi ini sedang di rumah orangtuanya. Apakah Storm tidak betah di sini makanya pergi? “Bagaimana pernikahanmu dengannya?” Suara lembut ibunya menggema di dekatnya. Sang ibu ternyata sudah d
Savanah terperangah.Wajah bingungnya tampak lucu.Storm melihat wajahnya, menahan tawa, lalu lekas menatap jalanan di depannya.“Kursi tadi bukan kejutan yang kau maksud?” tanya Savanah lagi lewat suara ponselnya.“Iya. Masa aku memberimu kejutan kursi roda?” sahut Storm enteng.Awal-awalnya, Storm sendiri merasa aneh berbicara pada Savanah yang suaranya berupa suara ponsel yang datar. Apapun yang dikatakan Savanah, semua jadi terdengar datar karena suara AI yang monoton.Tapi sekarang, dia mulai terbiasa.“Tapi bagiku kursi roda itu saja sudah mengejutkanku, Storm. Lagipula kau juga sudah membeli oven baru untukku. Padahal kita bisa tinggal mengambil yang ada di rumah ibuku.”“Jangan lah. Yang di rumah ibumu biarkan saja. Tidak enak rasanya membawa keluar barang dari sana ke rumah kita. Biarkan saja yang di sana. Siapa tahu juga kau suatu saat membuatkan ibu dan ayahmu kue.”Savanah mengangguk. Itu masuk akal. Lagipula, ibunya pun terkadang suka membuat kue. Dengan oven dan berbagai
Savanah membelalak menatap yang terpampang di hadapannya.Di pekarangan belakang, yang biasanya kosong melompong, kini terparkir sebuah mobil dengan warna hitam mengkilat.Mobil? Mobil!Savanah sungguh tak mempercayai penglihatannya.Bahkan ketika dia memperhatikan lebih detil lagi, Savanah bisa melihat merk ternama mobil itu.Rolls Royce Ghost!What? Bagaimana bisa?Savanah sampai membelalak lebar dan menatap ke arah Storm. Dia ingin berteriak, bagaimana bisa? Namun suaranya tak mampu keluar.“Terkejut, bukan?” tanya Storm sambil menatap Savanah yang masih melongo. Lalu kedua bahunya mengedik cuek, “Yaaa ... namanya juga kejutan!”Savanah sendiri untuk sejenak, otaknya seperti linglung.Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Storm memberinya sebuah mobil bermerk Rolls Royce? Bahkan jika Storm memberikannya mobil Ford standar biasa pun Savanah masih akan terkejut dan tak percaya rasanya.“Tapi ... kau membeli ini?” tanya Savanah pada akhirnya setelah dia terlalu linglung dengan pikiranny