Pertengkaran HebatAku tidak menyangka mas Hanung akan melakukan semua ini. Dia lebih memilih pergi dengan wanita itu daripada dengan istri dan anak anaknya. Aku tidak bisa menerima ini dengan semua akal sehat yang aku miliki.Mas Hanung terlihat begitu bahagia, melewati hari pertambahan usianya, dengan sesuatu yang manis, bukan lagi dengan keluarganya, melainkan wanita lain. Aku melihat Adam dan Bintang sudah tertidur dengan pulas, mereka pasti kelelahan. Aku bersyukur, Adam tidur dengan perasaan bahagia, walaupun kebahagiaan itu tidak diberikan oleh ayahnya.Aku melihat kue tart di atas meja makan, lengkap dengan hidangan makan malam yang sudah dingin. Aku memasak semuanya dengan hati yang bahagia, berharap mampu menciptakan senyum bahagia di wajah suamiku.Itu bukan perkara mudah, aku harus memasak juga menenangkan dua jagoan aktif yang geraknya tidak lagi bisa dibatasi. Walaupun begitu, aku bisa menyelesaikan semuanya, namun apa yang aku dapat? Ucapan terimakasih? Respon bahagia?
Tidak Lagi SamaSeperti pagi pagi sebelumnya, aku tetap bangun pagi, paling awal, melakukan pekerjaan seperti sebelumnya, seperti tidak pernah terjadi apa apa. Aku menyiapkan sarapan untuk suami juga kedua putraku, apapun masalah yang dihadapi mereka tetap harus makan, perut mereka harus tetap terisi, oleh masakan istri dan juga ibu mereka.Aku menekan setiap perasaan yang ada di dalam hatiku, bukan berarti tidak marah, tidak memiliki emosi, aku hanya ingin semuanya tetap berjalan dengan baik. Tidak ada pakaian bersih jika bukan aku yang mengerjakan, tidak ada rumah nyaman jika bukan aku yang mengusahakan, tidak ada makanan tersaji jika bukan aku yang menggerakkan tangan, aku tahu betul itu, jadi kemarahan bukan menjadi alasan untuk aku menghentikan semua kebiasaanku.Mas Hanung terlihat bangun lebih pagi, membantuku menyiapkan keperluan Adam sekolah, bahkan dengan rela hati memandikan Bintang, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.Aku masih tetap dalam diamku, bergerak de
BertemuHesti terlihat mendatangi kantor tempat Hanung bekerja.“Maaf, saya ingin bertemu dengan ibu Tania dari divisi keuangan,” ucap Hesti pada petugas resepsionis.“Ibu bisa langsung hubungi saja,” ucap resepsionis.“Maaf mbak, kebetulan saya tidak memiliki nomor pribadinya,” ucap Hesti.“Sebelunya mohon maaf, ada keperluan apa ya?” tanya resepsionis.“Keperluan pribadi, bukan masalah penting namun sedikit mendesak, saya minta tolong, saya akan tunggu di kantin kantor,” ucap Hesti.“Baiklah, saya harap masalah pribadi tidak menimbulkan masalah,” ucap resepsionis yang sepertinya mengetahui sedikit informasi yang membuatnya mengatakan hal seperti itu.“Tenang saja, tidak akan ada masalah apapun, saya minta tolong,” ucap Hesti.“Atas nama siapa?” tanya Resepsionis.“Bilang saja ada seseorang yang ingin bertemu, penting,” ucap Hesti dengan suara lirih dan lembut.“Baiklah, silahkan tunggu dulu, saya akan menghubungi ibu Tania,” ucap resepsionis.“Terimakasih,” ucap Hesti yang kemudian
Pelakor Masa Kini“Terimakasih bu RT sudah bersedia menjaga Bintang,” ucapku setelah kembali ke rumah bu RT.“Tidak masalah bu Hesti, Bintang anak yang sangat baik, tidak rewel sama sekali, good boy,” ucap bu RT yang terlihat menggendong Bintang.“Bagaimana? bu Hesti sudah bertemu dengan wanita itu?” tanya bu RT lirih.“Iya bu,” ucapku yang terdengar lesu.“Ayo duduk dulu, saya sudah buatkan minuman dingin,” ucap bu RT.“Biar Bintang saya gendong bu RT,” pintaku.“Tidak usah, bu Hesti baru datang, biar saya gendong, duduklah dulu,” ucap bu RT.Aku duduk di sofa, menghela nafas panjang, hari ini begitu berat, sangat menyesakkan.“Apa yang terjadi bu Hesti? apa terjadi perang dunia?” tanya bu RT dengan antusias.“Tidak bu, bagaimana bisa terjadi perang dunia, hati saya saja sudah jatuh dan hancur berkeping keping,” ucapku lemas.“Bu Hesti berpendidikan, akan sangat menghinakan diri jika baku hantam dengan wanita yang seperti tidak pernah memahami dunia dengan otak dan hatinya,” ucap bu
