Pagi ini Leonardo sudah kembali lagi untuk pergi ke kantornya. Ia juga memikirkan Hans yang sudah menghandle banyak pekerjaan. Leo berani meninggalkan Elena karena mamanya mulai setiap pagi akan pergi ke rumahnya. Hanya untuk menemani Elena. Elena masih berada di posisi tahap penyembuhan. Bahkan lukanya dan rasa sakitnya juga belum sepenuhnya pulih. "Hans, apa kamu nggak papa saya tinggal ke Jepang selama satu minggu?" Tanya Leonardo."Saya ikhlas lahir batin pak. Asalkan Bu Elena bisa sembuh dan bisa mengobati lukanya. Tapi gaji saya nanti tambah ya pak." Hans terkekeh pelan."Masalah itu kamu nggak usah khawatir. Saya mana pernah nggak ngasih kamu gaji tambahan? Ya kan? Tapi kamu tetap kabari apapun nanti kalau ada kerjaan yang nggak bisa kamu kerjakan. Jadwal pertemuan sama orang-orang bisa diatur minggu depannya setelah saya pulang dari Jepang ya." Pinta Leonardo."Bapak nggak usah khawatir. Semuanya serahkan semuanya ke saya. Tapi setelah ini saya izin menikah ya pak. Kerjaan da
Saat waktunya mendekati jam take off, Leonardo bergegas mengajak Elena dan Lala untuk pergi ke bandara. Leo tidak ingin sampai terlambat sedikit pun. Ia terus mengemudikan mobilnya tanpa banyak omong. "Ayah kok kakak rasa ini bukan jalan arah pulang ya. Kita mau kemana lagi ayah?" Tanya Lala penasaran."Iya mas. Elena rasa kok emang bukan jalan arah pulang. Kemana emangnya?" Elena juga ikut menanyakan perihal Leonardo yang mengemudikan mobilnya berlawanan arah."Sebentar lagi kita sampai. Bunda sama kakak sabar ya." Jawab Leonardo sambil tersenyum. Elena hanya diam. Ia tidak mau banyak tanya lagi dan mengikuti saja kemana Leonardo membawanya pergi. Leo tersenyum simpul. Ia akan merasa bahagia jika rencananya benar-benar terwujud.Kurang lebih lima belas menit dan didukung oleh jalanan yang gak begitu macet, kini mereka sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Elena yang paham betul jika ia saat ini berada di bandara hanya bisa cengo dan nggak tahu apa. Leonardo yang melihat Elena bin
Sesampainya di hotel, Elena langsung merebahkan badannya di atas kasur. Ia merasa begitu sangat lelah ketika selesai menempuh perjalanan yang begitu jauh. Lala yang saat itu juga merasa lelah langsung naik ke atas kasur dan ikut rebahan disamping Elena."Bunda, kakak ayo bersih-bersih dulu. Masa kita sampai hotel langsung tidur. Nggak pengen makan-makan gitu kah?" Tanya Leonardo."Ayah-ayah, badan kakak seperti tak bertulang. Badan kakak seperti jelly." Keluh Lala sambil matanya terpejam."Yaudah kakak bobo dulu. Kalau udah bobo kita jalan-jalan ya. Bunda bobo dulu juga boleh kok." Kata ayah memerintah kedua wanitanya untuk beristirahat dulu. "Oke ayah. Bentar ya. Ayah ikut bobo dulu sini. Nambah stamina juga sebelum jalan-jalan." Ajak Elena agar Leonardo juga ikut istirahat. "Oke oke ayah juga ikut istirahat. Kita bobo dulu." Leonardo melepas sepatunya terlebih dahulu dan langsung ikut bergabung bersama kedua wanitanya. Mereka di Jepang akan sampai tahun baru nantinya. Karena bebe
Menjadi anak tunggal kaya raya dan cucu pertama dari keluarga yang berada tidak membuat dia bisa hidup tentram dan damai. Lika-liku menjadi penerus bisnis keluarga membuat dirinya harus menerima dengan lapang dada. Sebut saja dia Leonardo Matt Thomas seorang CEO muda yang memiliki wajah tampan dan mempesona. Ia lahir dari salah satu keluarga pebisnis kaya raya di Indonesia. Bisnis usaha keluarganya banyak bergerak di bidang macam, mulai dari properti, hotel, pendidikan bahkan juga bergerak di bidang kuliner. Setelah kakeknya meninggal dan papanya memutuskan untuk pensiun dini karena masalah kesehatan mau tak mau Leo harus menerima untuk meneruskan bisnis keluarganya. Lelah sudah pasti, karena setiap harinya ia harus bergelut dengan bisnis bisnis dan bisnis. Pagi ini ia melangkahkan kakinya memasuki gedung pencakar langit tempat kantor pusat yang setiap hari harus ia datangi. "Selamat pagi pak." "Pagi pak."Setiap pagi Leo selalu mendapatkan sapaan dari para karyawannya. Ia yang dik
