“Kak Fandy!” Pekik Alexandra.Mendengar suara Alexandra, membuat Nikita tersadar. Wanita itu menatap tangannya yang masih berada di perut Fandy. Seketika Nikita melepas tangannya dari belati yang digunakan untuk menusuk Fandy, tangannya telah bersimbah darah.Nikita memundurkan langkah, “Sial!” umpatnya.Tak ada penyesalan sama sekali dari raut wajah wanita itu. Fandy masih bisa menundukkan tubuhnya, dia mengerang kesakitan. Alexandra memegang tubuh Fandy, membantu pria itu duduk dengan perlahan.Nikita mencoba melarikan diri, tapi dirinya sudah terlambat, orang-orang yang tadi dipanggil oleh Fandy berhasil menangkapnya.“Lepaskan!” Teriak Nikita.Alexandra segera memanggil ambulance dengan smartphone miliknya.“Nona Alexandra!”Sembari menelpon, Alexandra menoleh ke arah sumber suara.“David tolong, David.”David mencoba memahami keadaan dia bergegas memanggil polisi, setelah melumpuhkan Nikita yang terus memberontak.David benar-benar kecolongan kali ini, entah trik apa yang dilakuk
Christian hanya menatap datar ayah mertuanya yang terus menggerutu dan memaki anak tirinya.Christian menyilangkan kakinya, lalu duduk bersandar tangannya pun ikut menyilang.“Apa Ayah Mertua takut kehilangan Alexandra?”Harry menoleh ke arah menantunya.“Tentu saja. Orang tua Mana yang tidak takut kehilangan anak semata wayangnya?” Christian hanya mengangguk dengan wajah datar.“Lantas, apa Ayah Mertua akan meminta saya untuk membebaskan anak tiri Anda?” Tanya Christian.Harry menggeleng mantap.“Aku tak akan meminta hal itu, Alexandra jauh lebih berharga daripada dia. Dia sudah begitu mengecewakanku, terlalu banyak kesalahannya yang sudah aku maafkan, kali ini tidak lagi.” Christian menyeringai.Nada bicara Harry terdengar begitu nelangsa. Bagaimana tidak? Saat ini Harry sedang menyesali sikapnya pada Alexandra selama kurang lebih 15 tahun ini.Harry selalu termakan rayuan Nikita dan istrinya. Tak jarang jika dia lebih mempercayai dua orang tersebut ketimbang anaknya sendiri.Selama
Harry menatap sendu pada Alexandra. Begitu khawatirnya Harry pada Alexandra, hingga sengaja mengabaikan sang istri.Tak hanya itu, dia juga marah pada Astari, karena pembela-pembelaan yang selalu dilakukan oleh Astari, Nikita menjadi besar kepala dan terlalu banyak menuntut.“Entahlah. Tadi Papa mengatakan jika Papa sedang sibuk. Papa sedang tak bisa berpikir jernih sebelum berhasil menemuimu, Alexandra. Papa begitu khawatir padamu,” ucap Harry, tak semuanya berbohong.Ada kekhawatiran di hati Alexandra, mengingat tabiat ibu tirinya itu, pasti akan berusaha mencari dirinya. Selama ini Astari hanya memikirkan dirinya sendiri dan Nikita.Melihat ekspresi anaknya, Harry pun berkata, “Kamu jangan khawatir, aku tak akan biarkan dia menyentuhmu, Alexa.”“Tuan Christian apapun yang terjadi tolong lindungi Alexandra. Aku sungguh memohon padamu,” ucap Harry pada Christian dengan sinar mata yang begitu memohon.“Apa yang Ayah Mertua takutkan? Sepertinya Anda lupa siapa
Harry meminta salah satu karyawannya untuk mengambilkan es batu dan kain atau handuk, yang akan digunakan untuk mengompres pipi Alexandra akibat tamparan oleh istrinya.Sedangkan Christian meminta Eric untuk membelikan alat kompres.Harry dengan telaten membantu Alexandra mengompres lebam di pipi anaknya.“Papa, biar aku sendiri saja.” Harry menggeleng.“Maafkan Papa, Alexa. Papa tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.”Alexandra tersenyum, lalu berkata, “Tidak apa-apa, Papa. Kejadian tadi terjadi begitu cepat hingga aku tak bisa menghindar.”Tak terlalu lama, Eric telah datang dengan membawa alat kompres. Perlahan Christian memasukkan es batu satu per satu ke dalam alat tersebut.“Biar saya saja yang melakukannya, Ayah Mertua,” ucap Christian.Harry tersenyum lalu mempersilakan. Harry bisa melihat perhatian dan kasih sayang Christian pada Alexandra.Harry bisa merasa tenang, meski pernikahan mereka tidak didasari dengan cinta, tapi mereka bisa menjadi pasangan yang baik.Alexan
