“Tuan, Anda baik-baik saja?”Yuna meraih pundak Jason yang tampak gelisah. Lelaki itu tak merespons, tetapi memilih menarik dasinya untuk dilonggarkan. Perjalanan mereka masih sedikit jauh.“Pak Rama, tolong sedikit lebih cepat!” titah Yuna pada sopirnya Jason.“Baik, Dok,” sahutnya cepat.Dokter cantik itu langsung mendekat pada Jason dan membantunya melepaskan dasi serta kancing kerahnya. Kemudian Yuna melepaskan jas tuksedo lelaki itu dengan cepat dan hati-hati. Napas Jason semakin tersengal dan terus kesulitan bernapas.“Atur napasmu dan ikuti instruksi dariku!” pinta Yuna lalu memandu pasiennya.Sayangnya, wajah Jason bertambah pucat dan gelisah. Ia kesulitan untuk mengikuti instruksi Yuna. Tubuhnya mulai melemas dan jatuh dalam pelukan Yuna.“Tuan!” panggil Yuna membawa tubuh Jason pada sandaran kursi.Tubuh lelaki itu terasa dingin. Detak jantung Jason terlalu lemah. Suara napasnya terdengar tercekik.“Tuan, respons aku, jika mendengar suaraku!” Yuna memastikan Jason masih ters
Perlahan Jason membuka kedua matanya. Yuna tampak sedikit salah tingkah. Cemas, jika lelaki itu salah mengartikan maksud dan tindakannya.“Tu—tuan tidak tidur?” tanya Yuna gagap. “Maksudku tadi ....”Yuna tak melanjutkan penjelasannya. Tampaknya Jason sudah mencerna maksudnya dan ia tak berani menduganya. “Maafkan aku jika betingkah tak sopan,” pungkasnya.Jason tersenyum tipis. Ia lantas menyingkirkan selimut di atas dadanya, lalu membawa tubuhnya bangkit. Jason bergeser sedikit untuk duduk. Tentu saja Yuna refleks membantunya dan menyiapkan bantal untuk Jason bersandar. Lelaki itu lalu melirik ke arah lorong ruang gantinya. “Bisa tolong ambilkan kaos tipis untukku di ruangan itu!” pintan Jason sopan.Yuna mengangguk dan bergegas menuju ruangan tersebut. Wajahnya terlihat masih menahan malu, hingga ia menutupi wajahnya setelah berada di sana. Yuna meringis bingung merasa ucapan dan tindakannya terlalu berlebihan.“Bagaimana kalau tuan Jason mengira aku menggodanya?” Yuna bertanya da
“Menggodaku?” Jason berkata terdengar mengejek, bahkan diakhiri desis sinis. Ia lalu menoleh pada Yuna yang tampak terkejut dengan reaksinya.“Mungkinkah kamu merasa kasihan padaku?” sambung Jason menebak. Yuna terdiam sesaat. Ia bukan baru kali ini menghadapi seorang pasien seperti Jason. Terkadang mereka tak ingin dikasihani karena merasa dihina dan mengira tak bisa melakukan apa pun dengan keterbatasan fisik yang dideritanya.“Aku tak butuh belas kasihan ... itu yang ingin Tuan tegaskan?” ucap Yuna langsung membuat Jason tak bergeming.Dokter cantik itu lantas tersenyum dan memilih duduk di tepi ranjang Jason. “Tuan tahu kenapa aku menerima tawaranmu?” tanya Yuna mempertahankan senyuman manisnya.Jason tak menjawab dan tak merespons. Yuna menghela napas panjang nan dalam. Bayangan tentang kebahagiaannya yang diberi kesempatan mengulang waktu membuatnya terus tersenyum, hingga membuat Jason menatapnya penasaran.“Aku pernah merasakan di posisi Tuan Jason. Dikhianati oleh orang yang
Yuna melongo dan bingung dengan tubuh mendadak seperti patung, sulit digerakkan. Iris matanya mengikuti gerakan Jason yang menghampiri dirinya. Dokter cantik itu baru tersadar saat Jason sudah berada di hadapannya.“Kamu masih takut gendut?” tanya Jason, “ambilkan satu untukku! Aku tak bisa tidur dalam keadaan lapar.”Jason menunjuk mie instan cup dalam kabinet atas, dekat kepala Yuna. Dokter cantik itu mendadak seperti orang linglung, tetapi ia menurut. Yuna memberikan satu cup masih dalam keadaan bingung.Lelaki itu sama sekali tak kesulitan membuka dan menaburkan bumbu mie instan tersebut. Tiba-tiba Yuna tersadar saat Jason hendak menuangkan air panas dari dispenser. Secepatnya ia menghampiri lelaki itu, cemas jika Jason terkena air panas tersebut.“Biar aku saja, Tuan—“Ucapan Yuna terpotong. Jason terlalu terkejut saat Yuna mendekati dirinya dan hendak meraih cup di tangannya yang baru saja terisi air panas. Tak sengaja melepaskan cup tersebut, hingga tumpah di atas tangan dokter
