Share

Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan
Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan
Penulis: suarkilau

1. Derita Istri Bisu

"Jangan sentuh aku, Diva. Aku tidak bisa." Daniel melepas tangan yang melingkari pinggangnya, kemudian mendorong bahu mungil itu menjauh.

'Kenapa?' Terpancar rasa bingung yang kuat dari bagaimana cara Diva menatap Daniel. Dia mencoba menyentuh Daniel lagi, tapi tangannya segera ditepis dengan dingin.

Apa maksudnya ini? Diva bertanya dengan sorot mata terluka.

Daniel adalah suami yang intim. Tapi apa yang terjadi sekarang? Gestur penolakan dan keengganan itu sangat jelas hingga membuat Diva tersinggung.

"Aku muak dengan bagaimana heningnya kamu, Diva. Bercinta denganmu tidak semenyenangkan dulu."

Balasan itu membuat Diva tercengang. Gemetar jemarinya saat meraih selimut untuk membungkus bahunya yang polos. Sesuatu pecah di dalam dadanya kala melihat suaminya turun dari ranjang seraya mengancing piyama dengan marah. Diva merasa seperti dia baru saja dibuang seperti seonggok sampah.

Tidak berharga.

Tidak diinginkan.

Seperti belum cukup, Daniel mengatakan hal lain yang sanggup menghancurkannya dalam sekejap.

"Apa kamu lupa bahwa hasratku hanya bisa terbangun jika mendengar suaramu?"

Blar!

Rasanya seperti disambar petir di siang bolong.

Dulu, suara Diva lah yang memikat Daniel untuk mengajaknya bergabung ke BenStory. Pujian dan privilege dari Daniel selama tahun-tahun awal karirnya semakin menegaskan betapa berharganya suara itu baginya. Bahkan tawaran tak lazim yang dia berikan, menjanjikan separuh saham BenStory sebagai mahar perkawinan, adalah bukti nyata dari seberapa besar dia menyukai suara Diva. Setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan kehangatan, mencerminkan rasa rindu dan keinginannya untuk selalu mendengar suara Diva.

'Sulit dipercaya, hanya dengan mendengar suaramu saja, aku merasa seperti kehilangan kendali!'

Diva sering mendengar kalimat seperti itu, tetapi tidak sepenuhnya mengerti makna di baliknya.

Baru ia sadari sekarang, bahwa cara pemujaan Daniel pada suaranya selama ini bukanlah caranya mengekspresikan cinta.

Daniel tampaknya telah terobsesi.

Sangat terobsesi.

"Sekarang suaramu hilang, kamu telah mengecewakanku, Diva!"

'Kamu bilang itu musibah, Daniel!' jawab Diva merasa tak adil.

Wajah Daniel terlihat semakin serius. "Aku mengatakannya di depan pers untuk kepentingan reputasi. Tetapi kesalahan teknik saat menyanyi adalah kelalaianmu sendiri!"

Kenyataan pahit melintas di benak Diva. Sebulan yang lalu, suaranya hilang. Ia divonis bisu setelah saraf pita suaranya terluka karena menyanyi dengan nada terlalu tinggi.

Semua berubah seketika. Kemampuan bicaranya hilang, karirnya sebagai penyanyi hancur menjadi puing.

Dan sekarang,

"Aku tidak mau lagi berbagi selimut denganmu, Diva."

Daniel mengusirnya dari ranjang mereka.

Hancur adalah kata yang kurang adil. Diva lebur dan luluh lantak.

***

"Istri macam apa kamu, Diva? Kamu mau membakar rumah ini?!" teriak Radmila marah, suaranya terdengar seperti badai yang menghantam Diva.

Dengan panik, Diva menggeleng sembari berusaha mengendalikan situasi di sekitarnya. Dia meraih ember air dengan gemetar, berusaha memadamkan nyala api yang menjalar di dapur mereka. Namun, seakan waktu berjalan begitu cepat, api semakin meluas dan dinding-dinding dapur semakin gosong.

"Bagaimana sih? Memasak saja tidak becus! Sial sekali anakku menikahi wanita yang sudah bisu, bodoh pula!" Radmila kembali melontarkan kata-kata menusuk ke hati Diva. Tangis hampir keluar dari matanya, tapi dia mengusahakan untuk tetap tegar.

Daniel melangkah mendekati mereka, ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidakpuasan yang mendalam. "Kamu ini bagaimana sih, Diva! Kamu kan tahu sendiri BenStory sedang defisit. Tapi kamu malah membakar rumah!" ujar Daniel dengan nada yang penuh kekecewaan.

Tatapannya terpaku pada Diva, memperlihatkan betapa marahnya ia pada situasi ini. Diva bisa merasakan ketakutan di balik kemarahannya, dan hatinya semakin hancur. Dia ingin menjelaskan, berbicara, tapi bisunya membuatnya terdiam.

Sekali lagi, Radmila berbicara, kali ini dengan nada yang lebih dingin dan tajam. "Kamu harus ingat, ART di rumah ini dipecat karena kamu. Jadi, kamulah yang harus menggantikannya mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah mengacaukan semuanya dan hampir membakar rumah ini!"

Kata-kata itu menusuk hati Diva. Dia ingin berbicara, memberi penjelasan, tapi bisu adalah kutukan yang merenggut kemampuannya untuk membela diri.

BenStory, agensi tempat Diva bekerja, sekarang mengalami kesulitan finansial. Dia tahu betul betapa pentingnya kontribusinya bagi agensi itu. Namun, kejadian hari ini membuatnya merasa seperti beban yang lebih berat.

Air mata mengalir dari matanya. Diva merasa hampir tenggelam dalam rasa takut, malu, dan putus asa. Diva ingin pergi dari situ, menghindar dari cemoohan ibu mertuanya.