Mencari Pembenaran Atas KesalahanHanung terlihat turun dari mobil dengan amarah yang tidak lagi bisa disembunyikan.“Mas,” sapa Hesti, dia hendak mencium tangan suaminya, namun tangan hesti di kibas oleh Hanung.“Jangan berpura pura peduli padaku, kenapa kamu mendatangi Tania? Apa kamu tidak percaya denganku? aku dan Tania tidak memiliki hubungan apapun, kita hanya dekat sebagai rekan kerja. Aku sudah minta maaf padamu, apa itu tidak cukup. Aku minta maaf, aku salah, iya aku salah, tapi dia tidak tahu apa apa, dia tidak bersalah,” ucap Hanung.“Mas , kecilkan suaramu, anak anak baru saja tidur,” ucap Hesti seraya melirik ke arah kamar anak anaknya.“Jika kamu benar benar peduli dengan anak anakmu, kamu tidak akan melakukan ini, memalukan saja,” ucap Hanung.“Mas, apa maksudmu memalukan? aku hanya mencari tahu kebenaran dan memperingatkan dia untuk tidak masuk ke dalam hubungan kita, karena itu tidak akan berhasil,” ucapku berusaha menjelaskan.“Aku dan dia tidak ada hubungan apapun,
Mata MataAku datang ke rumah bu RT, semuanya akan berjalan seperti yang sudah direncanakan. Kamu mau bukti mas? baiklah, aku akan mencarinya mulai sekarang. Kebenaran adalah tujuanku, sekali aku sudah bertekad, maka aku akan menyelesaikannya hingga akhir.“Bu Hesti,” ucap bu Anna yang berada di rumah bu RT.“Bu Anna, bu Anna sudah sembuh?” tanyaku.“Iya bu Hesti, semuanya berkat bu Hesti dan bu RT, saya bersyukur,” ucap bu Anna.“Bu Hesti, saya sudah cerita semuanya sama bu Anna dan bu Anna bersedia membantu kita,” ucap bu RT yang terlihat keluar dari ruang rumah yang lebih dalam.“Ta-tapi bu RT, bu Anna, saya tidak mau membebani bu Anna dengan masalah saya, karena saya tahu bu Anna sendiri memiliki masalah,” ucapku lirih.“Nidak papa bu Hesti, saya bersyukur memiliki teman teman seperti bu Hesti dan bu RT. mAsalah saya itu adalah masalah lama, saya sudah mengalami hal seperti ini sejak awal pernikahan saya, saya bisa menerima dan menahannya hingga saat ini, hampir dua puluh tahun me
Mencari DukunganHesti terlihat duduk di kantin kantor, dia menunggu seseorang, bukan suaminya, melainkan Bram.“Hesti, untuk apa kamu datang?” tanya Bram gugup.“Kenapa kamu berpenampilan seperti ini?” tanya Bram seraya mengerutkan dahi, melihat penampilan Hesti yang menutup tubuhnya dengan segala sesuatu yang berwarna hitam.“Duduklah,” ucap Hesti.“Apa Hanung tahu kamu menemuiku?” tanya Bram berbisik.“Tidak, tenanglah, dia tidak akan mengenaliku,” ucap Hesti.Bram terlihat duduk berdekatan dengan Hesti supaya bisa mendengarkan suaranya yang tertutup masker hitam.“Aku sudah tahu mas Hanung berselingkuh dengan Tania,” ucap Hesti blak blakan.“Apa?” ucap Bram dengan suara keras, lalu dia segera menutup mulutnya.“Apa maksudmu?” tanya Bram.“Sudahlah, jangan menyembunyikan apapun lagi, kamu tidak perlu menyembunyikan apapun,” ucap Hetsi.“A-aku? ah, maafkan aku,” ucap Bram seraya menghela nafas panjang, sepertinya dia tidak lagi bisa berkutik.“Akku tidak menyalahkanmu, aku tahu posi
Hasrat Laki LakiHesti menyiapkan makan malam, seperti yang menjadi keputusannya, sebenci dan sekecewa apapun, dia masih tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, apalagi ibu, segenap jiwa, semua kewajiban masih dia lakukan, kecuali.Hanung terlihat mendekat ke arah Hesti yang sedang tidur. Matanya terpejam, namun sebenarnya pikirannya masih sadar, bisa mendengar dan merasakan segalanya. Hanung terlihat mulai memeluk Hesti, lalu menciumnya. Hesti mengerti, apa yang menjadi maksud dan tujuan Hanung. Mereka sudah lebih dari tiga bulan tidak melakukan hubungan suami istri.Hesti tahu, dosa bagi seorang istri yang menolak melayani suaminya, namun dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, hati terdalamnya, bahwa pikiran juga badannya tidak mampu dibohongi. Hesti hanya bisa berpura pura tidur, seperti orang yang kelelahan, tidak merespon apapun yang Hanung lakukan.“Mah,” bisik Hanung lembit, seraya terus melancarkan rayuan sentuhannya. Hesti tidak bergerak sedikitpun, seperti