Leo baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan klien dan kini ia melangkahkan kakinya untuk kembali lagi ke kantornya. Sebelumnya, Leo sudah menegur bagian keamanan untuk membetulkan cctv bagian pintu belakang dan kini langkah kakinya menuju ke belakang kantor untuk mengecek kembali kondisi disana. Nampak Hans yang masih memantau pekerjaan mereka agar bisa tepat waktu sesuai yang Leonardo minta. "Sudah selesai, Hans?" Tanya Leonardo langsung to the point."Belum boss. Lelet mereka kerjanya. Mentingin ngops ngops dulu sama nyebat sebelum kerja." Sindir Hans."Ah gitu ya. Baguslah kerjaan mereka. Makin cinta saya sama pegawai yang seperti itu. Lanjutkan dan setelah selesai datang ke kantor saya!" Perintah Hans ke salah satu bagian kemanan."Baik pak. Maafkan kami pak atas kelalaiaannya." Ucap sang pegawai sambil terus membetulkan kamera cctv."Saya santai saja. Tapi kalau ada apa-apa, kalian harus siap tanggung jawab." Leonardo melangkahkan kakinya menuju ke bagian kantor gedung. Ia
Malam ini derasnya hujan sedang mengguyur ibu kota . Leonardo yang tengah duduk bertiga di atas kasur bersama Lala dan istrinya cukup menikmati dinginnya malam karena hampir setiap hari selalu merasakan panasnya ibu kota. Dengan setelan piyama tidur couple, mereka terlihat seperti keluarga berencana yang bahagia. "Ayah ayah, memang benar ya kalau hujan itu aslinya dimulai dari air laut yang menguap ke udara. Terus bentuk awan. Habis itu dari awan jatuh lagi ke bumi. Iya kan ayah?" Tanya Lala sambil memeluk boneka teddy bearnya."Bener sayang. Ya kalau mudahnya seperti itu terbentuknya hujan. Kakak di sekolah sudah belajar soal hujan sayang?" Tanya Leonardo menatap bangga putrinya."Sudah yah. Bu guru ngasih tugas buat gambar proses terjadinya hujan juga. Nanti ayah bantuin ya! Please ya ayah." Lala menangkupkan tangannya di depan dadanya memohon ke Leonardo. "Iya nanti ayah bantu. Apasih yang enggak buat kakak. Nanti kalau kakak bingung masalah tugas dari guru. Bisa minta tolong ke
Leo melihat beberapa orang berbadan kokoh yang kini berdiri di depannya. Mereka semua adalah orang yang dibawa Jordi untuk menjadi bodyguard untuk Elena dan Lala. Leonardo juga melihat biodata diri mereka semua. "Apa perlu sampai ada bodyguard mas?" Tanya Elena kepada suaminya itu."Mas juga udah bingung sayang. Ini saran dari Jordi juga. Demi menjaga kamu sama Lala. Mas kalau ninggalin pekerjaan sepenuhnya juga gak bisa sayang. Mas awasin terus kalian. Mas juga makhluk sosial. Tetap butuh bantuan orang lain." Tutur Leo menjelaskan ke Elena. Ia tidak mau jika Leonardo dianggap tidak mau menjaga istri dan anaknya."Kalau itu yang terbaik. Elena ngikut aja mas. Sebenarnya agak berlebihan gak sih mas sampai.punya bodyguard gini?" Tanya Elena."Berlebihan jelas itu kak. Tapi kita yang jadi orang terdekat kakak kalau lihat sikon gini mana bisa diam. Mama papanya Bang Leo juga gimana tindakannya, full nge jaga Lala." Sergah Jordi yang duduk di samping Elena. Elena hanya diam saja. Ia tida
Elena merasa kesusahan ketika harus berjalan cukup jauh menuju ke kelas yang ia tuju. Karena perutnya besar dengan dua jabang bayi yang ada di perutnya. Tak lupa ia selalu membalas sapaan para mahasiswanya yang menyapanya. "Sudah siap kuliah di pertemuan terakhir ini?" Tanya Elena ketika sudag sampai di kelas."Gak siap bu. Soalnya setelah ini Bu Elena resign jadi dosen." Sahut salah satu mahasiswa cantik yang duduk paling depan.Semua orang langsung riuh. Mereka langsung memperlihatkan wajah sedihnya karena akan jarang bertemu dengan Elena. Elena sebenarnya berat, tapi tetap saja ia harus menuruti permintaan Leonardo. Apalagi saat ini dengan adanya teror yang datang menimpa ke keluarganya membuat Elena juga harus menjaga diri. "Oh ayolah, nggak usah sedih gitu. Kalian lo kalau mau datang ke rumah saya. Juga bisa kok. Nanti kita nge grill bareng, pesta bbg di taman belakang juga bisa. Semua dosen disini sama aja kok. Nggak ada bedanya. Kalian harus memaafkan saya kalau ini minggu-mi