Namun, sebelum Diva bisa melangkah pergi, Daniel dengan cepat menangkap pergelangan tangannya. Pegangannya begitu kuat sehingga Diva merintih kesakitan. Matanya terbelalak saat melihat ekspresi Daniel yang penuh dengan amarah dan kekecewaan.

"Kamu benar-benar membuatku marah, kamu tahu?!" Daniel berteriak, amarahnya terasa seperti bara api yang membakar habis rasa sayang dan pengertian di antara mereka. Pandangannya menusuk tajam ke mata Diva, dan dalam tatapannya terlihat secercah kebencian yang tidak pernah Diva rasakan sebelumnya.

Rasa sakit itu menusuk jauh ke dalam hati Diva. Dia bisa merasakan betapa besar kekecewaan Daniel terhadapnya. Semua perasaannya berkecamuk, teriris oleh perkataan ibu mertuanya dan ekspresi suaminya yang penuh dengan kebencian.

Radmila menatap putranya, "Daniel, Mama sudah tidak tahan lagi. Kamu harus segera menceraikan wanita ini!"

"Dia itu sudah tidak berguna, Daniel! Gara-gara dia, BenStory terancam bangkrut! Dia sudah tidak bisa menghasilkan uang. Di rumah pun tidak becus mengerjakan pekerjaan istri! Selain itu, kalian sudah 1 tahun menikah tapi dia belum juga memberimu keturunan. Mama curiga dia itu mandul! Apa kamu tidak malu? Kalau Mama sih, sudah sangat malu punya menantu yang bisu, mandul, dan tidak becus mengurus rumah tangga seperti dia!"

Sudah cukup!

Diva ingin segera melarikan diri dari tempat itu.

Diva mencoba melepaskan tangan Daniel dengan paksa, namun cengkeramannya semakin kuat.

'Daniel, lepaskan aku, sakit!' Diva berusaha menyampaikan pesan itu, tetapi kebisuan menghalangi semuanya.

Tatapan Daniel penuh amarah dan kekecewaan. Dia merasa seperti semua yang telah dia lakukan dan perjuangkan selama ini sia-sia karena Diva.

"Kamu selalu saja seperti ini, Diva! Selalu saja menyebabkan masalah dan merugikan aku! Aku capek, capek dengan semua ini!" Daniel berteriak histeris, seolah-olah seluruh dunia sedang runtuh di hadapannya.

Diva merasa dadanya sesak. Rasa sakit dan keputusasaan melanda. Dia merasa hancur, merasa seperti tidak berarti lagi di mata Daniel, suaminya yang dulu pernah dia cintai begitu dalam.

Air mata tak terbendung lagi mengalir deras dari mata Diva, membasahi pipinya. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan, bagaimana dia bisa memperbaiki segala kesalahan yang terjadi.

Daniel akhirnya melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Diva, membiarkan istrinya tergolek di lantai dengan tatapan hampa. Dia meninggalkan dapur dengan langkah berat, meninggalkan Diva yang hancur dan terluka di sana.

Dalam keheningan yang menyakitkan, Diva meratapi semua yang telah terjadi. Dia merasa seperti segalanya sudah berakhir, seperti hubungan mereka telah hancur berkeping-keping. Dia merasa sendirian, terasing, dan sangat terluka oleh kata-kata dan tindakan Daniel.

Dengan suasana rumah yang tegang dan canggung, malam itu seakan menyimpan sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pertengkaran. Diva bisa merasakan gelombang ketegangan yang semakin mendalam di udara, dan dia tahu bahwa ada sesuatu yang belum diungkapkan.

Tiba-tiba, suara berderak pintu depan rumah terbuka, menghentikan segala kegiatan yang sedang berlangsung. Daniel masuk dengan langkah cepat, wajahnya memancarkan amarah yang menggelegak. Diva merasakan detakan jantungnya semakin cepat, karena dia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Diva!" Daniel meneriakkan namanya dengan suara yang menusuk, membuat Diva merasa seolah-olah seisi tubuhnya membeku.

"Diva, lihat apa yang telah kau lakukan?!" Daniel berteriak lagi, tatapannya tajam dan penuh amarah, seperti kilat yang menyambar di tengah malam gelap.

Dengan tubuh yang bergetar, Diva mencoba menjelaskan, 'Aku tidak... aku tidak tahu apa yang terjadi …,'

"Tidak tahu? Tidak tahu?! Kamu pikir aku bodoh, Diva?! BenStory... agensi yang telah aku besarkan dengan susah payah, yang membuatku siap melakukan apa pun... akhirnya bangkrut! Bangkrut, Diva!" Daniel meledak dalam amarah yang membara, tangannya mengepal kuat sampai buku jarinya memutih.

Diva terdiam, terpaku oleh berita yang menghantamnya seperti palu raksasa. Dia bisa merasakan semuanya runtuh di sekitarnya, dan dia tahu bahwa suaminya akan melampiaskan semua kekecewaannya padanya.

"Kamu pikir kamu bisa menghancurkan segalanya dan tidak ada konsekuensinya?! Aku berusaha, Diva! Aku berusaha membangun masa depan kita, tapi kamu... kamu hanya merusak semuanya!" Daniel terus berteriak, kata-katanya memecah keheningan malam.

Dengan mata berkaca-kaca, Diva mencoba membela diri, 'Daniel, aku tidak... aku tidak tahu kalau ini akan terjadi …,'

"Tidak tahu?! Kamu menghancurkan segalanya, dan kamu berani bilang tidak tahu?! Kamu tidak bisa membela diri, Diva! Kamu... kamu wanita pembawa sial!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status