Mendengar pertanyaan dari suaminya, Alexandra pun menggeleng pelan sebagai jawaban.“Lalu kenapa bibirmu seperti bibir keledai yang bisa dikuncir?”Alexandra membulatkan mata, tak percaya jika suaminya bisa bergurau seperti itu.“Tidak, tidak. Lupakan saja. Aku percaya padamu,” ujar Alexandra pasrah.“Kamu tak ingin istirahat?” tanya Alexandra.“Obat insomniaku sedang sakit, bagaimana aku bisa tidur?”Alexandra tersenyum, lalu menepuk brankarnya, meminta Christian untuk tidur di sampingnya.“Kamu pikir aku anak kecil bisa tidur di ranjang sekecil itu untuk berdua?” protes Christian.Alexandra kembali menggeleng. “Aku akan duduk, tidurlah di pangkuanku,” kata Alexandra.Ide yang tidak terlalu buruk. Alih-alih Naik ke atas brankar, Christian justru membawa Alexandra ke sofa.Setelah mendudukkan Alexandra, Christian langsung merebahkan tubuhnya dengan kepala berada di pangkuan Alexandra.Alexandra tak melakukan apa-apa, hanya memberi kecupan selamat tidur, tangan keduanya saling menggen
Alexandra menikmati sejuknya taman belakang rumah sakit. “Benar katamu, Anna. Di sini sangat indah.”Selain pohon yang rindang, bunga-bunga pun bermekaran. Ada air mancur di tengah-tengah taman tersebut.“Dari mana kamu tahu kalau di sini sangat indah, Anna.”“Ini adalah rumah sakit yang Pak Chris dirikan, jadi sedikit banyak aku tahu, Nona.”“Bukankah ini rumah sakit keluarga Hoover, Anna?” tanya Alexandra seraya menengadah memandang Anna.Anna dengan mantap menggeleng, “Bukan, Nona. Rumah sakit ini didirikan oleh Pak Chris dengan yayasannya sendiri, di luar nama besar Hoover.”Alexandra tertegun, dia baru saja mendapat fakta baru mengenai suaminya.Ketika keduanya asik bercengkrama tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya.“Alexandra!”Alexandra dan Anna menoleh ke arah sumber suara.Orang yang juga berada di atas kursi roda itu tersenyum ramah pada Alexandra.“Kak Fandy!” gumam Alexandra.Fandy berjalan-jalan ditemani oleh seorang wanita paruh baya. Alexandra menebak bahwa itu ada
Nikita memicingkan sebelah matanya, dan sikap arogannya tetap terjaga.Tatapan Christian sedingin es gunung Everest.Dia meminta tablet pintar yang sedang dibawa oleh David. David sudah menyiapkan sesuatu yang Christian maksud.Christian memperlihatkan foto Astari yang terbaring lemah di ruang ICU, dengan alat-alat bantu kehidupan untuk menopang hidupnya.“Brengsek!”“Apa yang kamu lakukan pada ibuku? Dasar laki-laki bajingan!” Maki Nikita pada Christian.Nikita hendak menyerang Christian namun dengan sigap dua petugas segera menangkap sebelum semua itu terjadi.“Jangan kurang ajar dengan Pak Chris, Nona!”David sudah memasang badan untuk melindungi bosnya.“Kalian semua brengsek, aku akan membalas kalian semua. Terutama istrimu, Christian. Aku akan membuat perhitungan dengan Alexandra jika terjadi apa-apa dengan Ibuku!”“Sepertinya wanita ini sudah tidak waras, bawa saja dia masuk.” Perintah Christian pada petugas tersebut.Nikita diseret kembali masuk ke dalam sel. Mulut wanita itu
Siapakah yang sedang gawat di dalam? Di ruang ICU ada beberapa orang yang sedang dirawat. Perasaan Harry menjadi tak karuan, sama juga dengan detak jantungnya.“Astari!”“Tuhan, tolong berilah kesempatan kedua untunya.”Harry terus merapalkan doa-doa untuk istrinya.Selang berapa lama dokter pun keluar dari ruang ICU membawa berita duka untuk keluarga pasien.Harry tak henti-hentinya mengucap syukur karena orang itu bukan istrinya, tapi pria itu juga menaruh kesedihan dengan keluarga yang ditinggalkan.Mereka di sini sama-sama menunggu. Menunggu kabar baik ataupun kabar buruk.Setelah mengucapkan belasungkawa Harry meninggalkan rumah sakit, untuk kembali melanjutkan aktivitasnya.Harry sama sekali tak terpikir dengan kondisi Nikita seperti apa. Seperti wanita itu tak pernah ada di hidupnya.Satu per satu kejahatan Nikita dan istrinya pada Alexandra mulai terungkap, setiap harinya ada saja yang memberi tahu hal itu.Asisten rumah tangganya pun sekarang berani membuka suara dan mengungk
