"Elena sayang." Panggil Leo dan wanita yang dipanggilnya langsung mendongkakkan kepalanya.
Elena langsung berdiri ketika laki-laki yang ingin ia temui kini berdiri di depannya. Senyum manis yang Elena miliki ia perlihatkan ke arah Leo. Leo memperhatikan Elena dengan setelan dress berwarna navy sampai bawah lututnya. Elena juga membawa sesuatu yang Leo belum tahu apa yang dibawanya."Sejak kapan Elena disini?" Tanya Leo panik."Humm dari jam 10 tadi kayanya mas. Ini Elena bawain makanan tadi masak sama mama mas. Tapi kayanya udah dingin deh. Maafin Elena ya mas." Elena melihat jam tangannya sudah pukul dua belas siang. Bisa dibilang Elena sudah menunggunya hampir dua jam."Dari jam sepuluh sayang? Siapa yang suruh kamu disini sayang. Kenapa nggak kabarin mas?" tiba-tiba Leo menjadi marah."Elena udah nelfon mas. Udah chat mas. Tapi masnya nggak angkat. Mama tadi cuma pesan kalau mau ke ruangan mas harus ke lift khusus khsusus buat mas. Terus mbak resepsionis kantor mas Elena tanyain kalau nggak ada janji Elena nggak bisa ketemu mas." Jujur Elena tanpa ada yang disembunyikan.Leo langsung mengecek handphonenya. Ia melihat jika ada 20 panggilan tak terjawab dan 30 pesan dari Elena. Ia merutuki kesalahannya karena ia memode diam hanphonenya ketika meeting dengan rekan bisnsinya. Leo langsung melihat ke arah Hans.Hans yang merasa mendapatkan kode dari Leo ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Leo. Pesan dari resepsionis juga Hans tidak melihatnya. Ia dan Leo sama-sama fokus dalam rapat tersebut. Hans menunjukkan pesan dari resepsionis dan mode handphone Hans sama-sama dalam mode diam."Pak, saya izin pulang dulu. Kalau mungkin ada masalah yang ingin diselesiakan silahkan diselesaikan pak. Semoga bisnis kita berjalan dengan lancar.""Siap pak. Maafkan saya nggak bisa mengantar sampai depan.""Tidak papa pak. Mari pak, mari bu."Leonardo yang gampang tersulut emosi, ia merasa sungkan juga. Rekan bisnis Leo kali ini bisa dibilang sangat baik orangnya. Setelah melihat rekannya pergi meninggalkan kantor Leo, ia kembali fokus dengan Elena. Ia juga melihat notif yang resepsionis berikan itu di handphone Hans."Mas, Elena nggak papa. Mas jangan emosi. Elena juga salah soalnya nggak kasih tau ke mas dulu. Langsung kesini." Elena mengusap lengan Leo untuk menenangkan sang calon suami. Ia tidak ingin Leo tersulut emosi.Leo menatap Hans dan sang resepsionis Maria bergantian. Ia menghampiri mereka dengan langkah perlahan. Hans dan Maria hanya tertunduk ketika melihat Leo yang menahan amarah. Mungkin jika tidak ada wanita yang mereka kenal untuk menenangkan Leo, entahlah apa yang akan terjadi kepadanya."Pertama buat kamu Hans. Saya ingatin kamu, nggak usah buat mode diam. Seserius apapun kamu nemenin saya buat rapat. Kamu tetep tangan kanan saya buat apapun kalau ada masalah. Kamu juga tau kan kalau setiap saya rapat, ponsel saya mode diam? Jangan diulangi lagi untuk kedua kalinya. Kedua, kamu Maria. Siapapun tamu yang datang. Berusaha bersikap sopan. Saya nggak menyalahkan kamu sepenuhnya juga. Tapi saya pernah bilang tidak, kalau ada yang mencari saya. Saya atau Hans gak bisa dihubungi, kamu bisa ke ruangan saya. Bukan begitu Hans, Maria?"Hans dan Maria menganggukkan kepalanya. Leo memang terkenal kejam dan disiplin, tapi ia juga tidak pernah mempesulit siapapun jika ada sesuatu yang mendesak. Semua orang melihat Leo yang tengah menegur Hans dan Maria. Marahnya Leo adalah hal yang sangat tidak diinginkan mereka."Kalian aman kali ini. Saya maafkan kalian. Dan memang ini juga karena tidak sengaja dan tidak sepenuhnya kalian salah. Termasuk kamu Maria, saya