Pagi hari sekali, Yuna dan Jason sudah berada di ruang fisioterapi. Pengobatan pertama yang akan dijalani Jason oleh Yuna. Namun sesuai dengan rencana dokter cantik itu, CEO tampan itu diminta menjalani meditasi sejenis yoga sebagai pemanasan dan mengendalikan emosinya.Jason mengikuti semua instruksi dari dokter pribadinya tanpa berani membantah. Kali ini mereka benar-benar terlihat sebagai seorang dokter dan pasien. Yuna bahkan sangat profesional, hingga ia lupa jika tadi malam Jason membuatnya kesal dengan sindiran gendut.“Atur napasmu secara teratur. Hirup oksigen yang dalam, lalu buang secara perlahan!” titah Yuna menciptakan suasana yang tenang untuk menjernihkan pikiran Jason. Dokter cantik itu membuka kedua bola matanya, memastikan Jason melakukan perintahnya dengan benar. 30 menit cukup untuknya melakukan pemanasan dan yoga. Yuna langsung memindahkan Jason pada ranjang besi dalam ruangan tersebut.Beberapa pemeriksaan dan terapi dengan alat-alat yang sudah tersedia di sana,
Yuna memilih menemui Neta Amalia, mantan mertuanya di masa depan. Ya, ia tak bisa mengabaikan kalau di masa sekarang Neta masih berstatus sebagai calon mertua yang baik. Yuna melihat kalender duduk di sudut meja kerjanya.“Sepertinya beberapa kejadian tetap berjalan seperti dulu, yang membedakan adalah isi dan maknanya,” batin Yuna mengingat kejadian di tanggal tersebut. “Jika dulu mama Neta menemuiku untuk membahas tentang rencana pernikahan, tapi kali ini akan menjadi peringatan dan hukuman untuk kalian yang berani menipuku,” sambung Yuna membatin seraya mengepalkan kedua tangannya.Dokter cantik itu membuang muka sebentar saat Ryan keluar dari ruangannya. Ia bahkan memilih bangkit dan memasuki lab di s
Neta berusaha mengejar Yuna, tetapi ia tertahan sebab karyawan kafe memanggilnya. Ya, wanita itu harus membayar pesanannya dahulu, ‘kan. Yuna tahu betul, sehingga ia bebas melangkah dengan santai keluar kafe.Senyumannya mengukir sempurna. Ia mengabaikan teriakan panggilan Neta, untuk apa peduli dengannya. Beban pada pundaknya benar-benar berkurang. “Yuna, tunggu!” teriak Neta pantang menyerah.Titt ... suara klakson motor terdengar kencang. Tak lama teriakan ocehan pengendara motor. Yuna refleks menoleh, Neta hampir terserempet motor saat hendak mengejarnya.Ada perasaan cemas melandanya. Haruskah ia menghampirinya dan memastikan keadaan wanita tua itu. Kakinya hendak melangkah kembali menyeberang, tetapi tiba-tiba terasa berat bak ditancapkan paku hingga sulit untuk digerakkan.“Tidak, Yuna! Kamu tak boleh gentar, abaikan saja!” pinta hatinya.Sayangnya, sisi hati baiknya tak bisa mengabaikannya. Akhirnya Yuna kembali menyeberang dengan hati-hati menghampiri Neta. Dokter cantik itu
“Tidak, Yuna! Kamu tidak boleh menyukai tuan Jason!” perintah hatinya Yuna saat ia merasakan terpana dengan lelaki di hadapannya.Yuna tak berhak mendapatkan semua itu, pikirnya. Sekali lagi ia menegaskan bahwa keberadaan dirinya saat ini adalah merubah kehidupan masa depannya. Yuna diberikan kesempatan kedua dan Jason adalah orang yang menolongnya.Akan terkesan serakah, jika ia menginginkan Jason. Yuna terus menekankan pada dirinya bahwa dia harus memastikan hidup Jason lebih baik sebagai balasan sudah menolongnya. Dirinya bukanlah wanita yang pas untuk Jason ... bukankah lelaki itu menyukai wanita yang cantik dan anggun?Benar. Yuna harus mengakui itu agar ia bisa menahan dirinya serta tak dibenarkan rasa sukanya pada Jason tumbuh. Jikalau tak bisa ditahan, setidaknya rasa tersebut adalah perasaan seorang dokter pada pasiennya yang turut senang jika pasiennya bahagia.“Memang napasku terasa sesak, tetapi tak sampai membuatku kesulitan bernapas. Aku hanya perlu melonggarkan saluran