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel milik Christian. Pesan yang sudah dia tunggu sejak tadi, dari David. Merasa tidak puas, Christian langsung menelpon David."Target sudah dieksekusi, Pak.""Kenapa kerjamu lamban sekali?""Maaf, Pak!"David memberi laporan secara detail pada Christian. Tentang apa yang baru saja dia lakukan pada Astari.Ponsel Harry kembali berdering, sebuah nomor asing kembali menghubunginya. Harry mengernyitkan keningnya."Siapa?" tanyanya.Harry segera mengangkat panggilan tersebut."Dengan Bapak Harry Davendra?""Iya, saya sendiri? Ada yang bisa saya bantu?""Kami perawat dari rumah sakit Medical. Istri Anda mengalami kecelakaan tabrak lari, sekarang sedang mendapat penanganan di rumah sakit, kondisinya sangat buruk. Bisakah Anda segera datang kemari agar kami bisa segera mengambil tindakan operasi."Tubuh Harry seketika bagai tak bertulang, lemas. Tadi siang, dia baru saja mendapat kabar buruk yang nyaris mencelakai p
Nikita tidur beralaskan kasur tipis di sudut ruangan. Dia teringat masa kecilnya, pernah tidur di kasur yang jauh lebih keras dari ini. Tubuhnya juga penuh lebam seperti saat ini, buah dari penganiayaan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri.Nikita tersenyum getir jika mengingat masa kecilnya sebelum tinggal di kediaman Davendra.Saat ini hatinya begitu keras, hingga tak ada tangis sama sekali yang keluar dari matanya. Di dalam hati Nikita dipenuhi kebencian sejak awal, sebelum kedatangannya ke kediaman keluarga Davendra. Kebencian yang disebabkan oleh ayah kandungnya, pria yang telah menyebabkan hidupnya bagai di neraka.Dengan susah payah ibunya bercerai dengan ayahnya, mereka hidup serba kekurangan selama hampir 3 tahun. Kemudian ibunya bertemu dengan teman SMA yaitu Harry, yang telah berstatus duda.Ibunya pun dengan sekuat tenaga merebut hati Harry, akhirnya mereka pun menikah. Astari dan Nikita diboyong ke kediaman Davendra yang megah.Di kediaman Davendra rupanya Nikita harus b
Mendengar pertanyaan dari suaminya, Alexandra pun menggeleng pelan sebagai jawaban.“Lalu kenapa bibirmu seperti bibir keledai yang bisa dikuncir?”Alexandra membulatkan mata, tak percaya jika suaminya bisa bergurau seperti itu.“Tidak, tidak. Lupakan saja. Aku percaya padamu,” ujar Alexandra pasrah.“Kamu tak ingin istirahat?” tanya Alexandra.“Obat insomniaku sedang sakit, bagaimana aku bisa tidur?”Alexandra tersenyum, lalu menepuk brankarnya, meminta Christian untuk tidur di sampingnya.“Kamu pikir aku anak kecil bisa tidur di ranjang sekecil itu untuk berdua?” protes Christian.Alexandra kembali menggeleng. “Aku akan duduk, tidurlah di pangkuanku,” kata Alexandra.Ide yang tidak terlalu buruk. Alih-alih Naik ke atas brankar, Christian justru membawa Alexandra ke sofa.Setelah mendudukkan Alexandra, Christian langsung merebahkan tubuhnya dengan kepala berada di pangkuan Alexandra.Alexandra tak melakukan apa-apa, hanya memberi kecupan selamat tidur, tangan keduanya saling menggen
Alexandra menikmati sejuknya taman belakang rumah sakit. “Benar katamu, Anna. Di sini sangat indah.”Selain pohon yang rindang, bunga-bunga pun bermekaran. Ada air mancur di tengah-tengah taman tersebut.“Dari mana kamu tahu kalau di sini sangat indah, Anna.”“Ini adalah rumah sakit yang Pak Chris dirikan, jadi sedikit banyak aku tahu, Nona.”“Bukankah ini rumah sakit keluarga Hoover, Anna?” tanya Alexandra seraya menengadah memandang Anna.Anna dengan mantap menggeleng, “Bukan, Nona. Rumah sakit ini didirikan oleh Pak Chris dengan yayasannya sendiri, di luar nama besar Hoover.”Alexandra tertegun, dia baru saja mendapat fakta baru mengenai suaminya.Ketika keduanya asik bercengkrama tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya.“Alexandra!”Alexandra dan Anna menoleh ke arah sumber suara.Orang yang juga berada di atas kursi roda itu tersenyum ramah pada Alexandra.“Kak Fandy!” gumam Alexandra.Fandy berjalan-jalan ditemani oleh seorang wanita paruh baya. Alexandra menebak bahwa itu ada