Dengan sedikit langkah agak memaksa dengan perutnya yang semakin membesar, Elena memaksakan diri untuk bergegas pergi ke parkiran. Hari ini ia ada keinginan untuk menjemput Lala. Karena selama menjadi anaknya, Elena sama sekali belum pernah datang ke sekolah Lala. Sebab, selama pendaftaran sampai antar jemput. Leonardo yang lebih bertindak untuk putrinya itu."Bu Elena mau kemana?" Tanya salah satu Mahasiswanya ketika Elena mau sampai di parkiran."Ini nak, mau jemput anak angkat saya ke sekolah. Sekalian mau ke kantor suami saya. Masih ada jam kuliah lagi kamu nya?" Tanya Elena balik."Iya bu. Sekalian ini ada mau persiapan KKN." Balasnya."Wah KKN ya. Humm rencananya di mana katanya?"Elena semakin penasaran. Karena ia tidak merasakan namanya KKN selama kuliah."Gak tau juga ya bu. Yaudah ibu hati-hati ya. Sehat selalu buat ibu sama baby twinsnya." "Iya. Makasih ya. Saya pergi dulu ya." Elena melangkahkan kakinya. Ia ingin bergegas untuk menemui Parjo yang sudah menunggunya. Sesamp
Leonardo melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang tamu. Ia tiba-tiba dikabari resepsionis kantornya jika ada tamu yang memaksa ingin bertemu dengannya. Bahkan Leonardo tidak tahu siapa yang ingin bertemu dengannya. Saat sampai di lobi, ia berpapasan dengan Hans yang kebetulan datangnya bersamaan dengannya. "Hans, siapa yang minta ketemu sama saya?" Tanya Leonardo pada Hans."Saya bukan peramal pak, jadi nggak tahu siapa yang datang. Tapi katanya cewek kan?" Hans bertanya balik ke Leonardo."Iya. Padahal hari ini saya free kan. Gak ada janji sama siapa-siapa?" Mereka berdua terus berjalan menuju ruang tamu darurat yang ada di kantor."Gak ada pak. Saya kan selalu teliti sama jadwal bapak. Udah pak, ayo segera kesana! Bahkan tragedi Bu Elena aja, istri bapak tetep nurut buat nungguin di ruang tunggu. Tapi ini kok maksa banget buat dicariin ruangan tamu." Hans tetap mengikuti Leonardo untuk menemui tamu yang sudah mencari bosnya sejak pagi. Jika nanti Leonardo memintanya pergi, H
Elena tengah bersiap untuk pergi dengan Mama mertuanya. Mamanya ingin mengajak Elena untuk berbelanja kebutuhan bayi paling utama. Karena Leonardo sendiri harus pergi ke Makassar untuk urusan bisnisnya selama satu minggu. Jadi, mama mertuanya yang menemaninya ketika Leonardo pergi. Lala yang sangat exited untuk diajak jalan-jalan, ia sudah menunggu Elena di dalam mobil. Parjo tetap akan menjadi orang akan mengantar kemanapun pergi. Elena akhirnya keluar dengan setelan biasa yang membuat mamanya membola. "Sayang, kamu cuma pakai style ini aja dari tadi dandan?" Mama langsung to the poin."Habis bingung sih ma. Kaya style baju ya itu-itu aja. Yaudah yuk pak, kita berangkat!" Elena duduk di samping Parjo sedangkan mamanya duduk di tengah bersama Lala.Mereka menuju ke mall di pusat kota. Rencananya akan membeli kasur bayi. Karena Elena sendiri sama sekali belum mempersiapkan apapun untuk bayinya. Lala memperhatikan penampilan bundanya yang benar berbeda dari biasanya. No make up. "Bun
Leonardo mendengus sebal. Ia tidak bisa pulang tepat waktu karena harus pergi ke Surabaya. Mantannya yang awalnya sudah setuju bekerja. Tetapi baru satu minggu sudah membuat kesalahan besar. Membuat Leonardo dan Hans harus pergi ke Surabaya sendiri. Banyak kerugian yang terjadi semuanya ulah mantannya.Mobil yang menjemput Leonardo dan Hans kini sudah sampai di gedung perkantoran. Kantor gedung usaha properti dan mantannya masuk ke dalam departemen keuangan yang memang saat itu posisinya kosong. Semua orang nampak ketakutan karena melihat Leonardo yang datang dengan tatapan yang tajam."Kurang ajar kamu Yessa.'' Teriak Leonardo ketika sudah sampai di dalam ruangan. Ia hampir menampar mantannya namun Hans lebih dahulu menahannya."Pak dia wanita. Jangan di kotori tangan bapak buat nampar dia." Ucap Hans untuk melunakkan hati Leonardo."Apa mau kamu ha? Saya sudah ngasih pekerjaan buat kamu. Tapi kamu tidak tahu diri. Kelakuan macam anjing. Bahkan anjing lebih pintar dari kamu." Leo tid
Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dan harus pergi dengan kereta api, Leonardo merasakan tubuhnya tidak bertulang. Rasa lelahnya sudah tidak bisa didefiniskan lagi. Ia juga meminta Hans untuk libur beberapa hari guna menghilangkan rasa lelah padanya. Karena selama perjalanan menggunakan kereta, Hans banyak terjaga selama perjalanan. Pagi ini setelah sampai Jakarta, Parjo sudah siap menjemputnya di stasiun. Ia sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah. Rasa rindunya ke putrinya dan yang pasti ke istrinya sudah tidak tertahankan lagi. Wajahnya yang sudah acak-acak an, membuat Leonardo merasa dirinya sangat tidak baik-baik saja."Ayah.." Teriak Lala ketika melihat Leonardo masuk ke dalam rumah.Leonardo langsung menggendong Lala yang berlari menghampirinya. Ia benar-benar sangat rindu. Tidak bisa didefinisikan lagi rasa yang kini menyelimutinya. Air matanya tak terasa menetes begitu saja membasahi pipinya."Ayah, kakak rindu banget lo. Ayah gak pulang-pulang lo..Tiap hari kakak di ant
Seorang wanita berpakaian serba hitam tengah duduk dengan gayanya di kursi. Dengan setelan hitam ia tengah berbincang dengan para laki-laki kekar yang entah darimana dikenalnya. Pikirannya sudah tidak pernah bersih lagi untuk saat ini. Hanya tertuju ke arah ke jurang kehancuran orang yang dibencinya."Bos, kapan bos kita bisa lakukan rencana ini?" Tanya salah satu pesuruhnya berkepala botak."Iya secepatnya lah pastinya. Jangan buang-buang waktu aja. Soalnya kesempatan tidak datang dua kali." Wanita itu melipat tangannya di depan dada."Tapi bos yakin apa tidak untuk mencelakai saudara boss sendiri?" Tanyanya lagi."Jelas yakin lah. Dia itu seperti hama buat gue. Gue pengen singkirin dia secepatnya anjing." Teriak wanita itu."Oke boss. Tinggal atur dimana aja tempatnya. Kita pasti bisa jalanin semuanya.""Bagus, kerja bagus kalau mau dapat gaji gede." Disisi lain, Leonardo tengah bersama Jordan duduk santai di salah resto yang ada di mall. Mereka tidak sengaja bertemu tanpa ada janj
Setelah beristirahat selama beberapa hari, kini Leonardo sudah kembali lagi untuk bekerja. Ia sendiri tidak bisa berlama-lama untuk libur dari kantornya. Bahkan masa cutinya, kerjannya tidak semakin sedikit. The power off numpuk itu sudah pasti. Untung saja, Hans juga sudah kembali ke kantor sehingga dirinya tidak begitu bermumet ria memikirkan pekerjaan. "Pak, kayanya saya mau mundur aja deh dari sekretaris bapak. Saya sampai lupa cari jodoh lo pak." Celutuk Hans yang sedang mengatur ulang jadwal Leonardo."Mulutmu Hans. Gak usah mundur lah. Saya bingung nanti cari sekretaris model gimana lagi." Leo memijat kepalanya. Kepalanya Leo sudah di tempel koyo untuk meringangkan sakit kepalanya memikirkan pekerjaan."Ya itu derita lo Leonardo." Ucap Hans alay yang membuat Leonardo mendelik."Anjir lo Hans. Minggat lo sana. Gak usah disini. Lo makin bikin gue stress aja. Gini orang-orang ngomong jadi CEO enak. Enak matamu." Leo sudah tidak bisa mengontrol lagi ucapannya. Benar-benar stress k
Leo langsung memeluk Elena yang hampir pingsan. Tiba-tiba istrinya langsung saja lemas, karena melihat boneka yang penuh dengan noda merah. Semua orang yang berlalu lalang di depan, langsung menghampiri bos dan istrinya itu. Begitu shock mereka semua karena boneka yang penuh dengan noda merah ditambah dengan pisau kecil yang menancap di boneka tersebut."Bayi kembarmu tidak akan selamat." Seseorang membaca isi surat dari boneka teror yang baru saja Leo terima."Pak mending, Bu Elena dibawa ke dalam lagi saja. Ibu shock di ajak pergi juga gak baik." Saran salah satu pegawai Leonardo.Elena masih berada di dekapan Leonardo. Matanya memejam tapi ia masih sadar. Hanya saja Elena begitu shock dengan semuanya. Leo mengikuti apa saran dari pegawainya. Ia sendiri tidak mau jika keluarganya tahu dengan masalah yang tiba-tiba terjadi. Hans yang kebetulan saat itu sedang menuju ke lantai pertama, ia begitu shock karena melihat Leo yang membopong Elena masuk ke dalam kembali. Ia bergegas berlari