Sudah tiga hari semenjak Si Mbok dan anaknya pulang kampung, Kevin masih belum mendapatkan pengganti sementara. Asisten rumah tangga yang tersisa hanya Mbak Husni, jelas satu orang mengurus banyak hal di rumah sebesar rumah Kevin pasti akan kelabakan.
“Wirdan, orang yang aku suruh kamu datangin ke rumah aku sampai sekarang kok gak datang-datang. Rumah aku kayak kapal pecah nih, asisten rumah tangga di rumah tinggal satu.” Omel Kevin pada orang yang ia percaya lewat sambungan telepon.
Hembusan nafas terdengar dari seberang. “Pusat jasa asisten rumah tangga lagi kosong, Vin. Ini aku juga lagi nyariin yang terpercaya biar kamunya gak tambah ngomelin aku kalau salah nyariin orang.” Wirdan menjawab, terdengar kesal.
“Buruan. Waktumu tinggal dua hari dari sekarang, kalau sampai gak dapet juga nanti kamu yang bakalan aku jadiin asisten rumah tangga di rumah aku. Suruh nyuci sama ngepel biar tau rasa.”
“Kamvret! Lo kira g
“Di lantai tiga ada apa?” tanya Liora yang mulai penasaran pada tombol ketiga di lift, saat ini ia dan Kevin baru saja akan kembali ke lantai dua setelah sarapan, tapi tombol ke tiga di lift tersebut membuat Liora mempertanyakan.“Mau lihat?” tanya Kevin, Liora mengangguk. Kevin pun menekan tombol ke tiga, tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di lantai tiga yang hanya terdiri dari dua ruangan. Semua pintu ruangan tertutup, dengan tulisan “JANGAN MASUK” yang terbuat dari kayu yang di pahat khusus tergantung di depan pintu.“Ini tempat apa?” Liora mulai tidak nyaman, selama tinggal di rumah Kevin baru kali ini ia menginjakkan kaki di lantai tiga, tidak seluas lantai satu dan dua, di lantai tiga cuman ada dua ruangan yang tertutup, selain itu suasananya kosong, hanya sebuah bingkai besar dengan gambar bunga mawar merah, selain itu tidak ada yang lain.Kevin tersenyum tipis. Tangannya menekan handle pintu, Liora sege
Liora kembali diam, mungkin itu adalah hobinya ketika ingin marah tapi tidak tau cara mengungkapkannya seperti apa. Pintu terbuka, Kevin berjalan masuk dan menyusul Liora duduk di tepi tempat tidur, perlahan tangan Kevin menyentuh lengan Liora membuat perempuan itu sadar dari lamunan.“Kamu kenapa?” tanya Kevin perhatian.“Kamu ngebolehin mantan kamu kerja sebagai pembantu di sini?” Liora menimpali pertanyaan lain.Terdengar helaan nafas yang di keluarkan oleh Kevin, Wirdan mengatakan jika suami Almira sudah meninggal, sekarang Almira harus mencari nafkah untuk membayar hutang dan mengurus anaknya yang masih bayi. Kevin tidak bisa mengusir Almira untuk bekerja di rumahnya, bagaimanapun juga Kevin sempat pernah dekat dengan Almira.Kevin tau ini salah, memperkerjakan seorang wanita di dalam rumahnya, bukan masalah wanitanya, tapi masalahnya adalah wanita itu pernah sangat Kevin cintai bahkan sekarang pun mungkin demikian, namun Kevi
“Pak Kevin.” panggil Almira tepat ketika Kevin baru saja menginjakkan kaki di lantai satu rumahnya, kepala Kevin menoleh pada Almira. Kevin ingin bersikap ramah seperti biasanya tapi sepertinya untuk kasus Almira ia tidak bisa.“Ya.”“Bapak mau di buatkan teh atau kopi?” tanya Almira.Kening Kevin mengernyit. “Gak perlu. Aku tidak suka dua-duanya.” suaranya terdengar ketus, berjalan meninggalkan Almira tanpa berkata lebih banyak lagi. Kevin mengumpati dirinya sendiri, yang barusan itu seperti bukan dirinya, Kevin tak pernah berkata ketus pada wanita apalagi pada Almira.Pagi ini Kevin masih akan menyelesaikan pekerjaan yang harus di kirim ke Jakarta lewat email, asistennya sudah menunggu berkas yang harus Kevin tanda tangani. Cukup banyak email yang masuk karena Kevin memang akan mengerjakan tugas kantor di rumah selama ia menjaga Liora sampai melahirkan.Pintu di ketuk beberapa kali, tadinya Kevin pi
Tidak ada yang tau jika Almira adalah mantan Kevin, meskipun sekarang Liora sudah tau, bukan berarti Karin dan Sandra juga tau. Dulu Kevin sangat tertutup dengan hubungannya dengan Almira, dan sekarang pun demikian. Kevin harus menutup diri dari sosok Almira, jangan sampai perasaan yang pernah ia berikan untuk Almira kembali datang lagi.Hari ini Kevin menemani Liora untuk melakukan gerakan olahraga khusus ibu hamil, cukup banyak ibu hamil lain di dalam ruang seluas sembilan kali sebelas meter. Di temani oleh para suami atau keluarga yang lain.Liora terlihat mengikuti arahan dari seseorang untuk melakukan gerakan ringan, gerakan itu di maksudkan untuk mempermudah persalinan saat tiba waktu melahirkan nanti. Kevin duduk di kursi tunggu, menunggu Liora sembari mengerjakan sedikit pekerjaan dari layar ipadnya.Tiba-tiba saja Kevin merasa di senggol pelan oleh seseorang yang duduk di sampingnya, hal tersebut tentu saja membuat Kevin menoleh penasaran.