Leonardo tengah mengajak semua orang berkumpul di ruang tamu. Ada juga Jordi dan Hans yang siap membantu. Daniel yang sudah lama tidak bertemu dengan Leonardo, malam itu yang dia rencananya datang untuk berkunjung. Kini malah mengetahui kabar tidak enak yang menimpa Leonardo dan Elena."Sumpah kok ngeri sih Le, teror ini." Tutur Daniel ketika ia sudah tahu semua cerita."Mangkanya itu Niel. Gak tahu juga harus gimana. Sementara Lala sama bokap nyokap gue juga. Kalau disini takutnya sakitnya kambuh gue gak mau itu. Gerbang rumah udah di tutup Jang?" Tanya Leo ke satpamnya."Sudah pak. Ada Adit sama Parjo yang sekarang gantian jaga. Pak dari teror kemarin, saya sempet lihat plat mobil yang dipakai mereka juga pak. Tapi semoga juga tidak salah. Bapak juga bisa memeriksa di cctv, kelihatan apa enggak platnya." Saran Ujang.Daniel langsung merogoh ponselnya yang ada di saku bajunya. Ia memang menyambungkan semua saluran cctv di rumahnya lewat handphone dan laptop kerjanya. Elena sendiri ti
Pagi ini Hans dan Polisi Anton berada di rumah Leonardo. Hans akan pergi ke Bandung untuk mencari tahu alamat pemilik mobil peneror Leonardo dan Elena. Leo juga sudah disarankan semua orang untuk tidak jauh dengan Elena dan membuat Hans yang menjadi orang kepercayaan Leonardo untuk mencari semuanya. "Beneran sampai ke Bandung mas ini Hans sama Polisi Anton?" Tanya Elena."Iya sayang. Hans yang akan membantu mas. Karena mas sendiri juga gak bisa jauh-jauh dari kamu. Udah tenang aja. Kita dibantu pak polisi juga." Leonardo merangkul bahu Elena. Berusaha membuat Elena untuk tetap baik-baik saja."Yaudah pak, saya sama Pak Hans bawa mobilnya bapak untuk kesana. Pak Leo sama Bu Elena untuk tetap di rumah saja dulu. Dikurangi untuk keluarnya dulu kalau memang tidak urgent. Kami berangkat dulu pak." Ucap pak polisi."Boss, saya berangkat dulu." Pamit Hans."Iya terimakasih banyak. Kalian hati-hati di jalan."Hans langsung melajukan mobil milik Leonardo. Ia tidak ingin lama-lama lagi untuk pe
Hans dan Pak Anton merasa dongkol hari ini. Karena ia sama sekali tidak menemukan jejak siapa pemilik mobil peneror yang datang ke rumah Leonardo. Bahkan mereka yang sampai menemui pemilik asli mobilnya juga hanya mendapatkan nama samaran dari pengusaha tersebut. Dia mengatakan jika nama pembeli mobilnya adalah Mr. Black."Pak, apa gak bisa cari tahu siapa siapa dia Mr. Black ini?" Tanya Hans yang mulai gelisah."Susah pak. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu pemilik perusahaan apa si Mr.Black ini. Kita cari di google juga nggak ketemu. Tapi dia tadi bilang kan kalau Mr.Black ini tinggal di Jakarta?" Tanya Pak Anton balik."Iya bener. Tinggal di Jakarta. Sekarang aja, kita gak punya fotonya. Kita cari nama pemilik di google juga gak ada. Gimaha mau nyari pak? Apalagi Jakarta luas. Penduduknya juga padat. Rasanya serba bingung gak sih pak. Bahkan kemarin teror pertama itu kan boneka yang mirip penuh darah, tanpa bilang boss saya coba bawa ke ahli yang begituan. Kan katanya bisa mengecek
Jordi tengah duduk di kantin rumah sakit sendirian sambil menikmati makan siangnya. Pagi ini kembali ke aktivitasnya kembali menjadi seorang dokter bedah. Selagi makan ia juga memikirkan soal masalah Leonardo dan Elena yang masih saja belum usai. “Kok gue masih bertanya-tanya soal nama panggil itu orang ya?” Cicit Jordi pelan sambil menyantap nasi ayam geprek yang ia pesan.“Selamat pagi dok, apa saya boleh duduk disini? Soalnya banyak kursi yang sudah full.” Jordi mendongkakkan kepalanya memandang seorang dokter cantik yang memangggilnya.“Oh iya silahkan dok. Duduk aja, makan bareng saya.” Balas Jordi mempersilahkan dokter cantik itu duduk di depannya. Jordi tidak menghiraukan dokter cantik yang ada di depannya. Memang ia terkenal cuek, pendiam dan gak mudah semua orang untuk mendekatinya. Ia memilih fokus dengan makanan yang ada di depannya dan berniat untuk bergegas kembali ke ruangannya.“Dok, kenapa diam aja? Apa saya bikin dokter nggak nyaman?” Tanya dokter cantik tersebut.“