kasih tau ya. Dia Elena. Calon istri saya. Kalau nanti diaa cari saya. Saya minta tolong buat antarkan dia ke ruangan saya. Paham?" Leo menatap Maria dengan tajam.Semua orang kagetnya bukan main, mendengarkan ucapan Leo yang memperkenalkan Elena sebagai calon istrinya. Leo yang banyak disukai kaum hawa, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba mendeklarasikan bahwa dirinya sudah memliki calon istri. Elena yang mendengarkan ucapan Leo hanya bisa diam mematung. Ia tidak bisa berkata apa-apa."Ayo ikut ke ruangan mas!" Leo meninggalkan Hans dan Maria yang tidak berkata apa-apa.Leo menggandeng Elena untuk pergi ke ruangannya. Elena hanya menundukkan kepalanya. Rasanya benar-benar malu ketika dirinya menjadi pusat perhatian banyak orang di kantor Leo. Leo masih diam membisu. Ia terus menggandeng Elena sampai ke ruangannya.Leo menutup rapat ruangannya. Ruangan yang di desain dengan kaca yang bisa dilihat banyak orang dari luar, Leo langsung menutup tirainya dengan rapat. Elena merasa takut melihat ke arah Leo. Ia menundukkan kepalanya untuk menenangkan dirinya."Maafin kecerobohan karyawan mas sayang." Leo langsung menghambur ke pelukan Elena.Elena yang merasakan dipeluk Leo kedua kalinya, ia membalas pelukan Leo. Ia mengusap punggung kokoh Leo. Kepalanya ia benamkan ke dada bidang Leo. Rasanya menenangkan ketika Leo memeluknya."Mas nggak salah. Elena yang salah nggak bilang ke mas. Pikiran Elena, masa baru datang ke kantor buat ngenalin sebagai calon istri mas. Elena bingung jadi ngikut aja apa kata resepsionis mas. Elena makasih sama mas bisa nahan marah mas ke mereka. Karena nggak semuanya salah mereka mas." Elena memeluk Leo dengan erat.Setelah merasa lega untuk menenangkan diri, Leo menuntun Elena untuk duduk di atas sofa panjang yang ada di ruangannya. Ia teringat dengan makanan yang dibawa wanitanya itu. Leo bisa mencium bau sedapnya makanan yang sudah dibawakan ke kantornya."Mas mau makan sayang. Mas laper banget."Pinta Leo menatap Elena.Elena yang mendengarkan apa yang diomongkan Leo, ia langsung membuka kotak makanan yang sudah di bawa. Leo melihat Elena sangat lihai ketika menyiapkan makanan untuknya. Senyum manis terbit dari bibirnya. Rasanya ia ingin segera menikahi wanita pujaan hatinya itu."Ini Elena yang masak semua?" Tanya Leo.Elena menggelengkan kepalanya "Enggak mas. Tadi sama mama. Mama kemarin ngajak Elena buat masak di rumah. Yaudah Elena iyain aja. Lagi nggak ada kerjaan juga. Nanti sebelum jadi istri mas. Elena bakal berusaha semaksimal mungkin buat masak kesukaan mas." Elena tersenyum manis ke arah Leo. Lesung pipi indahnya tercetak jelas ketika dia tersenyum."Sayang, kamu bukan pembantu. Kamu nggak usah capek-capek. Sebisa Elena saja. Mas gak nuntut kamu macam-macam. Tapi mas suka nanti kalau udah nikah makanan di rumah semuanya Elena yang masak. Tetep, nanti bakal mas cari ART. Elena calon istriku, Mas Leo sayang sama kamu." Leo mengecup puncak kepala Elena.Elena yang mendapat serangan hangat dari Leo hanya bisa memejamkan matanya. Leo beruntung bisa kembali bersama dengan gadis pujaan hatinya. Ia tidak ingin kehilangan Elena lagi.Pagi ini, Elena mengajak Leo untuk pergi jalan-jalan. Elena menganggap weekend adalah waktu untuk mengistirahatkan diri. Beberapa hari sebelumnya, Leo mengeluh kepada Elena jika dirinya benar-benar lelah menghadapi pekerjaan yang menumpuk. Belum lagi masalah datang dari anak cabang dari bisnisnya. Tanpa berpikir panjang, Leo memilih untuk mengikuti rencana Elena. Leo mengendarai mobilnya untuk pergi ke salah satu tempat yang Elena minta. Ia hanya ikut saja kemana wanitanya mengajaknya pergi. Dengan setelan baju kemeja navy dan celana putih membuat Leo terlihat sangat tampan meskipun sedehana apa yang ia pakai. Elena yang begitu mempesona, ia mengenakan baju dress panjang berwarna navy dengan tali sunny di bahunya. "Sayang, kita mau kemana emangnya?" Tanya Leo penasaran. Karena hampir satu jam mobil yang ia kendarai belum sampai ke tempat tujuan mereka."Masa mas gak pernah ngelewatin jalan ini?" Elena bertanya kembali dengan penasaran."Haih boro-boro mas ingat, weekend aja mas jara