Sudah tiga hari Almira bekerja di rumah Kevin, setia[ hari ia di hadapkan dengan keharmonisan keluarga Kevin dan itu membuatnya iri. Harusnya yang ada di posisi Liora saat ini adalah dirinya. Saat sedang bekerja, Almira melihat Kevin ebrjalan cepat keluar rumah dan pergi bersama mobilnya, mungkin Kevin pergi untuk membelikan makanan yang di inginkan Liora.Almira mendongak melihat ke lantai dua, lalu ia berjalan ke sana untuk menemui Liora, mungkin Liora butuh sedikit tau kisah masalalunya dengan Kevin.Tok... tok... tok...Liora yang sedang membaca buku panduan menjadi ibu yang baik menoleh. Meletakkan buku ke meja lalu berseru. “Masuk aja, Mbak.” katanya mempersilahkan karena Liora tidak bisa berjalan untuk membukakan pintu berkat kakinya yang masih membengkak. Liora tau jika itu Kevin pasti tidak mungkin mengetuk pintu lebih dulu.Cklek.! Almira membuka pintu, Liora menyambut dengan senyum ramah.“Mbak Mira ada apa ya?&rd
Dua jam pasca melahirkan, Liora masih belum sadarkan diri, box bayi beserta sang bayi dan Kevin yang menemani tak cukup membuat Liora segera bangun.Kevin benar-benar merasa terharu, melihat bayi berkulit merah yang kini sedang tertidur. Padahal seharusnya bayi itu harus meminum asi dari Liora tapi Liora bahkan masih belum sadarkan diri sejak dua jam setelah melahirkan.Bayi yang sedang memejamkan mata itu kembali membuat Kevin matanya mengembun, kembali bulir bening merembes melewati ujung kelopak matanya. Tersenyum tipis ketika apa yang Altar katakan waktu itu benar. Bayinya lahir laki-laki dan sangat sehat.“Aku jadi ayah.” gumam Kevin saat menatapi wajah bayinya, meski masih bayi tapi Kevin tau jika sebagian besar kemiripan dari bayi itu lebih ke ayah dari pada ibu. Mungkin saat Liora bangun, dia akan kesal saat melihat bayinya lebih mirip dengan Kevin.Dari hidung sama bibir persis dengan milik Kevin, bagian alis dan mata masih belu
Hanya beberapa saat Kevin melihat Liora menyusui Varka dengan tenang, tepat setelah Varka menerima asi dari Liora, Liora meringis, Kevin memberanikan diri mengambil Varka dari pangkuan Liora lalu di pindah ke boks bayi.Setelahnya Kevin membuka selimut tipis, kedua bola mata Kevin membola saat darah cukup banyak di bawah kaki Liora.Kevin langsung menekan tombol darurat di dekat tempat tidur, tak butuh waktu lama sampai seorang dokter di temani dua perawat datang. Kevin di persilahkan keluar, dan sebelum keluar Kevin sempat melihat Liora yang kembali kesakitan.Menunggu dengan cemas di luar ruangan, tak lama Sandra datang melihat Kevin. “Liora kenapa, Vin?”“Liora berdarah lagi, mah, Darahnya banyak.” Kevin memegangi tangan Sandra. “Ma... Kevin takut terjadi sesuatu dengan Liora, ma.” ucap Kevin dengan sendu.“Kita berdoa yang terbaik buat Liora, dokter pasti bisa menangani Liora.” Sandra mengus
Sudah berlalu tiga jam dan Liora belum sadar, sedangkan Varka terus menangis berharap agar bisa mendapat asi dari Liora. Namun karena Liora masih tak kunjung sadar alhasil Varka harus menerima su-su bubuk khusus bayi berumur kurang dari satu hari dari pihak rumah sakit.Kevin masih kepikiran apa yang dokter katakan, Kevin menyesali tindakannya yang meninggalkan Liora, harusnya tadi ia meminta pak Said atau yang lain untuk membeli makanan yang Liora mau agar Kevin bisa sepenuhnya menjaga Liora.Sekarang, bahkan tanpa Kevin tau apa yang terjadi dengan Liora, sampai Liora mendapat luka cukup serius didinding rahimnya, setidaknya Kevin bersyukur Liora berhasil menjaga Varka sampai lahir selamat.Varka sudah tidak menangis lagi. Kevin menatap wajah Varka yang masih kemerahan, lalu pada Liora yang masih belum sadar. Kevin takut jika sampai Liora harus menerima pengangkatan rahim yang artinya Liora tidak akan bisa mengandung ataupun melahirkan lagi.Merasa sanga