Beberapa hari ini Alexandra selalu memanggil Christian dengan panggilan Tian. Christian benar-benar asing dengan panggilan tersebut. Tapi, entah mengapa dia ingin mendengar alasan Alexandra memanggilnya Tian.“Jadi sekarang kamu akan terus memanggilku Tian, Sandra?”Alexandra menghentikan aktivitasnya yang ingin mengambil nasi, kemudian kembali duduk.“Apa kamu tidak suka dengan panggilan itu?” tanya Alexandra sedikit takut.Christian menatap intens pada sang istri.“Aku sangat asing dengan panggilan itu, tapi aku suka karena hanya kamu yang memanggilku seperti itu,” jujur Christian kemudian meminta Alexandra untuk mengambilkan nasi ke dalam piringnya.Alexandra dengan sigap mengambilkan nasi untuk suami dan juga dirinya sendiri.“Mari kita berdoa dulu.” Dengan tenang Christian memimpin doa.“Aku hanya mengikuti jejakmu, Sayang. Karena kamu memanggilku Sandra, tak pernah ada yang memanggilku seperti itu. Aku merasa sangat spesial,” ujar Alexandra.Christian mengangguk, “Bagus kalau b
Mendengar pertanyaan dari Nikita, Harry hanya diam, dia tak ingin mengambil resiko, Alexandra jauh lebih penting saat ini.Bukan pilih kasih tapi hanya ingin melindungi Alexandra yang selama belasan tahun ini dia abaikan. Rasanya bersalahnya pada Alexandra jauh lebih besar ketimbang simpatinya pada Nikita.Nikita mengangkat kepalanya, terlihat sekali wajah putus asa wanita itu.“Papa hanya diam saja? Aku sudah bisa menangkap jawabannya.”Harry hanya bisa memandang memelas ke arah anak tirinya.“Jangan memandangku seperti itu, Papa. Papa cukup rawat Mamaku dengan baik. Kelak kalau Mamaku sembuh dan aku keluar dari tempat ini, aku akan menjemput Mamaku pergi dari hadapanmu, Papa,” kata Nikita dengan suara yang lantang.Emosinya mulai naik, nafasnya tersengal.“Pulanglah, Pa.”Nikita berdiri dan berjalan menjauh dari sang ayah. Dua petugas sudah menunggunya di pintu.Harry sama sekali tak memandang kepergian Nikita. Dia pun keluar dari tempat itu tanpa menoleh sedikitpun. Harry berusaha
Alexandra menghembuskan nafas pelan setelah mendengar penjelasan dari Anna.Alexandra memilih diam dan memandang ke luar jendela. Pemandangan sore di kota saat ini cukup bagus.Nanti, Alexandra akan mencoba bertanya pada Christian saat di rumah.Anna melirik sekilas ke arah Alexandra, ada rasa kasihan, tapi dia bisa apa jika memang atasannya tidak menginginkan istrinya mengetahui informasi tentang saudara tirinya.Menurut Anna memang lebih baik Alexandra tidak tahu tentang wanita itu. Hati Alexandra terlalu baik, bisa saja dia akan meminta pengampunan untuk Nikita.Mobil melesat masuk ke basement parkiran, ada parkiran khusus untuk Christian dan semua anak buahnya jadi mereka tak perlu khawatir kesulitan mencari parkiran.“Mari, Nona. Kita sudah sampai.” Anna menyadarkan Alexandra dari lamunannya.Dua wanita itu turun dari mobil, kemudian berjalan menuju lift. “Nona, kalau boleh tahu, apa kamu menyayangi saudara tirimu?”“Tentu saja aku menyayanginya, terlepas dari semua yang telah d
Samar-samar Christian mendengar suara langkah sepatu high heels mulai mendekat ke arahnya. Fokus pria itu masih pada gadget pipihnya.Beberapa detik kemudian dua pasang kaki wanita berdiri di depannya.“Tuan Christian, sambutlah, ratu Anda telah tiba,” ujar si penata rias.Christian mengangkat kepalanya, memandang ke arah Alexandra. Pria itu sungguh mengagumi paras cantik istrinya, yang terlihat begitu elegan dengan gaun pilihannya. Gaun dengan bahan serat poliester dengan perpaduan bordir bunga yang indah berwarna emas di luarnya, leher berbentuk bulat, lengan pendek, serta panjang selutut. Tak lupa tali di pinggang sebagai pelengkap. Alexandra terlihat begitu elegan. Tak lupa make up natural yang menampakkan wajah asli Alexandra semakin membuatnya bersinar.Alexandra menyunggingkan senyum manisnya, sejujurnya dalam hati dia menunggu reaksi suaminya.“Ayo, kita bisa terlambat,” ajak Christian dengan wajah datar.Jelas saja hal itu menimbulkan kekecewaan di hati si penata rias dan