Hai semua readers, makasih yang udah menjadi pembaca pertama di awal rilis novel pertamaku ini ya. Aku harap kalian suka dengan novel Istri Cantik CEO. Stat terus buat nunggu update setiap bab dariku ya. Jangan lupa vote, komen masukan dari kalian. Karena aku masih penulis amatiran yang masih banyak kekurangan. Jangan lupa share ke teman-teman kalian buat ajak membaca cerita novel dariku ini ya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin buat menghasilkan karya yang bisa memuaskan kalian. Salam hangat dariku 🥰 Kalian bisa panggil aku Una. Salam kenal semuanya.Ikuti terus cerita dari Leonardo dan Elena ya. Sampai ending cerita nantinya. Semangatku adalah dukungan kalian semua. 😍
Leonardo memijat pelipisnya seketika. Disaat dirinya dilanda pusing dengan jadwal rencana untuk pergi kunjungan ke Surabaya, mamanya meminta dirinya untuk pergi ke butik bersama Elena untuk melihat gaun. Ingin rasanya menolak karena sudah mengganggu jadwal kerjanya, tapi ketika mamanya meminta sesuatu rasanya sulit untuk menolak. "Hans, saya itu pengen cepat-cepat menikah. Kalau karena harus fitting gaun dadakan dan mengganggu jadwal saya ke Surabaya. Saya mesti gimana kalau sudah begini." Leo terus mondar-mandir memikirkan cara bagaimana agar tidak mengecewakan."Apa bapak mending menunda pekerjaan saja di Surabaya? Ini juga demi persiapan pernikahan bapak sama Nona Elena." Saran Hans.Leo langsung saja menatap Hans lekat. "Aku tidak masalah menunda pekerjaan ku Hans di Surabaya. Tapi satu, pasti mereka disana menunggu. Jadwal ini sudah direncanakan dua minggu yang lalu juga. Tiket pesawat dua jam lagi, mama bodoamat pula. Dan kenapa harus fitting baju sekarang. Pernikahan saya sama
Leo menggenggam tangan Elena untuk pergi ke lapangan belakang tempat helikopter landas. Para pegawai Leo yang melihat kedatangan bosnya dengan sang pujaan hati langsung sedikit menundukkan kepalanya. Banyak yang iri dengan Elena karena akan segera menjadi istri dari CEO muda tampan dan kaya raya. Elena melihat beberapa pegawai dengan setelan jas hitam berbaris rapi menunggu kedatangan Leo. Ia juga bisa melihat dibelakang sana terdapat helikopter berwarna hitam dengan tulisan ThomasCorp yang nantinya akan membawa Leo untuk pergi ke Surabaya. Elena benar-benar takjub dengan kemewahan keluarga Thomas yang berbeda dengan keluarganya. Bahkan opahnyaa belum memiliki helikopter pribadi selama mendirikan usaha."Semuanya sudah siap pak. Pihak yang ada di Surabaya juga sudah kami hubungi kalau disini ada sedikit kendala." Ucap Hans ketika sudah melihat Leo di depannya."Terus jawaban mereka gimana?" Tanya Leo penasaran."Mereka siap menunggu pak. Kita tinggal berangkat saja setelah ini. Koper