Hari ini Leo tidak akan pergi ke kantor. Ia memilih beristirahat sebelum sorenya pergi bersama orang tuanya untuk bertemu dengan teman lama kakeknya. Pikirannya kini dibagi menjadi dua, bukan soal bisnis, melainkan soal perjodohan dan wanita yang menabraknya semalam. Dompet pink yang ia temukan juga masih tersimpan baik di kamarnya. Memikirkan bisnisnya yang sudah banyak cabang, lebih lelah memikirkan soal perjodohan bagi Leo sendiri. Bagaimana nantinya ketika dirinya yang biasanya sendiri, tiba-tiba ada seorang istri di dalam rumahnya. Apakah istrinya cantik? Apakah istrinya bisa menerimanya apa adanya bukan karena hartanya. Terlalu banyak berpikir, dan ia tak ingin rambutnya tiba-tiba memutih Leo beranjak dari kursi. Leo berencana untuk pergi jalan-jalan menyusuri daerah di sekitar apartemannya untuk menyegarkan pikirannya. Dengan setelan hodie dan training olahraga, Leo mengayuh sepedah gunungnya. Bersepeda salah satu obat setress untuk dirinya."Bocah sekolah sekarang main pacar-
Leo mengajak Elena pergi sedikit menjauh dari keluarga mereka. Elena hanya ikut kemana Leo mengajaknya pergi. "Kita duduk disini, Elena." Ucap Leo kepada Elena. Elena hanya tersenyum. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Leo. Melihat perbedaan Elena yang sudah tumbuh dewasa membuat Leo tidak membayangkan sebelumnya. Setelah perpisahannya denga Elena sejak kecil, Leo tidak berharap banyak untuk bisa bertemu dengan Elena kembali. Karena pikiran Leo, Elena punya kehidupan sendiri yang tidak harus selalu bermain bersamanya. Elena begitu cantik dengan balutan mini dress ala Korea berwarna peach. Kulitnya yang putih bersih membuat dirinya sangat cocok dengan gaun tersebut. Leo terus menatap Elena dengan rasa rindu yang teramat dalam. Apa masih boleh, Leo mengatakan jika dirinya sangat rindu dengan Elena?"Mas, kenapa lihat Elena seperti itu?" Tanya Elena dengan lembut. Leo terus menatap Elena lembut. Senyuman manis dan apapun semua tentang Elena, Leo merindukannya. Elena menunggu Leo
Setelah pertemuan keluarga malam itu, Leo dan Elena lebih memperkuat komunikasi mereka. Meski tidak harua bertemu setiap harinya, Leo selalu menyempatkan diri untuk video call atau kirim pesan kepada Elena. Elena yang saat ini juga tidak hanya tinggal diam di rumah, melainkan Elena menjadi seorang dosen jurusan seni musik di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Leo sempat meminta Elena untuk berhenti dari kerjannya, tapi Elena menolak dengan alasan ia ingin mencari jati dirinya dulu. Pagi ini, Leo tengah duduk di bersantai di rooftop kantornya yang sudah disulap menjadi taman untuk bersantai untuk para karyawan. Leo merasa jenuh jika setiap harinya harus bekerja di ruangan sehingga sesekali Leo memilih untuk keluar ke atas rooftop. Hans yang menjadi sekretaris setia Leo, kini dirinya turut menemani Leo untuk meninjau kembali evaluasi laporan dari setiap bidang yang Leo minta sebelumnya. "Pak, bapak nggak takut kah dibilang direktur terkejam sama mereka semua?" Celutuk Hans samb
"Elena sayang." Panggil Leo dan wanita yang dipanggilnya langsung mendongkakkan kepalanya.Elena langsung berdiri ketika laki-laki yang ingin ia temui kini berdiri di depannya. Senyum manis yang Elena miliki ia perlihatkan ke arah Leo. Leo memperhatikan Elena dengan setelan dress berwarna navy sampai bawah lututnya. Elena juga membawa sesuatu yang Leo belum tahu apa yang dibawanya."Sejak kapan Elena disini?" Tanya Leo panik."Humm dari jam 10 tadi kayanya mas. Ini Elena bawain makanan tadi masak sama mama mas. Tapi kayanya udah dingin deh. Maafin Elena ya mas." Elena melihat jam tangannya sudah pukul dua belas siang. Bisa dibilang Elena sudah menunggunya hampir dua jam. "Dari jam sepuluh sayang? Siapa yang suruh kamu disini sayang. Kenapa nggak kabarin mas?" tiba-tiba Leo menjadi marah. "Elena udah nelfon mas. Udah chat mas. Tapi masnya nggak angkat. Mama tadi cuma pesan kalau mau ke ruangan mas harus ke lift khusus khsusus buat mas. Terus mbak resepsionis kantor mas Elena tanyain k