Sore ini Elena tengah menikmati suasana sejuk di taman belakang. Ditemani secangkir coklat panas dan sepiring kue brownis kesukaannya. Pandangannya lurus ke layar laptop yang ada di depannya. Dia tengah fokus melihat pertunjukan panggung musikal yang ada di internet. Menjadi dosen seni musik bukan berarti dia tidak lagi harus mempelajari banyak hal lagi. Bahkan Elena harus tetap belajar sebelum memberikan wawasan kepada Mahasiswanya. Menjadi dosen adalah salah satu impiannya sedari dulu. Tapi, setelah dia menikah nanti Elena mau tak mau harus meninggalkan pekerjaannya sekarang karena Leo memintanya untuk menjadi Ibu rumah tangga."Nona sedang apa?" Seorang wanita muda dengan pakaian daster rumahan menghampiri Elena. Dia adalah Dona, asisten rumah tangga yang sudah dia anggap menjadi adik kandungnya sendiri. Usia Dona masih terbilang sangat muda. Dan dia sudah menjadi asisten rumah tangga Elena sudah lama."Ah ini Dona, aku lagi lihat pertunjukan musik. Sebentar lagi Mahasiswaku akan
Hari ini tubuhnya terasa kurang fit, Elena memutuskan untuk tetap di rumah dan tidak pergi untuk mengajar. Perutnya terasa nyeri, karena maagh dan asam lambungnya kambuh. Elena duduk terdiam di atas ranjangnya. Tubuhnya benar-benar lemas. Setelah 2 hari yang lalu, ia berhasil menelfon Leonardo. Hari ini ia mendapatkan kabar, jika calon suaminya akan kembali ke Jakarta. Elena tidak tahu, pukul berapa Leo akan sampai. Karena Leo sendiri melarang Elena untuk pergi menghampirinya. Elena juga memberi tahu jika dia sedang kurang enak badan."Nona, saya bawakan bubur." Dona mengetuk pintu kamar Elena."Masuk Dona." Dona dengan setelan daster rumahan, masuk ke dalam kamar Elena dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat semangkuk bubur dan air putih. Ketika maagh Elena kambuh, Dona selalu sigap untuk merawat Elena. Ia takut kondisi Elena menjadi lebih parah. "Ini ada obat juga saya bawakan nona. Nona jangan stress banget, kalau nona stress sedikit asam lambung nona kambuh. Maag sama as
Sore ini Elena dan Leonardo tengah berdebat. Setelah bangun tidur dari istirahat, Elena mendapatkan kabar jika opahnya memintanya untuk datang bersama Leo ke salah satu restoran. Mereka akan membahas keputusan akhir untuk pernikaha Elena dan Leonardo. Leonardo meminta Elena untuk menentang para tetua untuk menunda pertemuan kali ini, sebab Leo sangat khawatir dengan kondisi Elena. Sedangkan, Elena sendiri bersikukuh untuk tetap datang ke tempat opahnya minta. Dona yang melihat Elena dan Leo sedang berdebat hanya bisa diam. Ia tidak bisa ikut campur urusan mereka. Karena masalah tersebut masalah pribadi Elena dengan Leo. Dona yang berdiri di dekat pintu hanya bisa berdoa agar Elena mendengarkan Leo demi kesehatan Elena. "Nona, tolong dengerin Tuan Leo." Batin Dona lalu meninggalkan kamar Elena. Ia tidak mau menguping pembicaraan majikannya dengan lama. Leo memijat pelipisnya. Kenapa wanitanya itu benar-benar keras kepala. Ia sedari tadi menahan diri untuk tidak marah. Nada bicara ya
Rumor tentang Leo yang beberapa hari lagi akan menggelar pernikahan sudah terdengar di kalangan para karyawan di kantor. Karena papanya yang mengabarkan itu semua ke para karyawan Leo. Leo tidak peduli dengan apa yang dilakukan papanya. Terpenting sekarang pernikahan berjalan lancar dan Elena bisa segera tinggal bersamanya.Leo melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Beberapa hari ini, Leo sudah mengatur jadwal untuk tidak banyak pekerjaan. Karena persiapan pernikahan yang harus ia rancang juga. Mengenai Elena, Leo harus membiarkan Elena untuk tetap menjadi dosen. Karena Elena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya itu. "Hans, kamu bisa kan jadi ketua acara pernikahan saya sama Elena?" Tanya Leo menatap Hans dengan serius."Mau menolak juga tidak bisa. Jadi saya siap pak untuk yang penanggung jawab acara bapak. Tapi jangan berat-berat ya pak tugas saya. Saya juga butuh tidur juga." Hans menampilkan sederet gigi putihnya. "Iya, saya juga gak sejahat ibu tiri ya. Saya sama Elena tetap am